Polisi pun segera menghentikan Keen dan laki-laki itu.
"Ada apa ini?" tanya salah satu polisi tersebut.
"Tidak tahu Pak, dia tiba-tiba saja memukulku," ujar laki-laki itu dengan kesal.
"Apa kalian masih mau berkelahi!" bentak seorang polisi senior yang baru turun dari mobil patroli.
"Tidak Pak," sahut laki-laki itu dengan cepat.
Lalu polisi senior itu menatap ke arah Keen. "Dan Anda Tuan?" tanyanya.
Keen lalu menarik tangannya dari tangan polisi dan dan merapikan jasnya. "Tidak, saya sudah selesai," sahut Keen dengan cepat.
"Baik karena semuanya sudah selesai, silakan masing-masing melakukan push-up sebanyak 100 kali. Kalau ada yang me
Setelah selesai berbincang dengan Raka, Shassy segera pergi meninggalkan restoran tersebut. Ia dengan cepat masuk ke dalam sebuah taxi yang sudah menunggunya di tepi jalan."Gimana Shass?" tanya Terry yang sudah berada di dalam mobil lebih dulu.Shassy langsung memeluk Terry tanpa menjawab sedikit pun petanyaan sahabatnya itu."Pak, ayo jalan," ujar Terry sambil menepuk pundak sopir taksi.Sopir itu pun menyalakan mesin taksi tersebut, dan membawa taksinya meninggalkan tempat tersebut."Tenanglah," ucap Terry sambil menepuk-nepuk punggung Shassy.Shassy lalu melepaskan pelukannya dan berkata, "Benar Ter, aku harus bisa menyelesaikan semuanya." Tekadnya.
Semua orang terkejut, termasuk Tristan yang sedang memejamkan matanya.'Ada apa?' batin Tristan dan dengan cepat membuka matanya.Tristan yang tengkurap pun kini mendongak, mencari tahu apa yang terjadi."Cari mati kalian!" teriak dari arah lain.Dan "Dorr! Dorr!" terdengar tembakan yang menembus tubuh orang yang berteriak tadi."Tuan," ujar Tristan saat melihat orang yang beru saja menembak itu mendekat ke arahnya.Keen lalu menatap ke arah Tristan yang sedang terluka parah. "Cepat bawa dia!" perintah Keen pada anak buahnya.Dan ketika anak buah Keen membawa Tristan pergi, tiba-tiba … "Dorr!" Sebuah tembakan balasan mengara
Di apartemen Keen. Malam harinya setelah pulang kerja, Keen memilih untuk segera kembali ke apartemennya. Di apartemen itu sudah ada Arnold yang menunggunya."Baru kali ini ada dokter yang mau memeriksa pasiennya, tapi harus nungguin pasiennya sampai pulang kerja dulu," ujar Arnold ketika Keen masuk ke dalam apartemen itu."Ah diam kamu, bikin kepalaku makin pusing saja," ujar Keen sambil melepaskan jasnya dan meletakkan jas itu di sofa dengan sembarangan."Kenapa?" tanya Arnold dengan santai."Bagaimana keadaan Mama?" tanya Keen sambil duduk di dekat Arnold lalu melepaskan sepatunya."Tante tetap murung, mau diapain lagi," tukas Arnold lalu menghela nap
"A-aku," Nyonya Tiara terbata-bata ingin menjawab.Kemudian ia pun menghela napas panjang. "Iya benar, itu aku," jawabnya dengan tenang.'Aku tidak menyangka Mama akan mengakuinya,' batin Keen sambil menundukkan kepalanya.Suasana yang tadinya hangat dan penuh cinta kini menjadi sunyi. Semua tamu undangan yang ada di ruangan itu pun diam.(Sebagian besar tamu undangan saat itu adalah para anak buah Keen yang menyamar, hanya beberapa orang saja yang merupakan undangan asli)Nyonya Tiara pun menatap ke arah Shassy. "Dia itu orang yang membunuh mama kamu dan mencelakai adikku, aku—""Tapi kenapa? Kenapa Mama tidak memberitahuku lebih dulu?" tanya Shassy dengan cepat dan memotong kalimat Nyonya Tiara.Nyonya Tiara mengernyitkan kening
"Aaaaa!" teriak Shassy saat melihat sebuah sosok muncul dari salah satu ruangan yang ada di lantai dua. Keen dengan cepat memeluk tubuh Shassy yang terlihat ketakutan. "Tenanglah, dia ini penjaga vila ini," bisik Keen. Mendengar hal itu, Shassy pun langsung menatap Keen. 'Apa, penjaga vila,' batin Shassy lalu menatap ke arah sosok yang menyelimuti tubuhnya dengan selimut putih yang terlihat berdebu. "Maaf jika mengagetkan Nyonya," ucap orang itu lalu membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Shassy lalu tersenyum canggung. "Maaf, aku tadi terlalu terejut," ujarnya saat melihat sosok laki-laki seusia Keen yang ada di balik selimut tadi. "Baiklah, jadi kamu ini—" tanya Keen dengan kalimat menggantungnya.
Shassy dan Keen yang baru membuka pintu pun terdiam, mereka menatap ke arah Danur yang sedang berdebat dengan seorang anak kecil di depan pintu rumah itu."Maaf Tuan," ucap Danur ketika sadar kalau Keen dan Shassy sedang menatap dirinya."Ya tidak apa-apa," sahut Keen dengan cepat."Siapa anak ini?" tanya Shassy sambil maju beberapa langkah dan mengusap pipi mungil anak laki-laki di depannya itu."Namaku Miko," sahut anak yang berusia tiga tahunan itu dengan lantang."Maaf Nyonya dia adalah keponakanku, dia tadi membuat keributan," sahut Danur dengan cepat.Shassy lalu menatap Danur dan mulai tersenyum hangat. "Tak apa, dia kan hanya anak kecil," sahutnya.
15 menit kemudian. Shassy yang baru selesai membersihkan diri pun segera keluar dari kamar mandi."Gila, dia itu manusia apa boneka," gumam Shassy sambil memegangi pinggangnya yang terasa seperti mau patah.Shassy pun segera menatap sebuah pakaian di atas meja rias yang ada di kamar itu."Dia sudah dapat pakaian,"—Shassy lalu mengangkat kain berbentuk segitiga—"Bahkan pakaian dalam juga," ucapnya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya menatap pakaian dalam tersebut.Shassy pun segera memakai pakaian itu dan keluar dari kamar setelahnya."Mas," panggil Shassy yang belum tahu letak ruang makan di dalam vila itu.
Setelah menolong wanita itu, kemudian Keen mengajak Shassy masuk ke dalam restoran dan memesan makanan.Mereka berdua duduk di bagian paling pinggir di lantai dua restoran, tempat yang Shassy pilih agar puas menikmati suasana pegunungan di daerah itu.Saat menunggu pesanan mereka datang ..."Kamu kenal dengan wanita itu?" tanya Shassy pada Keen yang baru saja selesai menelepon kliennya."Wanita mana?" taya Keen."Wanita yang tadi ditendang oleh suaminya," sahut Shassy sambil mengarahkan pandangannya pada langit cerah siang itu."Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Keen yang masih menatap layar ponselnya."Ya, sepertinya
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.