Archy berbaring di sebelah Jo. Ia mencoba menutup mata tapi karena sudah menangis matanya terasa lebih berat daripada biasanya. Jo sudah tertidur tepat di sampingnya dalam keadaan memunggungi Archy. Insiden ingus itu setidaknya membuat Archy tertawa sejenak melupakan Nathan. Akan tetapi saat ia sendiri, dirinya teringat lagi.Archy berbalik dan menatap punggung Jo. Jo memang sangat menyebalkan juga mengesalkan. Tapi dibalik semua itu ia begitu berani mempertaruhkan nama serta mengorbankan hatinya sendiri hanya demi Archy tidak menanggung malu. Ia juga telah mengesampingkan hatinya demi keluarga. Bukankah Jo adalah pahlawan? Tidak seharusnya kan Archy membenci Jo?"Tidur hey udah malem." Jo yang terbangun itu melirik Archy. "Kamu ngapain melototin punggung aku sih? Mau buang ingus lagi?""Kagak, sori punggung lo kayak tembok jadi enak buat merenung." Archy mendesis kemudian berbalik memunggungi Jo. "Udah balik tidur lagi aja, jangan peduliin gue.""Kalau lo butuh sesuatu bilang aja. Ha
Archy dan Jo sudah tiba di kediaman yang hendak ditempati Nathan beserta Archy. Rumah itu indah, aesthetic juga pemilihan perabot serta furniture yang cukup minimalis. Archy membelalakan mata, rumah itu bagus sekali! Apa benar itu akan menjadi rumah tinggalnya bersama Jo?"Gila, kayak rumah Indosiar ya?" Archy bermonolog sambil menarik kopernya. "Wah ada kolam lele.""Alay lu." Jo mencibir. "Lagian ini kolam ikan hias, udah jelas ikannya ikan koi. Dasar aneh."Archy mendelikan mata, lagipula ia juga tahu itu ikan koi. Archy 'kan cuma bercanda, kenapa Jo serius sekali?"Oh iya kah? Di negara aku namanya ikan sapu-sapu, suka dibikin bakso ikan." Archy tersenyum iseng. "Pasti anak orang kaya gak pernah makan bakso ikan.""Sok tahu, gue pas ke Bandung suka jajan Bakso ikan depan Bandung Indah Plaza. Lo pasti belom pernah makan kan? Sok ngatain gue segala." Jo melingkarkan tangannya di leher Archy dan menjitaknya."Gue orang Bandung, jelas tahu lah!" Archy berusaha melepaskan lingkaran len
Archy memalingkan wajah saat Jo berkata demikian. Perasaan macam apa ini? Kenapa jantungnya berdebar keras saat Jo bertanya demikian?"Jalan ke mana? Gak usah bercandain gue, dosa!" omel Archy sambil mendengus.Tubuh Jo yang setengah berbaring itu mendekat ke arah Archy. Ia mengulas senyum dan hal itu membuat Archy semakin tak karuan. Dasar iguana! Bisa-bisanya seberani itu ia menatap Archy dengan kedua bola matanya yang tajam tapi menenangkan. Archy mendengus, ia memalingkan wajah kembali."Lo kalau ngomong tuh tatap lawan bicaranya, lihat muka gue sini, hmm?" Jo menarik wajah Archy agar menatapnya."Gak mau." Archy bersikeras menolak."Aih, kenapa? Takut jatuh cinta ya?"Pertanyaan Jo membuat Archy sebal, kenapa sih dia sangat percaya diri bila Archy akan menyukainya? Archy akhirnya menatap Jo dan melihat kedua bola mata itu memandangnya dengan lembut. Archy tahu Jo mirip sekali dengan Nathan, tapi ada yang berbeda dari Jo.Tatapan Jo adalah tatapan paling menenangkan yang selama in
