Home / Thriller / Sabtu Malam Lisa / Chapter 11: 06.28 p.m.

Share

Chapter 11: 06.28 p.m.

Author: Soma
last update Last Updated: 2022-12-08 09:43:26

06.28 p.m. (pukul 18.28)

LISA

Lisa sempat tidur sebentar tadi. Kurang dari satu jam, tapi rasanya seperti tidur semalam suntuk. Ia sendiri tak percaya bisa terlelap sore tadi dalam keadaan sedingin itu, apalagi dengan adegan Tuan Bram dan Katemi terulang-ulang dalam benaknya. Bahkan ia terbangun sebelum penghitung mundur di ponselnya selesai dan berbunyi. Biasanya terjaga di tengah-tengah tidur lelap seperti tadi akan membuat kepalanya pening, tapi kali ini ia benar-benar merasa begitu bugar. Dan tak seperti kebiasaannya melanjutkan tidur, kali ini ia langsung beranjak dari kasur. Pekerjaan menumpuk dan itu harus selesai sebelum fajar.

Sekarang, Lisa berada di sebuah ruangan bawah tanah vila itu. Sendirian. Ruang itu cukup besar dan berfungsi sebagai gudang. Sebuah lampu berdaya 5 watt menggantung di tengah-tengah, sesekali berayun tertiup angin malam yang berhembus lewat lubang udara di bagian teratas salah satu sisi tembok yang masih berada beberapa jengkal di atas permukaan tanah.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 12: 07.13 p.m. & 06.23 p.m.

    07.13 p.m. (pukul 19.13) LISA “Apa yang kamu lakukan?!” Lisa terjungkal ke belakang. Kepalanya membentur tembok. Sambil menggosok-gosok tempurung belakang kepalanya, ia menoleh ke arah pintu. Itu Kris. “Apa ini!?” Pemuda itu memungut papan Ouija dari lantai. “Aku baik-baik saja,” balas Lisa. Nadanya menyindir. “Oh...” Kris mengulurkan tangan. Ini kali pertama Lisa melihat wajah Kris seperti itu. Pemuda itu tampak menyesal. Ia meraih tangan Kris. Tiba-tiba semua kesalnya hilang. “Dari mana kamu dapat ini?” “Papan itu?” Lisa menunjuk ke suatu arah. “Dari peti itu.” Kris menghampiri peti itu dan mengamatinya beberapa saat. “Celaka,” celetuknya. “Apanya?” “Celaka!” Pemuda itu berbalik. Wajahnya pucat. Lisa tahu papan itu memang benda celaka. Hanya ada kejadian ganjil selepas papan itu dikeluarkan. Tapi pasti ada penjelasan di balik ini semua.

    Last Updated : 2022-12-09
  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 13: 06.40 p.m.

    06.40 p.m. (pukul 18.40) BRAM Ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ketukannya lemah dan memiliki jeda yang berbeda antar ketukan, membentuk suatu irama. Sekilas ingatannya berlalu. Bram ingat bahwa hanya satu orang yang mengetuk pintu dengan irama seperti itu di vilanya. Ia berusaha mengingatnya kembali, tapi sosok itu hanya melintas sekilas saja. Ia ingat, tapi juga sekaligus lupa. Itu perasaan terburuk yang pernah ia rasakan sepekan ini. Bram menyerah untuk menggali ingatannya dan menghampiri pintu. Ia membuka kunci pintu, tapi sebelum tangannya benar-benar mengenggam gagang pintu, bongkahan logam itu bergerak memutar dengan sendirinya. Lalu seorang perempuan bergaun kledercracht menghambur ke pelukannya. Bibir perempuan itu menyentuh bibirnya. Anehnya, ia tak merasa risih. Ketika bibir mereka bertemu, ada jeda sejenak. Bukan karena keraguan, tapi karena kerinduan yang entah dari mana tiba-tiba meluap-luap. Se

    Last Updated : 2022-12-09
  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 14: 07.21

