"A-aku, aku tidak takut apa pun," sahut Shassy dengan tegang.
"Bagus kalau begitu," sahut Keen dengan santai sambil menatap ke arah pelayan yang sedang berdiri di dekat mereka—memberi tanda.
"Iya Tuan," sahut pelayan itu segera mendekat.
"Siapkan kamar lama untuk Nyonya," ujar Keen dengan tenang.
"Tunggu," sahut Shassy dengan cepat.
Keen dan pelayan itu pun langsung menatap ke arah Shassy.
"Aku tidak akan lama di sini, aku harus segera pulang," imbuh Shassy.
Mendengar kalimat Shassy, lalu Keen pun memberi tanda pada pelayan agar pergi.
'Aneh sekali apa dia sudah berubah, atau jangan-jangan dia punya rencana lain,' batin Shassy s
Sementara itu di rumah Shassy."Dia sangat menjengkelkan," gumam Shassy sambil bangkit dari sofa ruang tamu.Kemudian Shassy pun bergegas ke kamarnya dan mengganti pakaiannya, setelah itu ia pun kembali meninggalkan rumah tersebut."Terserahlah apa yang terjadi selanjutnya, yang penting aku harus memastikan keberadaan mereka dulu," gumam Shassy yang terus berpikir keras sambil mengendarai motor maticnya. Setelah mengendarai motor selama setengah jam, akhirnya Shassy sampai di halaman kediaman Keen lagi. Ia pun dengan cepat memarkirkan motornya dan bergegas masuk ke dalam rumah besar tersebut.Beberapa pelayan pun menyapanya dengan ramah begitu pun Shassy yang membalas sapaan itu tak kalah ramah, walaupun terlihat jelas ada rasa
"Jangan berpikir melepasnya kalau tidak, jangan pernah berpikir menemui anak itu," Suara dari dalam alat yang terpasang di telinga Shassy.'Mas Keen benar-benar keterlaluan,' batin Shassy sambil mengepalkan tangannya."Kenapa, apa kamu tidak terima?" tanya Keen—orang yang ada di balik suara di dalam alat tersebut.Shassy akhirnya menghela napas dalam lalu menjawab, "Terima, ya aku terima.""Bagus kalau kamu tidak marah," sahut Keen terdengar santai."Ya … kenapa aku marah, memang aku punya alasan untuk marah pada kamu," balas Shassy sambil menatap sekitar. 'Ini benar-benar laut,' batin Shassy lalu berjalan menjauh dari tempatnya saat ini. Shassy pun terus melangkah sambil mengobrol den
"Amit-amit Mbah, aku cucumu mau lewat," ucap Shassy sambil berjalan menunduk-nunduk melewati area pemakaman yanga ada di depannya dengan hati-hati.Tiba-tiba …Brughh! Terdengar suara benda jatuh dari belakang Shassy."Jangan menoleh Shass, jangan menoleh," gumam Shassy sambil terus berjalan dengan gemetaran melewati area makam tersebut.Lalu terdengar sayup-sayup suara lagu klasik yang mengalun pelan masuk ke telinga Shassy."Nggak denger kamu Shass, kamu nggak denger apa pun," ucap Shassy mengepalkan tangannya erat sambil terus berjalan dengan kakinya yang gemetar hampir lemas karena ketakutan.'Sekarang aku makin yakin ini bukan pantai seperti biasanya, tapi ini di mana? Atau jangan-jangan ini kaya pulau-pula
Keen pun dengan cepat menggunakan alat komunikasi yang ia gunakan untuk bicara dengan Shassy sebelumnya."Shass kalau kamu tidak bangun, aku akan membuang semua makanan di depan," ancam Keen."Astaga Mas, aku mau istirahat dulu. Aku capek dan baru saja makan," sahut Shassy dengan santai.Keen pun menghela napas lega saat Shassy menyahuti perkataannya. "Lalu kenapa kamu berbaring seperti itu?" tanyanya sambil menatap ke arah layar yang menunjukkan Shassy yang kini tengah terlentang dengan santai beralaskan tikar di lantai bambu sebuah pondok kecil yang memang ia siapkan untuk Shassy.Terlihat Shassy menatap sekitar."Kamu tidak akan menemukan CCTV-ku, jadi tak perlu membuang waktu mencarinya," ujar Keen dengan santai.
