Lalu …
Bruggh! Tiba-tiba Dira memeluk Shassy yang baru saja membuka pintu tersebut.
'Jadi dia yang dari tadi menggedor pintu kamar,' batin Shassy sambil menghela napas dalam.
Setelah cukup lama memeluk Shassy, akhirnya Dira melepaskan pelukannya.
"Kak, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Dira sambil menatap wajah Shassy, dalam.
Shassy lalu tersenyum. "Kakak tidak apa-apa kok Dir, ini semua berkat kakakmu."
"Iya, tadi aku melihat Kakak saat digendong Tristan," ujar Dira, lalu mengarahkan pandangannya ke dalam kamar tersebut mencari keberadaan kakaknya.
"Dia sedang berbaring di ranjang, aku menyuruhnya istirahat," terang Shassy sambil mempersilahkan Dira masuk.
"Tapi
Satu jam berlalu, Shassy dan Dira ini sedang minum kopi di salah satu cafe yang ada di dalam mall tersebut."Sebenarnya pengawal itu tidak buruk juga," ujar Shassy sambil menatap pengawal yang menunggu mereka di luar tempat tersebut."Tidak buruk bagaimana, mereka itu selalu mengikuti, terkadang aku sampai malu karena dilihat oleh banyak orang Kak," keluh Dira sambil mengaduk-ngaduk kopi miliknya.Shassy tersenyum tipis. "Ini kan perintah kakakmu, semuanya juga demi kamu.""Ah Kak Shassy nggak seru, sekarang Kakak suka berpihak pada kak Keen," protes Dira yang terlihat semakin kesal."Hehehe, bukan membela kakak kamu. Kamu masih ingat kan kejadian minggu kemarin, wajar dong kalau kakak kamu sangat khawatir …" ucap Shassy mencoba m
Dua jam kemudian, Shassy, Dira dan Keen sampai di rumah sakit tempat Tristan dirawat.Setelah melewati lorong, akhirnya mereka pun sampai di ruangan Tristan.Tok! Tok! Keen mengetuk pintu ruangan tersebut, lalu masuk.Tapi ketika baru memasuki ruangan itu, tiba-tiba Dira berlari melewati Keen dan langsung membantu Tristan yang sedang berusaha untuk duduk, demi menghormati kedatangan Keen."Terima kasih," ujar Tristan dengan wajah yang terlihat bersemu."Iya sama-sama Kak," ujar Dira yang juga segera melepas tangan Tristan dengan malu-malu.Keen mengerutkan dahinya saat melihat pemandangan itu. Terlihat raut wajah tak senang karena hal itu.Shassy yang melihat ekspresi wa
'Dasarwanita ini ...' gumam Keen dengan sebuah senyum di wajahnya.Keen pun berjalan mendekat ke arah Shassy. Lalu ..."Bang, satenya satu porsi lagi ya!" teriak Shassy pada penjual sate yang berada agak jauh dari tempatnya duduk saat ini."Kak, ini pacar Kakak ya?" tanya seorang anak yang berumur sepuluh tahunan dengan pakaian yang kurang terawat."Ah, kamu anak kecil, udah ngomongin pacar. Hehehe," tawa Shassy mengiringi kalimatnya."Pasti pacar, iya kan?" tanya yang lainnya.Shassy pun tersenyum pasrah, pada anak-anak yang kini tengah menatapnya karena penasaran."Huff ..." Ia menghela napas, "dia bu—""Aku suaminya," sahut Keen dengan cepat.
Di dalam ruangan Keen, Keen sedang sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan Shassy sedang menganggur karena Keen memang jarang memberinya pekerjaan, hanya sesekali menyuruhnya membuat kopi dan membelikannya makanan.Hari itu Shassy berkali-kali melirik Keen, terlihat jelas kalau ia ingin mengatakan sesuatu tapi bingung untuk mengatakannya.Lalu …"Ada apa?" tanya Keen tanpa menatap Shassy."Emm," gumam Shassy yang masih bingung ingin berbicara."Katakan sekarang, atau jangan pernah mengatakannya sama sekali," tegas Keen."Kumat!" celetuk Shassy.Keen menatap tajam Shassy yang sedang mengerucutkan bibirnya."Iya, iya
Tak lama kemudian, muncullah tiga orang yang ikut menjadi pusat perhatian.Shassy menghela napas panjang ketika melihat kedatangan ketiga orang tersebut.Sherin yang sedari tadi berdiri di dekat Shassy langsung berlari ke arah mereka.Shassy hanya menatap dari kejauhan, ada perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya, antara marah dan juga entahlah apa itu ...Lalu Shassy pun memilih untuk melangkah menjauh dari tempatnya saat ini. Tapi saat melangkah tiba-tiba ..."Shassy," panggil Tante Melati, ibu Raka. Salah satu dari ketiga orang penting yang baru saja menyita perhatian semua orang.Mendengar namanya dipanggil, Shassy pun langsung menoleh dan tersenyum canggung menatap tante Melati.
Suasana pun menjadi kacau, akhirnya pesta pun dibubarkan. Para tamu undangan pun pergi meninggalkan rumah tersebut, dan yang tersisa di rumah itu hanya keluarga Raka yang menunggu penjelasan dari Sherin.**Di ruang keluarga … Semua yang masih di rumah itu, kini tengah duduk bersama di ruang keluarga. Mereka menunggu dokter yang sedang memeriksa Sutomo.Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Dokter tersebut keluar dari kamar tuan Sutomo."Bagaimana Dok?" tanya Kartika yang segera menghampiri dokter tersebut."Penyakit jantung Pak Sutomo kambuh," jawab dokter."Lalu darahnya?" Shassy.&n
Keen dengan cepat menahan tangan Shassy yang kini mulai mengusap dadanya."Kamu yakin?" tanya Keen yang saat ini tengah menatap Shassy dengan hangat.Shassy tak menyahut, ia langsung menghempaskan tangan Keen yang sedang mencekal tangannya.Lalu dengan cepat Shassy menarik dasi milik Keen, hingga membuat Keen menunduk dan bibir mereka bersatu."Emhh …" Suara yang keluar dari mulut Shassy, saat tangan Keen mulai mengusap pundaknya.Keen yang membuka matanya saat mendengar suara tertahan itu, kini seperti sedang tersihir. Apalagi ketika melihat ekspresi menggoda Shassy, yang saat ini sedang memejamkan mata menikmati setiap sentuhan darinya.'Wanita ini …' batin Keen yang merasa ge
Setelah puas berteriak, Shassy pun langsung terbangun dari mimpinya."Ternyata aku hanya mimpi," ujar Shassy yang kini masih berbaring di ranjang dan sedang menatap langit-langit kamar itu. Matanya menerawang sesaat, mengingat mimpinya yang hanya memperlihatkan dua orang bertopeng yang sedang berdiri di sampingnya."Mimpi yang aneh," gumamnya sekali lagi.Kemudian,"Kamu kenapa berteriak seperti itu?" ucap Keen yang baru keluar dari kamar mandi sambil mengusap-usap rambutnya dengan handuk kecil.Tubuh atletisnya yang kini hanya berbalut handuk di pinggang itu, membuat Shassy terpana."Indah," gumam Shassy sambil tersenyum menatap tubuh Keen.Dan sesaat kemudian,