Share

Rizal Turun Tangan

last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-25 09:05:19

Kriiingg....

Ponsel di atas meja berbunyi nyaring. Bang Rizal segera mengambil benda pipih itu dan menempelkan di telinga kanan.

"Bagus, ikuti dia terus! Jangan sampai lepas!"

Siapa yang sedang menelepon Bang Rizal?

"Kenapa lihat seperti itu? Baru tahu kalau abangmu ini tampan memesona?" Aku mencebik. Bisa-bisanya dia besar kepala disaat yang tidak tepat.

"Kalau abang memesona, kenapa masih jomblo sampai saat ini?"

Bang Rizal diam, lelaki itu justru mengalihkan pandangan. Apa aku salah bicara? Seingatku Bang Rizal tak pernah menceritakan tentang wanita yang ia sukai.Bahkan ia tak pernah membawa teman wanitanya ke rumah. Apa tak ada wanita yang menyukainya? Ah, rasanya tak mungkin. Bang Rizal tampan, perhatian dan beruang. Tak ada wanita yang mampu menolak pesonanya.

"Alia salah bicara ya, Bang?"

"Tak, kamu benar, abang ini jomblo karatan. Hahaha ...." Bang Rizal tertawa, tapi terkesan di paksakan. Pasti ada alasan kakakku tak juga menikah. Mungkin rasa trauma atas kegagalan cin
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Salah Kirim Paket   Gertakan

    Duduk di meja makan yang besar seorang diri. Tak ada suami yang menemani. Mas Alvan memang tak pulang semalam. Aku tahu dia kemana, tentu ke rumah istri barunya. Dulu aku tak pernah curiga jika dia izin untuk menginap ke rumah orang tuanya. Kini aku tahu semua itu hanya alasan untuk menemani gundiknya. Sebuah rumah akan terasa sepi tanpa kehadiran anak. Namun sekarang aku justru bersyukur. Setidaknya tak ada yang membuatku terasa berat untuk meninggalkan Mas Alvan karena tak ada anak di antara kami. Meja makan telah tertata beraneka lauk dan sayur. Ingin makan tapi tak berselera jika sendirian. Rasanya tak enak jika makan seorang diri. "Bik Sum!" teriakku sedikit keras. Bik Sumati sering dipanggil bik Ati atau Bik Sum memang mengalami sedikit gangguan pendengaran. Kalau tidak teriak beliau tak akan mendengarnya. Wanita paruh baya itu segera berlari ke arahku. Langkah Bik Sum memang masih kuat hanya pendengarannya saja yang berkurang. "Ada yang bisa saya bantu, Bu?" Bik Sum mengel

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-25
  • Salah Kirim Paket   Bab 31

    Kutarik napas dalam lalu menghembuskan secara perlahan. Menetralisir emosi yang hampir meledak karena kedatangan tamu tak di undang. Pagi-pagi duo ular sudah membuat masalah. Ya Tuhan, apa salahku hingga mendapatkan mertua seperti itu? Ku bawa piring yang masih berisi makanan ke wastafel. Nafsu makanku hilang karena kedatangan ibu dan anak tak tahu malu itu. "Masakan bibik tidak enak ya, Bu? Kok makanannya tidak di habiskan?"Aku menjadi tak enak hati karena masakan bik Sum tak ku habiskan. "Em, bukan begitu bik. Masakan bik Sum selalu enak. Tapi karena ada ular betina jadi tak nafsu makan."Bik Sum mengernyitkan dahi, terlihat ia bingung dengan ucapanku. Aku sih bicara yang tidak-tidak pada orang tua. Jelas bik Sum tak mengerti."Ular betina siapa Bu?" Benar kan, bik Sum bingung dengan perkataan ku. Tapi tak mungkin jika aku bilang ibu dan Saya-lah ular betina itu. "Bukan apa-apa, bik. Tak usah di bahas lagi." "Apa ibu dan non Sasya?" Aku hanya tersenyum melihat tingkah lugu a