"Dia baik," sahut Keen. "Tapi aku sempat melihat ada luka di tubuhnya, apa kamu mengetahui sesuatu?" tanyanya dengan penasaran."Syukurlah," ucap Mbok Mirah lalu mengelus dadanya."Apa kamu tahu tentang luka itu?""Luka yang ada di mana Pak?" tanya Mbok Mirah mencoba mencari kejelasan pertanyaan Keen tersebut. "Soalnya Ibu kan tukang masak jadi mungkin ada luka di tangannya. Dan juga Ibu pernah berkelahi dengan orang, tapi—""Dia berkelahi?" sela Keen."Ia Pak, tapi memangnya luka bu Ana … Eh maksud saya bu Shassy ada di bagian mananya?" tanya Mbok Mirah yang penasaran."Itu …" Keen ragu saat akan meneruskan kalimatnya. 'Apa aku harus mengatakan kalau ada di punggungnya, bukankah itu sam
"Kami menghawatirkan Anda Tuan," sahut orang itu dengan cepat.Keen pun memijat-mijat keningnya. "Lalu kenapa kalian tidak membangunkanku?" tanyanya.Anak buah Keen tersebut menoleh pada temannya, ia bingung harus menjawab apa karena pada kenyataannya mereka sudah beberapa kali membangunkan Keen. Bahkan ada satu saat ketika mereka membangunkan Keen, Keen pun langsung berdiri dan memerintahkan beberapa hal pada mereka tapi kemudian ia tidur kembali seperti sedang mengigau.'Apa aku harus jujur?' batin anak buah Keen itu dengan keringat yang mulai menetes di keningnya.Tapi beberapa saat kemudian."Kenapa kamu diam saja?" tanya Keen sambil mengernyitkan dahinya menatap salah satu anak buahnya itu."I-itu Tuan, kami—"
Suasana pun menjadi hening sesaat, orang yang ada di dalam video panggilan tersebut mengernyitkan keningnya mendengar ucapan dan ekspresi Cakra kecil yang terlihat sungguh-sungguh."Sayang, tante ini bukan orang jahat. Hanya saja …" Orang di dalam panggilan itu lalu berteriak, "Kakak!"Keen pun langsung menyahut, "Jangan berteriak, kamu membuat telinga Cakra sakit mendengar suaramu.""Kakak, siapa sebenarnya dia?" tanya orang yang ada video tersebut."Dia anak kakak kesayanganmu itu," sahut Keen dengan santai."Kak Shassy?""Iya, siapa lagi," sahut Keen dengan ringan.Suasana pun hening seketika setelah Keen mengatakan hal i
Setelah bicara beberapa hal pada Cakra dan Mbok Mirah, kemudian Keen pun meninggalkan ruang makan tersebut bersama anak buahnya."Apa yang terjadi?" tanya Keen pada anak buahnya tersebut sambil terus berjalan dengan cepat menuju ruang pengawasan."Kami tidak tahu Tuan, tiba-tiba saja nyonya berteriak-teriak dan menggeram tidak jelas. Mungkin …" Anak buah Keen tersebut ragu untuk melanjutkan kalimatnya."Mungkin apa?" tanya Keen dengan cepat.Anak buah Keen itu pun langsung menjawab, "Saya pikir nyonya kerasukan."Keen langsung menghentikan langkah kakinya dan menatap anak buahnya itu. "Kerasukan?" tanyanya sambil mengernyitkan keningnya."I-iya saya pikir begitu jika melihat dar
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.