Penjual bakso itu memilih tidak bicara dan langsung membuatkan bakso. Jo meringis kemudian merangkul Archy, mengajak gadis itu untuk duduk di meja yang disediakan. Archy menautkan alis, menatap Jo lekat-lekat."Chy, lo gak lagi kerasukan arwah embek kan? Ngapa lo mau diakuin istri, katanya gak mau?" Jo menatap Archy tak mengerti. "Lo stres?""Heh sembarangan ngatain gue stres! Gini ya Pak Jo, semua orang kan tahu kita menikah. Jadi jangan licik sendiri pengen disebut bujangan sementara semua orang tahu gue istri orang, paham ya?" Archy menegaskan kalimatnya sambil merutukkan jemarinya di atas meja.Jo mengangkat kedua alisnya kemudian mengangguk-anggukan kepalanya."Oke Bu Archy,kalau gitu gue bakal ngakuin lo istri gue mulai sekarang."Jo perlahan membuka jaket kulitnya, entah mengapa Archy malah memandangi tubuh Jo yang terbalut kaus putih tersebut dengan takjub. Sumpah, perawakan Jo itu cocok sekali jadi model. Teringat saat hari pernikahan, Jo dengan balutan tuxedo panjang buatann
Akhirnya Archy dan Jo fokus pada makanan masing-masing. Archy mengambil sambal sedikit dan mencicipnya. Jo melihat itu dengan terheran-heran."Ahelah Chy, pedes dong dimakan gitu?" Jo kelihatan bingung."Ini salah satu cara test sekuat apa gue makan pedesnya. Entar gue kasih banyak-banyak kan jadi gak enak kalau kepedesan. Gue juga ngikutin Ria SW di Youtube." Archy menuang sambal sebanyak tiga sendok di kuah baksonya."Lo ini tahu banyak hal ya, kayak gak kehabisan topik kalau ngobrol sama lo." Jo mengaduk baksonya yang sudah dibubuhi dengan sambal, saus dan juga kecap. "Nggak pake saos?""Enggak takut bau ketek." jawab Archy sambil menyuap kuah bakso tersebut."Gue pake saos kagak bau ketek ah." Jo tiba-tiba mencium ketiaknya.Melihat Jo yang otomatis mencium ketiak membuat Archy jadi tertawa. Ia tersedak kuah sambal hingga mukanya memerah. Jo buru-buru mengambil teh botol dingin dan memberikannya pada Archy."Makannya kalau makan itu baca doa, kamu liatin mulu aku sih." Jo mendengu
Archy merasakan jantungnya berdegup kencang saat tubuhnya itu berada di atas tubuh Jo. Lelaki itu memeluknya, memejamkan mata dengan desah napas yang hangat. Apa-apaan ini? Dengan Archy mau diajak jajan bakso bukan berarti mereka bisa bersentuhan fisik bukan?"Jangan kemana-mana, gue kekenyangan jadi butuh penekanan di perut biar kempes." Jo menaikan satu tangannya di atas kepalanya sambil memejamkan mata. "Lo berat juga.""Diem ah Jo, kalau orang lihat posisi kita pasti kita bakal disangka orang mesum!" Archy hendak turun.Jo membuka kedua kelopak matanya, kedua tatapan itu saling bertaut. Archy merasa aneh, kenapa ia malah memandangi Jo sih? Walau wajahnya sama dengan Nathan, akan tetapi menatap Jo ada perasaan aneh dalam hatinya."Kalau mesum juga kenapa? Kan kita udah nikah, siapa juga yang mau larang." Jo tersenyum."Diem ya Jo, gue gak ada niatan mes-"Cup!Jo mengecup pelan bibir Archy yang berisik. Pipi Archy memerah, darahnya terasa naik ke kepala. Apa-apaan tadi?"Bawel, ber
Mobil Jo sudah tiba di Suryakancana Group. Perusahaan yang dimiliki mama tersebut kini diurus sepenuhnya oleh Nathan serta sang ayah, Diraya Suryakancana. Loh, aneh bukan? Tentu tidak, sebagai cucu penerus Suryakancana Group mama jauh memiliki kuasa dibandingkan dengan suaminya sendiri. Jadi, tentu saja pekerjaan dan lain sebagainya merupakan perintah mama.Nathan menjabat CEO, di bawah Ayahnya sendiri. Kini posisi itu diisi oleh Jo semenjak Nathan menghilang, tentu saja ini membuat karyawan sedikit terkejut. Nathan yang terkenal ramah sekarang digantikan oleh sosok Jo yang terkesan dingin dan juga menakutkan. Baru saja ia turun dari mobil, tampak para karyawan sekaligus petugas keamanan membungkukkan badannya.Archy dulu hanyalah Designer yang mengatur seluruh design penjualan di industri pakaian Suryakancana Group. Kini posisinya naik menjadi istri CEO, tentu saja ia ikut dihormati orang-orang saat datang ke kantor."Selamat pagi Tuan Joseph," sapa para karyawan sambil membungkukkan