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-26
  • Salah Kirim Paket   Bab 32

    Sudah dua hari Mas Alvan tak menampakkan batang hidungnya. Entah di kantor maupun di rumah. Dia seakan sengaja menghilang paska di turunkan jabatan menjadi Office Boy. Rumah terasa damai karena tak ada parasit di dalamnya. Ketiadaannya tak membuatku khawatir dan mengirimkan pesan sekedar bertanya keadaannya. Bagiku tak ada gunanya basa-basi bertanya, jika kenyataan aku tahu dimana ia sekarang berada. Ya, dimana lagi kalau bukan di rumah istri keduannya, Mega. Mega adalah istri kedua Mas Alvan yang dinikahi secara siri. Nama Mega sendiri sangat familiar bagiku. Tapi siapa dia? Satu tanda tanya besar yang hingga kini belum ku temukan jawabannya. Bang Rizal memang sudah menyelidiki asal usul istri siri Mas Alvan. Mega lahir di kota kembang. Dia dibesarkan di sebuah panti asuhan di kota Bandung. Ibunya meninggal saat ia berusia enam tahun. Dan sejak saat itu Mega tinggal di panti asuhan. Mengenai siapa ayah kandungnya, Bang Rizal belum mendapatkan informasi. Karena Mega lahir dari seb

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • Salah Kirim Paket   Bab 33

    Jarum jam sudah menunjukkan angka dua belas. Waktunya untuk para karyawan kantor istirahat sejenak dari penatnya pekerjaan mereka. Tepat saat aku menata berkas di meja, satu pesan masuk di aplikasi berwarna hijau ku. Benar dugaanku. Satu pesan dari Baim. Sebuah lokasi restoran yang letaknya lumayan jauh dari kantor. Hampir satu jam untuk sampai ke sana. Sebegitu pentingkah hingga memilih restoran yang jauh dari sini? Mobil melesat mengikuti petunjuk dari aplikasi pintar di dalam ponsel. Hampir satu jam membelah ramainya jalanan kota di jam istirahat. Namun belum sampai juga. Waktu yang harusnya satu jam kini melebihi perkiraan. Hampir satu jam lebih dua puluh menit aku menyetir mobil. Dan akhirnya restoran tujuanku sudah ada di depan mata. Ku hentikan kendaraan roda empatku tepat di depan sebuah restoran dengan menu khas nusantara itu. Melangkah dengan perasaan tak menentu. Mata awas mencari sosok lelaki yang ku kenal semasa duduk di bangku sekolah menengah atas. Ku cari dari sudut

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • Salah Kirim Paket   Masalah Baru

    "Sejak kapan kamu memiliki video ini?"Baim diam. Matanya masih menatap lurus ke depan. Seakan tengah mengingat kenangan masa lalu. "Jika ada orang yang menjelekkan orang yang kamu cinta dan percayai sepenuh hati. Apa kah kamu percaya?" tanya Baim lalu menatap lekat netraku. Aku diam, tak mampu menjawab apa. Dalam hubungan suami istri harus ada sebuah kepercayaan. Karena pada dasarnya kepercayaan adalah lem yang akan mempererat suatu hubungan. Kalau tak ada kepercayaan mungkin hubungan itu akan kandas. Jika Baim memberikan video ini dari dulu, apakah aku akan percaya? Entahlah, aku sendiri bingung harus menjawab apa. "Aku yakin kamu tak akan percaya Al, meski kamu telah mengenalku lama. Kamu pasti lebih percaya pada suamimu ketimbang aku. Benar kan?"Baim seolah mampu membaca pikiranku. Rasa cinta yang mendalam membuat logika dan mata ku buta. Buktinya aku mudah saja dibohongi Mas Alvan. Dia mempunyai istri kedua saja aku sampai tak tahu. Bagaimana aku bisa percaya dengan ucapan B

