Empat tahun berlalu...
Seorang laki-laki berkemeja abu melangkah memasuki pintu utama di rumah mewah tiga lantai. Rumah itu tak lain adalah milik keluarganya sendiri, rumah yang sudah belasan tahun menjadi tujuannya pulang setiap hari.
Memasuki ruang tamu laki-laki tersebut memandang dengan senyuman sekelilingnya. Foto keluarga masih terpajang, cat yang seakan tak pernah luntur serta harum ruangan yang masih sama seperti dulu, membuat laki-laki tersebut merindukan seluruh penghuni rumah.
Ayah, Bunda, kedua adiknya dan satu lagi wanita bertubuh mungil. Dia sangat merindukan kelima figur tersebut.
Tapi kemana mereka?
"Abangggg!" Tiba-tiba seorang gadis kecil berkepang dengan pita merah turun dari arah tangga memekik. Di belakangnya ada bocah laki-laki. Mereka berumur sekitar lima tahunan.
"Hai." Laki-laki tersebut membungkuk berhadapan dengan gadis itu. Jika kalian
Puas melepas rindu dengan Selin kini giliran Sadena menemui seluruh keluarganya di ruang tamu.Bergantian Sadena memeluk erat Mery, Aldevan, dan Sadava, tiga orang yang sangat berarti dalam kehidupannya. Mereka begitu bahagia saat melepas rindu dengan Sadena.Bahkan mata Mery sampai berkaca-kaca, ia sangat bersyukur masih diizinkan oleh Tuhan untuk melihat kedua putra kembarnya sesukses sekarang. Sadena berhasil menjadi penerus perusahaan fashion Arcandra, sedangkan Sadava mendirikan bisnis otomotifnya. Laki-laki itu sendiri masih bertahan menjalin hubungan bersama Marsha. Mereka rela menunda pernikahan karena menunggu kedatangan Sadena."Duh my bro, gimana lo sehat kan? Kangen banget gue bangg," ucap Sadava sembari memeluk erat kembarannya. Setelah mendapat telpon dari Mery bahwa Sadena telah pulang, Sadava langsung meninggalkan pekerjaannya."Sehat, Dav. Lo sendiri?" Sadena mengurai pelukan menatap
Ada banyak cara seseorang menunjukan kasih sayang,seperti Sadena misalnya, dia rela meninggalkan setumpuk pekerjaan kantor demi menjaga Selin. Selain itu, dikarenakan Raya dan Kevin belum juga pulang dari Jakarta. Mereka pergi ke sana karena tuntutan pekerjaan Kevin, maka mau tau Raya pun mengikuti suaminya. Dan selama mereka tidak ada, Aldevan dan Mery lah yang menjaga Selin serta adiknya Kenarya. Mereka mempercayakan kedua orang tersebut pada orang tuanya.Sadena mengusap lembut kepala Selin, kekasihnya itu sedang menonton film dan duduk di lantai keramik beralaskan karpet tebal, sementara Sadena berbaring di atas sofa. Kepala Selin sejajar dengan perutnya, maka Sadena dapat dengan mudah mengambil pipi Selin lalu mencubitnya gemas. Mereka berada di ruang keluarga kediaman Selin.Sedangkan Ken sudah tidur duluan di kamar bocah itu."Ish Dena!""Hahaha. Siapa suruh gemesin? Jadi pengen nyubit terus."