Archy menghempaskan tubuhnya di jok mobil Jo yang empuk dan nyaman. Aroma parfum mobil yang nyaman menyergap hidung seolah-olah tengah berada di tempat yang menyenangkan. Jika boleh berkata jujur, Jo punya selera yang sangat bagus untuk memilih sesuatu.Jo tampak masuk ke dalam mobil sambil menaruh tasnya sembarangan. Archy mendengus dan membantu merapikan tas yang dilemparnya ke jok belakang tersebut. Jo membuka botol minum kemudian meneguknya dengan rakus, Archy bisa melihat jakun suaminya itu naik turun."Capek banget si Bapak, minumnya udah kayak onta." Archy berkomentar."Capek Chy, si Nathan sialan nyuruh gue gantiin kerjaan yang berantakan dan bukan main bikin otak ngebul. Pantes kabur tu orang." Jo mengeluh sambil menahan sendawa agar tidak mengeluarkan suara yang keras. "Lo gimana? Seneng bisa masuk kantor lagi?"Archy tertegun sebentar kemudian mengangguk. Sebenarnya tadi ia merasa sedih karena tiba-tiba semua orang tidak ada yang mengajaknya bicara. Memang sejak awal orang-
Jo duduk di tepi ranjangnya, tangannya gemetar saat ia memegang telepon genggamnya. Pesan yang baru saja diterimanya masih tampak di layar: [Lepaskan Archy, dan nama baikmu akan kembali.]Ia merasakan kepalanya semakin berat. Archy, istrinya, menghilang. Tidak ada yang tahu ke mana ia pergi. Jo sudah berusaha menghubungi semua orang yang mengenal Archy, tetapi tak ada satu pun yang bisa memberi jawaban. Yang paling membuatnya tertekan adalah bahwa fitnah terus beredar mengenai dirinya—bahkan mengenai saudaranya sendiri, Nathan, yang juga menghilang. Nathan, kembarannya, hilang tanpa jejak, dan orang-orang mulai menuduh Jo sebagai pelaku.Jo terus menerus berpikir, dari mana semua ini berawal? Hubungannya dengan Archy baru saja dimulai, akan tetapi tiba-tiba istrinya itu menjauh tanpa ada kejelasan.Kenapa ini? Ada apa dengan rumahtangganya?**Hari itu, saat semuanya dimulai, Jo masih bisa mengingatnya dengan jelas. Ia sedang duduk di kantor ketika mamanya, tiba-tiba menelepon dengan
"Archy?"Tangis Archy pecah seketika. Sosok pria yang telah membersamainya selama bertahun-tahun itu berada di jeruji besi di sebuah kediaman yang dijaga oleh puluhan orang suruhan Mas Bulan. Mas Bulan memang memiliki kuasa, akan tetapi Archy tidak menyangka bila kekuasaannya itu ternyata dipergunakan oleh Mas Bulan kepada Nathan.Entah sudah berapa lama calon suaminya itu dikurung. Rambutnya yang semula rapi menjadi panjang sebahu, tubuh Nathan juga kurus, dengan penampilan seperti itu Nathan menjadi sangat mirip dengan Jo. Archy tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaannya.Hati Archy sangat hancur. Ia berlutut di depan jeruji besi itu dan tidak diperkenankan masuk. Air mata Archy tumpah ruah sambil menggenggam jeruji besi."Sayang, maafkan aku...." tutur Nathan lirih. "Kamu pasti kecewa karena aku tidak datang di hari pernikahan kita. Aku benar-benar tidak tahu harus menjelaskan apa."Archy menangis dan menggeleng. Terasa Nathan memegang tangannya dari dalam jeruji besi. Tubuh