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Salah Kirim Paket   Bab 35

    Pov AliaMelangkah mendekati wanita yang telah melahirkanku tiga puluh satu tahun yang lalu itu. Kujatuhkan bobot tepat di sampingnya. Ku tarik nafas dalam untuk memasok oksigen ke dalam otak. Aku harus bisa menahan emosi dan berpikir jernih kalau tidak masalah ini akan melebar kemana-mana. Mama adalah kelemahanku. Mas Alvan sangat licik. Tega dia memanfaatkan mama untuk ambisinya. Suamiku adalah menantu kebanggaan mama. Beliau sangat mempercayai ular jantan itu. Ya, bisa dibilang sifatnya sebelas dua belas denganku. "Jelaskan apa yang terjadi dengan rumah tangga kalian? Kamu selingkuh?" Mama menatap nyalang ke arahku. Seakan aku ini tersangka pembunuhannya yang harus dilenyapkan. "Siapa yang selingkuh, ma?" "Kamu!" Mama mengarahkan jari telunjuk padaku,"Alvan bilang kamu selingkuh. Kamu mengusir Alvan karena dia memergoki kalian bercumbu di kamar."Kupijit kepala yang terasa berdenyut. Bisa-bisanya lelaki breng**k itu memutar balikkan fakta. Dia yang selingkuh dan mendua tapi aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-30
  • Salah Kirim Paket   Pov Rahmawati

    Pov Rahmawati (Mama Alia) "Al, Alia ... Maafkan mama!" "Alia!"Alia tak menghiraukan ucapanku. Dia masih berjalan ke lantai atas tanpa menenggok ke belakang. Melihat perlakuan Alia membuat hatiku seperti di sayat, sakit. Seumur hidup, baru kali ini Alia berkata kasar padaku. Ku lihat beberapa foto yang ada di tangan. Ini memang foto Alvan. Dia terlihat bahagia dengan wanita di sampingnya. Hati istri mana yang tak sakit melihat pemandangan ini. Aku tahu Alia sangat terluka dengan pengkhianatan Alvan. Ku baca foto kopi laporan keuangan perusahaan. Memang benar ada keganjilan dalam laporan ini. Penarikan uang dengan nominal besar setiap bulannya. Alvan, kenapa kamu setega ini pada kami? Tak ingat kah saat ku angkat derajatmu. Dengan tangan terbuka ku terima kahadiranmu. Aku bahkan sudah mengaggapmu sebagai anakku sendiri. Namun justru luka yang kamu torehkan pada putriku. Kurang apa kami padamu? Ku hembuskan nafas kasar. Bodohnya aku yang mudah percaya dengan ucapan Alvan tanpa me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-31
  • Salah Kirim Paket   Pov Rizal

    Alia, wanita cantik dan apa adanya. Wanita yang mampu mencuri hatiku untuk pertama dan mungkin terakhir . Aku mencintainya dalam diam. Dia yang sangat ku cinta tapi tak pernah bisa ku miliki. Jika mengingat itu, rasa sesak kembali menyelimuti dada. Aku tahu jika perasaan ini salah. Salah besar karena aku mencintai adik kandungku sendiri. Ya Tuhan, kenapa Engkau berikan cinta kepada wanita yang jelas-jelas tak bisa ku miliki. Sampai kiamat pun tak akan pernah bersatu. Kulihat ikan yang asyik berenang di dalam kolam. Mereka bebas memilih pasangan tanpa perduli jika mereka satu induk. Berbeda denganku, yang harus memendam rasa karena mencintai adik sendiri. Sudah berulang kali kucoba menghapus namanya dari sanubari. Namun nyatanya nama itu semakin kokoh tertanam di relung hati terdalam.Ya Tuhan, harusnya Engkau hapus dan hilangkan rasa ini. Bukan justru Engkau biarkan semakin dalam. Andai aku bisa mengatur hati. Sudah pasti aku ingin mencintai wanita lain. Wanita yang bukan adik kand