Empat tahun yang sangat berarti bagi Marsha. Bagaimana tidak? Selama itu, dia mempelajari banyak hal yang membuatnya menjadi sukses seperti sekarang. Dan di balik kesuksesan itu, ada sebuah keluarga yang menjadi alasan utamanya. Terkhusus, Aldevan dan Mery yang telah berbaik hati memberikan bantuan pendidikan kepadanya. Mereka membiayai kuliahnya, memberi banyak kasih sayang pada Marsha layaknya gadis itu adalah putri kandung mereka. Tak pernah sedikitpun, Marsha merasa dibedakan dari Sadena, Sadava, apalagi Mouretta yang tak lain adalah putri bungsu mereka. Tak lagi Marsha merasa kesepian atau ketakutan di dunia ini, sebab Tuhan menitipkan dirinya pada keluarga yang begitu harmonis dan bahagia. Tuhan, terima kasih. Sekarang Marsha sangat bahagia. Saat ini gadis itu sedang menggambar gaun rancangannya di permukaan kertas khusus, dan selain bekerja sebagai desainer di butik Raya, Marsha juga mempunyai b
Hari ini hari minggu, jadi Sadena libur bekerja, kesempatan dia untuk menghabiskan waktu bersama Selin. Sadena mengajak perempuan itu jalan-jalan ke Mall bersama Kenarya dan Mouretta.Keempat orang itu berjalan bersisian memasuki area mall dengan Mou dan Ken jalan lebih depan, mereka tampak seperti keluarga kecil yang sangat bahagia. Bagi orang yang tidak tahu, mungkin saja mereka menganggap Selin dan Sadena adalah orang tua dari Mou dan Kenarya.Kedua bocah itu saling menganyunkan gandengan tangan dengan ekspresi senang, sesekali Ken merajuk karena Mou melepas genggaman tangannya."Ish Mou jangan dilepas," rengek Ken. Mou bersedekap."Penat tau, Ken."Ken memberenggut kesal, dia meraih tangan Mou lagi dan menggenggamnya lebih erat. "Kita kan pacaran, harus gandengan terus tau Mou!"Mendengar ucapan kedua bocah itu kelewat batas, Selin meraih bahu Ken dan Ken pun menghadapnya. Genggaman tangan kedua bocah
Satu lagi hal mengejutkan yang tak pernah Sadena dan Selin bayangkan selama beberapa tahun ini, yaitu, bagaimana Steve dan Laura bisa menjadi sepasang kekasih? Mengingat dulu saat mereka SMA, Steve sama sekali tidak suka dengan Laura yang dulu notebenenya adalah kekasih Zoe. Lawan Sadena di ring.Sadena pun baru saja ingat bahwa Mery pernah mengatakan Laura akan segera menikah dengan laki-laki bernama Steve, namun, tak pernah terpikir oleh Sadena bahwa Steve yang Mery maksud adalah Steve rekan tinjunya. Haha. Dunia sesempit ini ya? Kemungkinan yang tidak mungkin terjadi pun ternyata dapat menjadi kenyataan.Sadena mau pun Selin jadi penasaran, hal apa yang membuat Steve dan Laura saling jatuh cinta?Dan untuk menjawab rasa penasaran kedua temannya, Steve pun menceritakan semuanya. Mereka mampir dulu di kafe mall sembari Mou meredakan rasa sakit di pantatnya.Awalnya Laura sedikit canggung untuk menghadap a
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, hari dimana Raya dan Kevin telah pulang ke Indonesia.Ditemani Sadena, Selin menyambut penuh sukacita kedua orang tercintanya itu di bandara, dia memeluk Raya dan Kevin begitu erat menyalurkan rasa rindunya."Akhirnya mama papa pulang... Selin kangen banget," ucap Selin mengurai pelukan dari sang mama. Wanita yang mengenakan blouse berwarna coklat itu mengusap rambutnya penuh sayang."Mama papa apalagi... kepikiran terus sama kamu.""Maafin papa ya sayang, seharusnya papa minta mama kamu tinggal di rumah aja," ujar Kevin memeluk Selin sekilas. Pria berkemeja biru itu mengecup puncak kepala putrinya."Nggak papa kok, Pah." Selin tersenyum, dia menarik tangan Sadena agar laki-laki itu lebih mendekat menghadap kedua orang tuanya.Sadena memang sedikit mengundurkan diri tadi sebab takut mengganggu kegiatan melepas rindu ketiga orang tersebut. Terlebih Selin yang tampak sangat
