Shassy pun meninggalakan rumah itu bersama beberapa anak buah Keen termasuk Tristan, setelah mengetahui keberadaan Dira dari sebuah panggilan misterius.
Keen menatap kepergian Shassy dari balkon kamarnya.
"Dasar wanita itu, suka seenaknya sendiri," gumam Keen sambil tersenyum pasrah, lalu menghela napas dalam.
Keen dengan cepat mengambil ponsel yang ada di dalam saku celananya, lalu menelepon seseorang.
"Kemari! Bawa 10 orang!" peritah Keen pada orang yang saat ini menerima panggilan darinya.Setelah mematikan panggilan tersebut, Keen dengan cepat masuk ke dalam kamar ganti dan segera mengganti pakaiannya saat ini.
**
Di tempat Dira.
&nb
"Maaf Tuan, tapi nona ….""Shassy," sahut Keen melengkapi ucapan dokter tersebut."Oh iya benar, nona Shassy … dia tidak hamil," terang dokter tersebut."Tidak hamil? Lalu darah itu?" tanya Keen yang penasaran.Dokter tersebut lalu tersenyum canggung. "Itu darah …" Dokter tersebut terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya."Darah apa? Apa ada yang terluka?" tanya Keen semakin khawatir."Tidak, tidak ada masalah yang seperti itu. Nona Shassy sedang mengalami masa awal menstruasi, tapi memang benar ia mengalami pendarahan," beber dokter.'Astaga ternyata dia sedang … ah sudahlah,' batin Keen yang merasa sangat konyol.
Lalu …Bruggh! Tiba-tiba Dira memeluk Shassy yang baru saja membuka pintu tersebut.'Jadi dia yang dari tadi menggedor pintu kamar,' batin Shassy sambil menghela napas dalam.Setelah cukup lama memeluk Shassy, akhirnya Dira melepaskan pelukannya."Kak, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Dira sambil menatap wajah Shassy, dalam.Shassy lalu tersenyum. "Kakak tidak apa-apa kok Dir, ini semua berkat kakakmu.""Iya, tadi aku melihat Kakak saat digendong Tristan," ujar Dira, lalu mengarahkan pandangannya ke dalam kamar tersebut mencari keberadaan kakaknya."Dia sedang berbaring di ranjang, aku menyuruhnya istirahat," terang Shassy sambil mempersilahkan Dira masuk."Tapi
Satu jam berlalu, Shassy dan Dira ini sedang minum kopi di salah satu cafe yang ada di dalam mall tersebut."Sebenarnya pengawal itu tidak buruk juga," ujar Shassy sambil menatap pengawal yang menunggu mereka di luar tempat tersebut."Tidak buruk bagaimana, mereka itu selalu mengikuti, terkadang aku sampai malu karena dilihat oleh banyak orang Kak," keluh Dira sambil mengaduk-ngaduk kopi miliknya.Shassy tersenyum tipis. "Ini kan perintah kakakmu, semuanya juga demi kamu.""Ah Kak Shassy nggak seru, sekarang Kakak suka berpihak pada kak Keen," protes Dira yang terlihat semakin kesal."Hehehe, bukan membela kakak kamu. Kamu masih ingat kan kejadian minggu kemarin, wajar dong kalau kakak kamu sangat khawatir …" ucap Shassy mencoba m
Dua jam kemudian, Shassy, Dira dan Keen sampai di rumah sakit tempat Tristan dirawat.Setelah melewati lorong, akhirnya mereka pun sampai di ruangan Tristan.Tok! Tok! Keen mengetuk pintu ruangan tersebut, lalu masuk.Tapi ketika baru memasuki ruangan itu, tiba-tiba Dira berlari melewati Keen dan langsung membantu Tristan yang sedang berusaha untuk duduk, demi menghormati kedatangan Keen."Terima kasih," ujar Tristan dengan wajah yang terlihat bersemu."Iya sama-sama Kak," ujar Dira yang juga segera melepas tangan Tristan dengan malu-malu.Keen mengerutkan dahinya saat melihat pemandangan itu. Terlihat raut wajah tak senang karena hal itu.Shassy yang melihat ekspresi wa
'Dasarwanita ini ...' gumam Keen dengan sebuah senyum di wajahnya.Keen pun berjalan mendekat ke arah Shassy. Lalu ..."Bang, satenya satu porsi lagi ya!" teriak Shassy pada penjual sate yang berada agak jauh dari tempatnya duduk saat ini."Kak, ini pacar Kakak ya?" tanya seorang anak yang berumur sepuluh tahunan dengan pakaian yang kurang terawat."Ah, kamu anak kecil, udah ngomongin pacar. Hehehe," tawa Shassy mengiringi kalimatnya."Pasti pacar, iya kan?" tanya yang lainnya.Shassy pun tersenyum pasrah, pada anak-anak yang kini tengah menatapnya karena penasaran."Huff ..." Ia menghela napas, "dia bu—""Aku suaminya," sahut Keen dengan cepat.
Di dalam ruangan Keen, Keen sedang sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan Shassy sedang menganggur karena Keen memang jarang memberinya pekerjaan, hanya sesekali menyuruhnya membuat kopi dan membelikannya makanan.Hari itu Shassy berkali-kali melirik Keen, terlihat jelas kalau ia ingin mengatakan sesuatu tapi bingung untuk mengatakannya.Lalu …"Ada apa?" tanya Keen tanpa menatap Shassy."Emm," gumam Shassy yang masih bingung ingin berbicara."Katakan sekarang, atau jangan pernah mengatakannya sama sekali," tegas Keen."Kumat!" celetuk Shassy.Keen menatap tajam Shassy yang sedang mengerucutkan bibirnya."Iya, iya
Tak lama kemudian, muncullah tiga orang yang ikut menjadi pusat perhatian.Shassy menghela napas panjang ketika melihat kedatangan ketiga orang tersebut.Sherin yang sedari tadi berdiri di dekat Shassy langsung berlari ke arah mereka.Shassy hanya menatap dari kejauhan, ada perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya, antara marah dan juga entahlah apa itu ...Lalu Shassy pun memilih untuk melangkah menjauh dari tempatnya saat ini. Tapi saat melangkah tiba-tiba ..."Shassy," panggil Tante Melati, ibu Raka. Salah satu dari ketiga orang penting yang baru saja menyita perhatian semua orang.Mendengar namanya dipanggil, Shassy pun langsung menoleh dan tersenyum canggung menatap tante Melati.
Suasana pun menjadi kacau, akhirnya pesta pun dibubarkan. Para tamu undangan pun pergi meninggalkan rumah tersebut, dan yang tersisa di rumah itu hanya keluarga Raka yang menunggu penjelasan dari Sherin.**Di ruang keluarga … Semua yang masih di rumah itu, kini tengah duduk bersama di ruang keluarga. Mereka menunggu dokter yang sedang memeriksa Sutomo.Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Dokter tersebut keluar dari kamar tuan Sutomo."Bagaimana Dok?" tanya Kartika yang segera menghampiri dokter tersebut."Penyakit jantung Pak Sutomo kambuh," jawab dokter."Lalu darahnya?" Shassy.&n
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.