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-01

Bab terbaru

  • Salah Kirim Paket   Ending

    Tumpukan berkas dan laporan sudah berada di atas meja keja. Aku menghela napas kemudian menjatuhkan bobot di kursi kebesaran. Satu persatu laporan kubuka lalu membaca setiap kata yang tersusun di atas kertas itu. Sesekali memijit kepala yang berdenyut. Ada sedikit perbedaan di dalam laporan keuangan. Apa jangan-jangan Alvan kumat lagi? Apa mungkin dia kembali melakukan kecurangan? Sungguh tak tahu malu jika dia melakukan itu? Aku membuang napas. Dengan kasar kuambil telepon di atas meja. "Suruh Alvan kemari!""Iya, Pak."Panggilan telepon kumatikan setelah mendengar kata iya dari mulut Mia. Sambil menunggu Alvan datang, kembali kuperiksa berkas lainnya. Pekerjaanku kian menumpuk setelah kematian Ibu. Beberapa bulan aku terlalu terbuai dalam rasa bersalah hingga mengabaikan tanggung jawab. Untung masih ada Alia yang membantu mengurus semuanya. Dia memang bisa diandalkan dalam hal apa pun. Terlepas dari cerewetnya. Pintu diketuk tiga kali. Aku yakin itu pasti Alvan. "Masuk!"Pin

  • Salah Kirim Paket   Surat Bu Nur

    Pov RizalRumah sudah penuh dengan beberapa tetangga saat aku tiba. Jenazah ibu segera diangkat lalu dibaringkan di ruang tamu. Sempat kulihat tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang. Namun aku memilih acuh. Sudah menjadi rahasia umum jika aku hanyalah anak angkat Ibu Rahmawati. Lalu kini aku membawa seorang wanita paruh baya yang sudah terbujur kaku. Siapa yang tak bertanya-tanya. "Kita salatkan, Bang. Beri penghormatan terakhir untuk Ibu." Aku mengangguk lalu melangkah masuk untuk berwudhu. Kami mulai menyalatkan jenazah Ibu. Bulir bening kembali jatuh setelah mengucapkan salam. Ini adalah penghormatan pertama dan terakhir dariku. Setelah selesai disalatkan. Jenazah ibu segera dikebumikan. "Kamu di rumah saja, Al.""Tapi, Bang.""Kamu sedang hamil. Pasti lelah sedari tadi mengurusi ini dan itu. Makasih untuk semuanya."Alia mendekat lalu memeluk tubuhku erat. Aku sentuh pundaknya hingga seraya menghirup aroma tubuh yang menenangkan. Terima kasih, kamu sudah menjadi istri, a

  • Salah Kirim Paket   Memaafkan

    Pov RizalAku segera beranjak, meninggalkan nasi yang masih tersisa setengahnya. "Mas!" panggil pelayan rumah makan. Aku terpaksa berhenti menanti lelaki itu mendekat ke arahku. "Ada apa, Mas?""Masnya belum bayar, kan?"Aku menghela napas, menahan amarah yang sebentar lagi meledak. Dia memanggilku hanya untuk ini. Uang merah di atas meja apa tak terlihat olehnya? Apa ia taj tahu aku sedang terburu-buru. "Uangnya di atas meja,Mas. Coba dilihat dulu.""Jangan ke mana-mana, Mas. Awas kalau sampai kabur."Pelayan itu membalikkan badan. Kemudian tersenyum saat melihat selembar uang berwarna merah. Aku memutar tubuh lalu melangkah pergi. Tak kuhiraukan teriakannya. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, beberapa kali aku hampir menabrak kendaraan lain. Dadaku bergetar, perasaan bersalah kian mendominasi hati. Ego menolak memaafkan tapi hati... Ah, tak bisa kujelaskan. Kakiku melangkah cepat menuju ruang ICU. Menerobos rombongan ibu-ibu yang akan menjenguk pasien. Hingga akhirnya kak