Zoe mengecek kelengkapan beberapa dokumen di hadapannya. Dia sekarang sedang bekerja di perusahaan milik Anton--mendiang ayah Bella. Bagaimana bisa begitu? Ceritanya sangat panjang dan apakah kalian ingin tahu?Jika iya, terus baca cerita ini, jika tidak, abaikan saja.Bermula saat setahun lalu setelah Zoe keluar dari penjara, dia tanpa sengaja menemukan perempuan cantik tengah tiduran di atas makam padahal saat itu, hari sudah menjelang senja. Zoe berada di sana karena ia mengunjungi makam ibunya yang juga berada tak jauh dari makam tempat perempuan itu.Dengan rasa penasarannya Zoe mendekat, dia menepuk-nepuk bahu perempuan itu berusaha membangunkannya. Tak lama, perempuan itu pun terjaga. Mendongak menatap Zoe dengan mata sembabnya. Kulitnya yang putih mulus, pipinya yang chubby, dan matanya yang bulat dengan bulu lentik menghiasi.Zoe tebak, perempuan cantik itu habis menangis kemudian saking sedihnya
Zoe tersadar dari lamunan sesaat pintu ruangannya terbuka, tepat beberapa detik setelahnya seorang perempuan cantik berambut panjang masuk dan melempar senyum lebar kepadanya.Ya siapa lagi, perempuan itu kalau bukan Bella? Perempuan yang sangat Zoe cintai hingga detik ini."Aku bawa makan siang buat kamu," ucap Bella menaruh kotak bekalnya ke hadapan Zoe. "Dimakan yaa, Mas."Zoe pun merengkuh pinggang perempuan itu dan berbisik di telinganya, "Terima kasih, aku sangat mencintaimu Bella. Kamu membuat banyak perubahan dalam hidupku."Pipi Bella sontak memerah.***Selin, Sadena serta semua keluarga dari kedua orang tersebut berkumpul di ruang keluarga rumah Sadena. Tujuan mereka tak lain adalah untuk membicarakan rencana pernikahan salah satu putra dan putri mereka.Dan hari ini, hal yang ditunggu kedua insan yang sedang mabuk asmara itu pun akhirnya tiba."Jadi, bagaimana Dena? Kamu yakin ingin men
Selin mengunyah dengan lahap sosis bakar di mulutnya hingga pipi perempuan itu membulat, ia menyengir menatap Sadena, pria itu terkekeh geli menatap wajahnya.Sadena membelikan banyak sekali makanan, bukan hanya sosis bakar, tapi juga es krim serta permen manis. Dan yang Selin tak habis pikir, sosis bakar, es krim dan permen manis tersebut masih sama merknya seperti yang pernah Sadena belikan dulu untuknya saat mereka SMA. Pedagang sosis bakar tersebut bahkan masih mengingat Sadena saking seringnya dulu mereka datang ke taman ini lalu jajan sosis bakar beliau.Jika saja Sadena tidak melanjutkan studinya ke Amerika, mungkin di masa kuliah, mereka akan menambah kenangan di sini.Melihat Sadena tidak makan, hanya duduk di samping sembari mengusap-ngusap kepalanya, Selin pun menawarkan sosis bakarnya pada pria itu."Dena mau?" kebiasaan Selin, apa pun yang dimakan selalu di tawarkan padanya. Apalagi, Selin termasuk perempuan yang tidak
Pagi menyapa seperti biasa, bedanya hari ini hari libur, jadi Sadena berencana mengajak Selin jalan-jalan. Bukan cuma Selin, ia juga berniat mengajak Mou. Kasihan Sadena melihat bocah itu beberapa minggu ini hanya berdiam diri di rumah. Mery dan Aldevan sibuk, mungkin karena itu mereka tidak punya waktu mengajak Mou jalan-jalan, begitu pula dengan Ken.Mou bilang Ken sering curhat dia bosan berada di rumah. Oleh karenanya, Sadena juga mengajak Ken agar Mou punya teman bermain.Mou mengenakan sweater berwarna pink dan rok selutut, gadis kecil itu tampak sangat gemas mengenakan pakaian seperti itu. Ah, dia salah, ada lagi yang lebih menggemaskan, yaitu istrinya yang baru saja selesai bersiap lalu keluar dari kamar. Selin, memakai warna sweater yang sama dengan Mou. Mereka sangat kompak."Apa gue harus pakai yang pink-pink juga nih?" batin Sadena tertawa. Ia duduk di sofa menunggu kedua bidadarinya selesai bersiap.Mou turun dari tang