    07.21 p.m. (pukul 19.21) LISA Lisa benar-benar dibuat ternganga oleh adegan yang sedang terjadi di depannya. Di koridor lantai dua itu, ia menyaksikan Anne sedang menindih Katemi. Anne memang aneh, itu kenyataan, dan gadis bule itu rupanya benar-benar sinting. Setidaknya itu yang akan Lisa teriakkan selain berbagai macam umpatan yang biasa ia lontarkan. Akan tetapi, ia tetap bergeming dan membiarkan Kris sendirian menangani dua perempuan yang sekarang sedang berguling-guling di lantai. Ia harap lelaki kurus itu tahu apa yang harus dilakukan. Anne terlihat seperti anjing gunung yang liar dan buas, dan sepertinya bakal bertambah ganas kecuali mulutnya segera disumpal dengan tulang. Kris memeluk Anne dari belakang. Tangannya berusaha mengunci kedua pangkal lengan Anne. Pemuda itu berusaha menarik Anne, tapi gadis itu bisa mempertahankan posisinya dengan mengaitkan kakinya ke pinggang Katemi sementara tangannya m

    Last Updated : 2022-12-10
  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 15: 07.00 p.m.

    07.00 p.m. (pukul 19.00) KATEMI Katemi berada di antara mereka: majikannya, Bram; si pembantu lelaki, Kris; dan bahkan anak majikannya, Anne. Mereka sedang duduk mengelilingi meja makan persegi dengan pakaian dan dalam ruangan yang serba putih. Ia sendiri sedang berkeliling mengisi mangkuk-mangkuk mereka dengan semacam sup secara bergantian. Ia mengucek rambut Anne, yang kemudian dibalas cemberut yang menggemaskan, tapi akhirnya berujung senyum lebar yang memperlihatkan deret gigi yang ramah. Di pengisian mangkuk berikutnya, ia menepuk-nepuk pundak Kris, yang membalasnya dengan senyum teduh dan anggukan ramah; “Love you,” bibir pemuda bergerak tanpa suara. Terakhir, ia meletakkan kedua tangannya di pundak Bram, yang kemudian berbalas sentuhan lembut dari tangan hangat lelaki tampan itu. Begitulah, seakan-akan mereka adalah keluarga paling bahagia di muka bumi. Meskipun ia sendiri sadar bahwa itu semua mimpi belaka, ia ingin menikmati setiap detiknya. Sampai pada suatu detik, saat ke

    Last Updated : 2022-12-10
  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 16: 07.57 p.m.

    07.57 p.m. (pukul 19.57) LISA Lisa melipir di salah satu sisi kamar. Ia memandangi Anne yang begitu pulas di atas ranjangnya. Katemi menangis tak henti-henti di atas sofa. Wajahnya ia benamkan dalam pelukan Kris yang wajahnya masih berlepotan darah. Sementara Tuan Bram duduk di tepi ranjang, di samping Anne, hanya bergeming dan tampak tak begitu terpengaruh dengan kejadian barusan. Wajah Tuan Bram datar dan menurut Lisa itu tampak sangat alami daripada seulas senyum yang dibuat-buat sepanjang sore tadi. “Maaf atas ketidaknyamanan ini,” kata Tuan Bram tiba-tiba. Senyumnya kembali. Lisa balas tersenyum. “Tak apa,” Lisa berhenti sebentar, agak ragu, “Tapi, boleh saya minta penjelasan?” Tuan Bram melirik ke arah Kris dan Katemi. Keduanya masih terpaku di dudukan masing-masing. Lalu ia menatap Lisa. “Kita bicarakan di ruang santai. Ruangan yang tadi siang.” Lisa mengangguk, lalu mengekor di

    Last Updated : 2022-12-11
  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 17: 07.58 p.m.

    07.58 p.m. (pukul 19.58) KRIS “Aku duluan,” kata Katemi, perempuan yang dulu membawanya ke Vila Di Pegunungan bertahun-tahun yang lalu. “Aku takut setan cilik itu akan terjaga dan beringas lagi.” Kris mengangguk. Pemuda itu melepaskan rangkulannya dan tersenyum sebagai upaya menghibur Katemi. Bagaimanapun, ia pernah sangat dekat dengan Anne dan julukan yang dilontarkan Katemi sebenarnya membuatnya sedikit risih. Namun, ia juga berhutang terlalu banyak pada Katemi untuk sekedar membela pendapatnya sendiri. Dalam segala ketidak-enakannya itu, ia hanya bisa berharap semoga kejadian seperti ini adalah yang terakhir kali. "Lagipula, kenapa ini terjadi lagi?"Ini semua pasti karena kelakuan gadis asisten itu yang membongkar papan berhuruf yang sudah disembunyikannya bertahun lalu, pikir Kris, tapi kemudian ia kembali menyalahkan dirinya sendiri. Seharusnya ia menaati perintah majikannya untuk merapikan gudang. Seandainya dia menurut, ia punya kesempatan sekali lagi mengamankan benda itu,

    Last Updated : 2022-12-12
  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 18: 08.25 p.m.