  • Salah Kirim Paket   Bimbang

    Pov RizalSudah tiga hari Alia memilih tidur di lantai atas. Sudah tiga hari pula dia mengunci mulut rapat. Tak sepatah kata keluar dari mulutnya. Bahkan dia selalu membuang muka saat berpapasan denganku. Sebegitu marahkah dia? Alia marah karena aku tak mau menjenguk Bu Nur. Ah, harusnya ia tahu apa yang aku rasakan. Dibuang wanita bergelar ibu sangatlah menyakitkan. Lebih baik dikhianati teman dari pada dibuang oleh wanita yang telah melahirkan kita. Malam semakin larut tapi mata tak kunjung terpejam. Rasa kantuk seakan hilang dibawa kehampaan. Tak ada Alia membuat aku tidak mampu tidur nyenyak. Ingin aku masuk lalu memeluknya dari belakang. Menciumi harum tubuh yang membuatku mabuk kepayang. Kuambil benda pipih yang tergeletak di atas nakas. Dengan cepat jari-jari ini menari di layar ponsel. Membuka aplikasi berwarna biru dengan logo F itu. Berbagai postingan muncul di berandaku. Dari yang bermutu hingga yang tak pantas dilihat semua muncul begitu saja. Sesekali aku beristigfa

  • Salah Kirim Paket   Ancaman Alia

    "Hallo, Al. Kamu bilang apa tadi?" Aku mendengus kesal, disaat seperti ini kenapa ucapanku tak ia perhatikan? Menyebalkan. "Cepat ke rumah sakit. Ibu kamu kritis!""Astagfirullah... Mama kritis, Al? Kenapa bisa? Tadi pagi Mama masih baik-baik saja kok."Astaga! Lama-lama kumaki juga Bang Rizal itu. Aku bilang Ibu bukan mama. "Ibu kamu, Mas. Bu Nur bukan Mama.""Alhamdulillah kalau Mama tidak kenapa-napa, Al."Aku mengepalkan tangan di samping. Ingin segera kulayangkan ke wajahnya. Ibunya sedang kritis tapi ia pura-pura tak mendengar ucapanku. "Bu Kritis, Mas!" teriakku. "O, ya sudah kalau begitu. Mas ada meeting lagi." Seketika panggilan telepon ia matikan. "Mbak." Aku menoleh, seorang satpam berdiri di sampingku. Tatapan matanya tajam, membuat nyaliku menciut dalam sekejap. "Jangan berisik, ini rumah sakit!"Aku menelan ludah dengan susah payah. Dalam hati aku merutuki sikap cuek Bang Rizal hingga akhirnya aku dimarahi satpam. "Ma-maaf, Pak."Lelaki itu hanya diam kemudian me

  • Salah Kirim Paket   Kritis

    Aku mulai sibuk mempersiapkan acara empat bulanan yang tinggal tiga hari lagi. Acara syukuran sekaligus doa untuk calon anak kami akan diadakan di rumah. Tak banyak yang kami undang, hanya keluarga inti, tetangga dan beberapa anak panti asuhan. "Catering sudah, kan, Al?" tanya Mama. "Sudah,Ma. Tinggal bingkisan untuk dibawa pulang saja. Enaknya apa, ya?"Aku dan Mama saling diam, bingung memikirkan bingkisan apa yang cocok dibawa pulang. "Kalau pesan kue gimana, Al?" usul Mama sambil menatapku. "Boleh, Ma.""Kalau gitu kita pesan sekarang saja. Kita ke tokonya." Mama begitu antusias. Momen seperti ini sudah lama Mama nantikan. Tak heran jika kini Mama begitu antusias menyelenggarakan acara empat bulanan kehamilanku. Semua dekorasi, catering hingga bingkisan Mama yang memilih. Aku hanya membantu memesankan saja. "Ayo, Al! Kita siap-siap!"Aku segera melangkah menuju kamar untuk mengganti pakaian. Begitu pula dengan Mama. Belum sempat memakai hijab sebuah panggilan masuk. Segera