"Maaas tolong pertemukan aku dengan Nathan, aku mohon!"Archy menangis tersedu-sedu. Mas Bulan yang duduk itu hanya memandangi Archy dengan saksama. Istri sepupunya itu bersimpuh, berlutut di hadapannya dengan kedua tangan terkepal. Archy benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini untuk menemui Nathan."Mas sudah susah payah culik Nathan, kenapa Mas harus pertemukan kamu dengannya? Mas ingin kamu, untuk apa Mas mempertemukan orang yang Mas sayang dengan penghalang cinta Mas?" tanya Mas Bulan sambil menyesap rokoknya. "Sekarang tinggal menyingkirkan Joseph."Archy membelalakan mata. Tidak mungkin, selama ini ia melihat Mas Bulan sebagai sosok pria yang sangat baik dan penyayang bahkan di mata Jo sekalipun! Apakah semua yang ada di hadapan Archy ini nyata?"Mas gila! Buat apa semua ini?! Aku nggak pantas buat Mas, kenapa Mas berbuat sejauh ini hanya demi perempuan seperti aku?" tanya Archy sambil menangis.Mas Bulan mematikan rokoknya kemudian mendekat. Ia mengulurkan tan
"Archy, lo kenapa sih sayang?"Jo tidak mengerti. Sudah satu minggu Archy mengurung diri di kamar dengan alasan menstruasi. Akan tetapi Archy sama sekali tidak mau disentuh oleh Jo, hal itu membuat Jo bingung karena Archy berkata bila ia hanya tidak ingin bersama Jo selama beberapa waktu."Lo bikin gue kesel loh Chy, udah satu minggu loh lo diemin gue dan ngehindarin gue. Gue ada salah apa ya sama lo?!" Jo berkacak pinggang. "Gue gak bisa gak ngobrol atau meluk lo sehari pun, gue bisa gila lo diemin kayak gini!"Jo mendekat ke arah Archy dan menarik tubuh istrinya itu agar menghadap ke arahnya. Archy tampak pucat, karena penasaran Jo membuka pakaian dalam Archy untuk melihat seberapa banyak menstruasi yang istrinya alami. Tidak ada noda darah menstruasi sama sekali, Jo tak mengerti oleh istrinya itu. Ada apa dengan semua sikapnya selama satu minggu penuh?"Udah beres mensnya?" tanya Jo. "Kenapa masih gini sih?""J-jangan minta gituan dulu ya Jo, gue gak mau. Maaf." jawab Archy dengan
(Adegan disturbing, dilarang membaca bagi yang memiliki trauma dan lain sebagainya.)Jo sudah berangkat kerja pagi itu. Archy duduk di depan meja makan sambil mencatat daftar belanjaan yang akan ia beli untuk rumah tangga. Jo memberikan uang cukup untuk hidup mereka berdua, akan tetapi Archy tetap harus mengatur belanjaan apa saja bagi kedua suami istri itu.Namun, di tengah catatan yang sedang ia kerjakan. Tampak Bu Suk menghampiri Archy dari arah depan, Archy mengangkat dagu kemudian memandangi asistennya itu."Ada apa bu?" tanya Archy."Ada Mas Bulan, Nyonya." jawab Bu Suk. "Saya persilakan masuk apa bagaimana?"Archy menghela napas berat. Bisa-bisanya lelaki itu datang di saat Jo sudah pergi ke kantor. Jika seperti ini Archy seperti sedang dikejar oleh seseorang. Namun, orang-orang akan salah paham jika Archy menolak kehadiran saudara ke kediamannya."Biarkan beliau masuk." ujar Archy.Tampak Mas Bulan datang dengan senyum manis dan lembutnya. Ia membawa sekotak kue cokelat serta
"Mas enggak seharusnya berkata seperti itu, karena aku istri sepupu Mas sekarang." ujar Archy sambil menghela napas. "Jika ada yang mendengar hal ini, semuanya hanya akan jadi masalah besar.""Mas menyukai kamu sebelum Joseph. Apakah Mas salah menyatakan ini meskipun terlambat?" tanya Mas Bulan.Napas Archy rasanya berat mendengar pernyataan cinta itu. Bagaimana bisa Mas Bulan sangat berani menyatakan perasaannya ketika seluruh keluarga besar tengah berkumpul? Jo terlihat asyik tertawa bersama saudara-saudaranya yang lain. Archy rasanya ingin berlari ke arah Jo dan mengatakan perasaan sesaknya."Aku tidak ingat kapan Mas melihatku. Tapi aku rasa Mas jatuh cinta terlalu cepat pada orang yang salah." terang Archy."Sejak Nathan mengenalkanmu pada khalayak, aku melihatmu. Aku pikir ada kesempatan, tapi nyatanya tidak pernah ada kesempatan bagi Mas mendekatimu. Mas jatuh hati sama kamu Chy, sangat." Archy berdeham kemudian beranjak dari sofa. Ia tidak ingin melanjutkan pembicaraan dan me