    08.25 p.m. (pukul 20.25)LISALisa hendak menuju gudang, tapi urung. Ia tiba-tiba merinding. Ia bukan macam orang yang percaya dengan hal-hal mistik, tapi mengingat sebuah kejadian ganjil benar-benar terjadi secara beruntun di vila ini, ia berhenti berpikir seperti biasanya. Lebih baik berhati-hati, bukan? Sekelebat bayangan di koridor tadi masih menghantuinya dan ia pikir mencari seseorang untuk menemaninya melanjutkan kerja di gudang adalah ide yang sangat bagus.Lisa memikirkan Katemi, tapi segera dienyahkan pikiran itu karena perempuan itu pastinya sedang dalam keadaan terguncang. Maka tak ada pilihan lagi selain Kris. Mungkin ia bisa meminta Tuan Bram, tapi ia masih merasa tak nyaman dengan orang itu. Berada di dekat Tuan Bram membuatnya agak kikuk dan entah kenapa ada semacam perasaan muak. Namun Lisaa menganggapnya sebagai kelanjutan perasaan sebal, karena sebenarnya ia masih yakin kalau papan Ouija itu b

    Last Updated : 2022-12-13
  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 19: 04.20 p.m.

    04.20 p.m. (pukul 16.20)KRISKris keluar melewati dapur, mengitari vila, lalu masuk kembali lewat pintu depan. Pemuda itu menyelinap keluar dari ruang makan dengan langkahnya yang gesit tetapi nyaris tanpa suara. Seperti angin, ia berlalu begitu saja tanpa seorang pun memergokinya selain Katemi yang itupun—sesuai keinginan Kris—tak merecokinya dengan satupun pertanyaan. Ia hendak memutar sekeping piringan hitam tadi, sesuai mandat majikannya pagi tadi, tapi begitu tamunya mengungkit perihal kematian Nyonya Maria, darahnya seperti mendidih. Begitu sampai di kepala, darah itu membuat otaknya mengepul dan dengan segera mengeluarkan sinyal perintah ke seluruh otot gerak di kakinya. “Pergi dari ruang makan,” bunyi sinyal otak itu, sementara di suatu bagian otak yang lain, seberkas ingatan yang tak ingin ia ingat lagi melintas.“Enyahlah! Enyahlah!” Tapi se

    Last Updated : 2022-12-13

Latest chapter

  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 38: Eureka! (END)

    Minggu 9 November 2014 03.23 p.m. (pukul 15.23) LISA “Hantu?” Lisa bertanya. Pak Karman tidak menjawab. Dia menggeleng. “Pak Dokter,” Bu Zaitun, entah sejak kapan, sudah berdiri di belakang Pak Karman. “Tolong sampaikan seluruh ceritanya.” Pak Karman masih diam. Lisa semakin bingung. “Ada apa ini?” “Nak, orang yang melihat hantu bernama Bram ini bukan cuma kamu,” kata Bu Zaitun.

  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 37: Sebelum Bemimpi

    Sabtu, 8 November 2014 11.47 a.m. (pukul 11.47) LISA Lisa sudah menunggu belasan menit di sebuah perempatan padat kendaraan yang baru pertama kali dikunjunginya. Jangankan tempat itu, menginjak wilayah Kabupaten Bandung pun adalah yang pertama kali. Ia berkali-kali melirik layar ponsel yang sudah nyaris habis dayanya, menunggu balasan pesan dari Bu Zaitun yang seharusnya sudah sampai beberapa jam yang lalu saat ia masih dalam perjalanan. Saat kakinya mulai terasa pegal, Lisa menemukan sosok Bu Zaitun di antara keramaian sedang menempelkan ponsel ke telinga. “Bu!” Teriak Lisa sambil setengah berlari ke arah yang dipanggil. “Astaga!” Kata Bu Zaitun, “Sulit sekali kamu dihubungi!” “Lah? Saya selalu pegang ponsel, tapi tidak ada panggilan yang masuk.” Lisa melirik ponselnya. Dari layar itu, ia akhirnya tahu kalau ia tidak dapat sinyal. “Untun