Selin mengeluari kamar kecil dengan perasaan lega. Sebab ia baru saja berhasil lancar buang air besar setelah berhari-hari mengalami sembelit. Perempuan itu lantas menjatuhkan dirinya di atas kasur sembari mengelus-ngelus perutnya yang rata.Entah kenapa tingkah Selin itu menarik perhatian Sadena yang tadinya asik berkutat di depan laptop mengerjakan tugas kantor, sekarang malah tersenyum menatap Selin lalu mengusap rambut istrinya."Habis boker?" tanya Sadena. Selin menyengir malu-malu."Hehe, iya. Dari kemarin aku sembelit makanya tadi pas keluarnya lancar aku lega bangett," jawabnya. Sadena mengacak gemas rambut Selin. Ya, setelah menikah, istrinya itu semakin terlihat menggemaskan."Udah minum susu?" Sadena bertanya lagi, membuat Selin menepuk jidatnya."Oh iya lupa, aku bikin dulu ya." Selin sudah hendak turun dari kasur, namun Sadena menahan pergelangannya."Enggak usah kamu diisi aja, biar aku yang
Sadava menyantap dengan lahap hidangan makan siang yang dibawakan oleh Marsha, bahkan sudut bibir laki-laki itu jadi belepotan.Marsha lantas dibuat gemas melihat tingkah calon suaminya itu, dia pun mengambil selehai tisu basah dan menyeka sudut bibir Sadava yang comot oleh sambal. Empunya langsung tergelak, Sadava menyengir lebar menampilkan gigi putihnya yang terdapat sisa cabai, alhasil tawa Marsha meledak memenuhi ruangan."Ih Dava lucu banget sih, di gigi kamu ada cabai tau!" ledek Marsha, Sadava hanya terkekeh ringan tanpa dosa.Sudah berapa tahun dia menjalin hubungan bersama perempuan itu, jadi untuk apa malu? Justru Sadava pikir hal ini bagus karena dia bisa membuat Marsha tertawa. Kalau bisa, ia akan setiap hari bertingkah konyol agar Calon istrinya itu selalu tersenyum."Masakanmu enak banget, By. Besok bawain yang ini lagi yaa," pinta Sadava sembari mencomot sisa-sisa sambal di jarinya seperti anak kecil.M
Takdir, tidak ada yang bisa mengubah takdir yang digariskan oleh Tuhan untuk makhluknya.Semua bisa terjadi tanpa kita duga sebelumnya, apalagi kita tebak.Seseorang yang dulu bersikap sangat buruk bisa berubah baik atas kehendak Tuhan, kita contohkan saja laki-laki bernama Zoe Navvare yang sedang sibuk berkutat dengan laptop di hadapannya.Dulu, dia adalah sosok jahat yang ditakuti semua orang, penuh dendam, serta pribadi yang suka berkelahi. Tapi sekarang dia berbeda, dia sudah berubah menjadi orang baik yang disegani semua orang, pekerja keras, ramah, penyayang, juga taat beribadah.Meski label "Penjahat" pernah melekat pada laki-laki itu, namun seiring waktu berjalan, tahun demi tahun berlalu, Zoe mendapatkan hidayah dan menebus kesalahannya dulu.Sekarang dia telah sukses menjalankan perusahaan bernama Gemilang Angkasa milik mendiang ayahnya Bella. Setahun berjalan, perusahaan yang dikabarkan akan bangkrut i