Hari itu adalah perayaan keluarga yang diadakan di kediaman Eyang Putri. Archy memakai blouse dengan motif cherry dan rok panjang. Rambutnya yang panjang sepinggang hanya digerai dan wajahnya sudah bermakeup. Jo terlihat mondar-mandir dengan handuk yang masih ia kenakan di pinggang, ia sama sekali belum memakai pakaian."Nyari apa sih lo? Mondar mandir mulu." omel Archy. "Tanya gue kalau ada yang dicari, biar gue bantu.""Gue nyari lensa kamera. Hari ini ada acara jadi gue mau motret pake kamera baru. Tapi gue taro di mana ya?" Jo menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Jo tampak indah meski hanya memakai handuk di pinggangnya. Tubuh Jo memang tinggi dan atletis, benar-benar idaman banyak wanita di luar sana. Archy menghampiri suaminya, mengecup pelan lengan sang suami kemudian merogoh sesuatu dalam tas."Ini, lo nitip gue biar gak lupa. Udah gue amanin kok." ujar Archy sambil menekan-nekan dada Jo dengan telunjuknya. "Cari tuh pake mata bukan pake idung.""Yeeeeh, gue kan lupa. Makasih
"Tuan Chandra, ini yang anda minta."Mas Bulan menatap sebuah dokumen berisi beberapa data yang ia minta pada suruhannya. Ia mengulas senyum memandangi tulisan demi tulisan beserta beberapa foto yang ia minta."Tuan, maaf bukankah itu Nyonya Archy istri Tuan Joseph?" tanya Bams, sang sekretaris. "Anda mengumpulkan segala hal tentangnya melalui seseorang selama satu tahun ini. Apakah ini ada hubungannya dengan perusahaan?" imbuhnya.Mas Bulan menatap Bams dengan tajam. Ia menghela napas kemudian mengambil satu buah foto."Keluarga Joseph dan Jonathan sangat menarik, bahkan anak kembar itu jatuh cinta pada wanita yang sama begitu saja. Archy memang sangat menarik sejak pertama kali aku melihatnya bersama Jonathan." terang Mas Bulan.Bams terlihat bingung, akan tetapi ia hanyalah karyawan. Walaupun ada banyak pertanyaan, Bams tidak berani bertanya."Sejak dikelola oleh tuan Joseph, perusahaan berjalan jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Karya Nyonya Archy juga meningkatkan penjualan di
Archy melirik Jo yang tengah sarapan pagi itu. Ia berkutat dengan tablet yang tengah ia pelototi sejak duduk di kursi meja makan. Archy meringis, menahan rasa perih karena digempur semalaman oleh Jo. Perlahan Archy duduk di samping Jo sambil mendesis."Kenapa Chy? Ambeien lo?" tanya Jo sambil sibuk memelototi tabletnya."Matamu ambeien. Lo pikir gue kesakitan gini gara-gara siapa?!" omel Archy.Joseph terkekeh mendengar omelan Archy. Ia menutup layar tabletnya kemudian sontak mencumbui bibir istrinya. Archy memukul pelan bahu suaminya kemudian mendengus."Sekarang nyosor melulu." keluh Archy."Emang kagak ada rasa bersyukurnya ya lo jadi orang! Gue dingin salah, gue anget salah. Dispenserkah gue ini?" Jo balik mengomeli Archy. "Gue kan cuma cium bini gue sendiri.""Ya cium sih cium, tapi yang di bawah basah nih!" omel Archy. "Lo kan mesti kerja, gue bisa nahan gak ya. Gue bergairah terus kalau sama lo."Jo memandangi istrinya itu dengan gemas. Sekarang ia paham mengapa Jonathan tergil