  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 36: Bangun dari Tidur

    Minggu, 9 November 2014 03.13 p.m. (pukul 15.13) LISA Kelopak matanya seperti dibuka dengan paksa, membuat cahaya lampu langsung menyorot ke bola matanya. Lisa terpejam dan dengan segera nyeri di bola-bola matanya menjalar ke seluruh tempurung kepala, lalu berdenyut di satu titik di pelipisnya. Ia meraba titik itu dan mendapati tumpukan perban di sana. Tubuhnya kuyup oleh keringat seakan telah lama mendekam dalam sauna. Ia tidak kepanasan. Ia justru kedinginan. “Di mana?” Bisiknya pada diri sendiri. Lisa menyebar pandangannya. Hal pertama yang ia cari adalah kacamatanya. Ia meraba ke atas meja berlaci di ranjang dan menemukan benda yang dicarinya. Lisa mengedarkan pandangannya lagi, kali ini dengan penglihatan yang lebih jelas. Ia tahu ruangan ini, tapi entahlah. Ingatannya seperti uap air yang mengepul, terus mendesak tapi tak bisa dipegang wujud pastinya. “Lisa!!” Seorang per

  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 35: Harapan seorang Ibu

    Sabtu, 8 November, suatu tahun05.33 a.m. (pukul 05.33)KATEMIKatemi mengintip dari balik pintu, berhati-hati kalau-kalau Kris sudah terjaga. Setelah yakin kalau pemuda itu lelap, ia beringsut ke tepi ranjang. Dipandanginya wajah pemuda itu dengan seksama. Ia tersenyum. Lalu berbisik.“Dosaku padamu terlalu besar. Aku akan jadi bahan bakar neraka. Tapi sebelum itu, bolehkah aku minta satu hal darimu?”Kris mendengkur.“Panggil aku’Ibu’,” bisik Katemi lagi, “Sekali saja...”Kris memalingkan tubuhnya. Mendengkur lagi.Katemi tersenyum. Ia beranjak dengan wajah menggeleng pelan. Itu pertama dan terakhir kali ia mengatakan sesuatu seperti itu. Anaknya sudah penuh luka. Satu-satunya yang membuat pemuda itu bertahan hidup adalah ketidaktahuan.Bukanka

  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 34: 00.00 a.m.

    00.00 a.m. (pukul 24.00) ???? Aku adalah tanah ini. Aku adalah bangunan ini. Aku adalah atap dan lantainya. Aku adalah tembok dan jendela serta pintunya. Aku adalah setiap ruang dan sudutnya. Aku adalah setiap sorot lampu dan bayangannya. Aku adalah Vila di Pegunungan. Meski sebenarnya, tak tepat juga memanggilku begitu.Mulanya, aku hanyalah tanah lapang di sebuah bukit. Kiri dan kananku terhampar kebun teh nan luas. Di belakangku, jalan menaik ke puncak bukit. Di depanku, tanah landai yang seringkali dilewati manusia. Dahulu sekelilingku hanya pepohonan dan batu-batu. Tepatnya kapan mereka berubah, aku sudah lupa. Pastinya, perubahan ini adalah karena campur tangan manusia. Mulanya, aku hanyalah tanah lapang di sebuah bukit. Lalu, suatu hari, sepasang manusia berkulit pucat datang kepadaku. Si perempuan begitu elok, anggun dan menyenangkan. Si lelaki, meski juga elok dan gagah, memiliki raut muka yang membosankan. Jangan tanya aku tahu dari mana, aku hanya tahu. Kedua manusia it

  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 33: 10.43 p.m. & 11.11 p.m.