  • Salah Kirim Paket   Penolakan Rizal

    Berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan tidaklah muda. Seperti itulah yang Bang Rizal rasakan. Dia tersiksa dengan rasa benci dan amarah. Semenjak pengakuanku, Bang Rizal memilih diam. Tak banyak kata yang keluar dari mulutnya. Dia hanya berbicara seperlunya, selebihnya dia memilih membisu. "Abang marah?" tanyaku saat kami berada di kamar. "Tidak."Menghela napas saat kudengar jawabannya. Singkat, padat dan datar. Sikapnya semakin dingin terhadapku. Apa aku benar-benar salah melakukan tes DNA itu? Aku hanya ingin memastikan. "Maaf jika sikapku lancang, Bang.""Aku lelah, Al. Bisakah kita bicara besok. Abang ingin tidur." Bang Rizal membalikkan badan, dia membelakangiku. Jarum seakan tak bergerak. Sikap dinginnya membuat aku tak bisa memejamkan mata. Rasa kantuk yang sempat mendera hilang dalam sekejap mata. Mata semakin tak bisa terpejam saat hasrat makan seketika muncul, bahkan terasa menggebu. Aku beranjak dari ranjang. Perlahan kakiku melangkah menuju dapur. Semoga saja ma

  • Salah Kirim Paket   Hasil Tes DNA

    "Siapa, Al? Kenapa syok begitu?" Bang Rizal menatapku penuh tanda tanya."Itu... Anu ...."Mulut ini mendadak kelu, apa kukatakan saja sekarang? Namun jika menimbulkan keributan bagaimana? "Alia sayang, kenapa diam? Kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu padaku, kan?"Mungkin saatnya Bang Rizal mengetahui kenyataan ini. Entah bagaimana tanggapannya nanti. "Alia.""Nanti Alia jelaskan, tapi tidak di sini, Bang."Setelah cukup lama berbincang dengan Syasya dan Bu Nur, akhirnya kami berpamitan pulang. "Apa yang mau kamu katakan, Al?" tanyanya sambil mengemudikan mobil. "Jalan dulu, Bang! Nanti kuatur mau belok ke mana." Bang Rizal mengangguk lalu kembali fokus mengendarai mobil. Aku mulai mengarahkan ke mana mobil harus berjalan. Kadang belok kanan atau belok ke kiri. Bang Rizal menurut tanpa banyak protes. "Ini bukannya alamat ke rumah Mia, Al?""Iya, Bang. Kita akan ke rumah Mia." Bang Rizal menautkan dua alis tapi enggan bertanya lebih jauh lagi. Pintu kuketuk pelan, tak lama

  • Salah Kirim Paket   Sama

    "Bagaimana, Mia?""Aman, Mbak. Tinggal menunggu hasilnya."Aku bernapas lega. Langkah untuk mengetahui kebenaran sudah berada di depan mata. Semenjak mendengar perkataan Bu Nur, entah kenapa aku ingin memastikan apakah dia ibu kandung Bang Rizal atau bukan. Jujur mata Bu Nur begitu mirip dengan mata Bang Rizal. Itu yang membuatku yakin jika mereka memiliki ikatan darah. "Aku tunggu kabar baiknya.""Telepon siapa, Sayang?" tanya Bang Rizal setelah keluar dari kamar mandi. Bang Rizal berjalan mendekat, air dari rambutnya menetes hingga ke lantai."Mia telepon tadi.""Ngomongin apa sih? Kayaknya serius banget." Bang Rizal mendekat lalu memelukku dari belakang. Tetes demi tetes air menempel di pundakku. "Basah, Bang!" Aku lepas tangan yang melingkar di perutku. "Biarin, Abang lagi pengen kaya gini. Sudah lama kita sehangat ini, kan?"Aku diam, mendengarkan degup jantungnya begitu keras. Kuhirup aroma shampoo yang mengudara hingga menimbulkan rasa nyaman. Benar yang dikatakan Bang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status