Hari ini Selin mendapati suatu kebenaran yang tak pernah ia duga sebelumnya. Bahwa Zoe telah banyak berubah setelah keluar dari penjara.Bella adalah orang yang membuktikan semua perubahan itu pada Selin. Meski belum melihatnya secara langsung, Selin sudah yakin Zoe banyak berubah karena gadis itu.Hidayah memang datang tanpa pandang bulu, seburuk apa pun seseorang, dia pantas mendapatkan pengampunan dan berhak mengubah perilakunya menjadi lebih baik.Maka sehabis menyiapkan sarapan dan mengerjakan pekerjaan rumah, Selin bergegas berkunjung ke rumah Marsha, dia ingin menceritakan kejadian ini pada calon adik iparnya itu.Mengetuk pintu rumah Marsha, Selin disambutlangsung oleh Tuan rumah. Marsha saat itu masih mengenakan pakaian tidur."Selin?" kejutnya. Marsha tersenyum segera membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan Selin masuk. Dia dituntun menuju sofa. Dan for your Information saja, rumah Marsha sekarang lebih besar dan nyaman
Memang benar kata orang menjadi seorang istri susah-susah gampang, harus bangun pagi, memasak untuk keluarga, mencuci pakaian ditambah mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Terlebih, jika seorang perempuan ini adalah wanita karir sebab dia harus pandai mengatur waktu antara keluarga dan karirnya.Selin termasuk dalam kategori wanita karir tersebut, namun di kurun waktu beberapa hari ini menjadi seorang istri ia belum kesulitan sama sekali mengatur pekerjaan rumah dan pekerjaannya di butik. Hal itu karena ia didukung penuh oleh kedua mertuanya yang sangat menyayanginya. Mery dan Aldevan, mereka selalu membantu Selin sekecil apa pun kesulitan yang perempuan itu dapatkan.Seperti memasak misalnya. Meskipun Selin lahir dari keluarga yang berkecukupan, dalam hal mengenali bahan masakan ia masih kurang. Bukan tidak bisa, tapi Selin belum menguasai beberapa resep rumahan.Jadi, pagi ini dia meminta Mery membuatkan daftar bahan say
Sinar mentari pagi menyusup masuk dari celah gorden, membuat kedua insan yang masih bergelung dalam selimut itu mulai terjaga.Sadena mengerjapkan matanya berulang kali demi mengumpulkan kesadarannya, kala nyawanya sudah penuh, barulah laki-laki tampan itu bangun dan menggeliat sebentar. Menengok ke samping, Sadena terkekeh geli melihat Selin yang masih tidur nyenyak seolah dunia ini tidak pernah pagi.Imut sekali, Sadena tidak pernah bosan memandangi wajah istrinya itu sejak mereka SMA.Sikap jahilnya pun muncul ketika Selin menggeliat lalu menyamping menghadapnya, Sadena menyingkirkan rambut yang menutupi wajah perempuan itu kemudian mengecup pelan pipinya. Sadena tidak mau Selin ikutan terjaga.Sadena ikut berbaring mensejajarkan wajahnya dengan wajah perempuan itu, disatukannya hidung mereka hingga Sadena dapat merasakan hembusan napas Selin yang teratur.Tidak ia pungkiri memang ada bau-bau khas orang tidur, tapi
Dua minggu usai menggelar acara lamaran dan akad nikah, Selin dan Sadena akhirnya melangsungkan resepsi pernikahan mereka yang bertempat di hotel berbintang di tengah kota. Semuanya dipersiapkan dengan mewah dan matang oleh tim wedding yang dipilih sendiri oleh Selin.Tema resepsi mereka adalah Vintage yang menonjolkan gemerlap tahun 20-an. Mereka sengaja mengusung tema ini agar terkesan lebih berbeda dari pernikahan biasanya. Karena bertema Vintage, maka semua dekorasi kental akan warna putih serta pastel. Menambah kesan kagum, elegan nan mewah bagi para tamu yang hadir. Selain turut menyanjung betapa cantik dan tampannya sang calon mempelai, mereka pun memuji betapa indahnya dekorasi resepsi.Sadena dan Selin berdiri di atas pelaminan untuk menyalimi semua para tamu dengan senyum bahagianya, Selin menerima doa dan ucapan selamat dari mereka semua.Betapa bahagianya perempuan itu, meski demikian rasa lelah mulai menyapa tubuhnya.Ketika tak ada lagi tamu