    10.43 p.m. (pukul 22.43) BRAM Bram terjaga dengan mata terbelalak. Matanya sakit karena langung menatap cahaya lampu. Ia terjaga sedemikian rupa akibat mimpinya. Dalam mimpi itu, ia seperti mengulang kembali bertahun-tahun pengalamannya. Sangat jelas mimpi itu, dan amat rinci; sampai-sampai dadanya berdebar karena ngeri. Bahkan, kancutnya juga sampai basah karena adegan percintaan dalam mimpinya terasa nyata. Terdengar suara gaduh dari lantai dua. Lantai vila yang tersusun dari kayu-kayu saling menyambung sehingga derit-deritnya dapat mengalir begitu saja ke langit-langit ruang santai. Ia menduga itu suara tikus awalnya, tapi segera berubah pikiran karena tentu saja tak mungkin tikus-tikus membuat kegaduhan semacam itu kecuali mereka sebesar babi hutan dan sedang bergulat di atas sana. Sesaat kemudian, suara gaduh lain terdengar dari arah ruang makan. Suaranya tidak lebih berisik dari kegaduhan di lantai dua

  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 32: 08.20 p.m.

    08.20 p.m. (pukul 20.20)BRAMTamunya itu telah beranjak dan ia kehilangan kesempatannya untuk mengaku. Mereka sudah di ruang santai itu cukup lama, tapi yang bisa ia lakukan hanya mengulur waktu, berharap keberaniannya muncul atau gadis itu secara ajaib bisa membaca gambaran dalam kepalanya. Bahkan, saat isi pembicaraan mereka akhirnya mulai cair, lidahnya masih beku. Ah, tapi cerita itu memang seharusnya tak disampaikan pada siapapun, katanya menenangkan diri sendiri. Ada pesona yang tak bisa ditolaknya dari mata gadis itu, mengundangnya untuk melimpahkan semua kegelisahannya. Kegelisahan yang telah ia simpan bertahun-tahun lalu. Kegelisahan yang, sekali lagi, sebaiknya tak ada yang tahu. Itu adalah cerita tentang masa lalunya. Ia adalah anak kedua dari dua bersaudara dalam sebuah keluarga besar nan kaya raya. Ayahnya telah meninggal belasan tahun lalu, meninggalkan harta dalam bilangan besar sekali. Ibunya yang telah menjanda akhirnya menikahi lelaki lain: seorang pengusaha kelas

  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 31: 10.48 p.m.

    10.48 p.m. (pukul 22.48)LISASungguh pemandangan yang mengerikan. Dua orang dengan kejiwaan yang sama sekali ganjil menatap satu sama lain. Dua orang sinting itu, bagaimanapun, salah satunya telah menyelamatkan Lisa dari maut. Setidaknya, untuk saat ini. Tak ada yang bisa diperkirakan dari keadaan ini. Ini tidak seperti sabung ayam yang pemenangnya bisa dikira-kira lewat runcing taji dan besar tubuh—bahkan ada panduan primbon untuk itu—tapi di sini, Lisa tak tahu manakah yang lebih sinting di antara Katemi dan Anne. Dan di sini, yang dipertaruhkan adalah nyawanya sendiri. Ah, atau seharusnya ia berusaha menghentikan kedua orang itu alih-alih memperkirakan siapa yang bakal dicabik atau mencabik.Anne. Gadis itu terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Sesekali ia melompat di tempat, menghentakkan kakinya yang telanjang ke hamparan lantai kayu. Katemi, di lain sisi, terduduk sambil sesenggukan, tapi

  • Sabtu Malam Lisa   Chapter 30: 10.35 p.m. & 10.52 p.m.

    10.35 p.m. (pukul 22.35)KRISKris mengucapkan seluruh mantranya. Lalu listrik tiba-tiba padam.Ia menunggu. Di kejauhan, anjing gunung melolong, barangkali sedang memergoki rombongan hantu yang berangkat mencari korban. Tak ada angin. Tak ada sedikit pun cahaya. Tak ada gerakan atau pertanda apapun kalau pemanggilannya berhasil.Lagi-lagi gagal, katanya pada diri sendiri, mungkin surga memang tempat yang berkali-kali lebih nyaman dari dunia. Arwah Nyonya Maria tak akan turun lagi ke bumi. Mulut Kris berdecak.Tak akan ada apapun yang akan terjadi. Ia melepaskan telunjuknya dari cincin, dan bersamaan dengan itu, listrik kembali pulih. Ia tak punya firasat apapun. Perasaannya tetap sama, sendu dan tak bergairah. Ia segera mengemasi papan peninggalan Nyonya Maria ke dalam peti kayu. Pada saat ia selesai, sebuah teriakan terdengar tepat dari dua lantai di atas kepalanya. Itu bukan suara Anne, bukan pu

DMCA.com Protection Status