Elliot takut begitu dia melihat Avery dan anak-anaknya, dia akan terlalu asyik dengan kebahagiaan, sehingga dia tidak akan bisa dengan tenang menghadapi kegelapan di belakangnya.Dia tidak ingin masalah yang mengerikan mempengaruhi dia dan anak-anak.Avery menatap Elliot dengan tetap diam. Dia bisa melihat tatapan rumit yang dia miliki. Dia tidak bisa membaca ekspresinya.Dia berpikir bahwa selama dia mengambil inisiatif untuk mengundangnya dan menjadi orang pertama yang mengaku kalah, dia akan menerimanya. Namun, mengapa dia tetap diam?Apa yang dia pikirkan?"Nggak apa-apa jika kamu nggak bebas." Avery tidak tahan dengan keheningan dan spekulasi yang tak ada habisnya, jadi dia berkata, "Layla bilang kamu habiskan Tahun Baru sendirian, jadi aku ....""Apa kamu mau aku ke sana?" Elliot memotongnya.Jika dia menolaknya, dia akan sedih. Hal yang paling tidak ingin dia lihat adalah kesedihannya.Avery tersipu mendengar pertanyaannya. Dia sudah secara terbuka mengundangnya, namun d
Karena dialah yang mengundang Elliot, ketika dia tiba, kemungkinan besar akan tinggal bersama mereka. Lebih mudah baginya untuk menghabiskan waktu dengan anak-anak seperti itu juga.Avery membawa Robert ke aula. Nyonya Cooper segera maju untuk mengambil Robert dari Avery."Bu, siapa yang telepon Ibu barusan?" Layla telah selesai makan. Dia turun dari kursinya dan mendekati Avery."Ayah kamu," kata Avery. Dia memegang tangan Layla dan menuju ke ruang makan. "Dia putuskan untuk datang menghabiskan Tahun Baru bareng kita."Di ruang makan, semua orang mendengar apa yang dikatakan Avery."Avery, maksud kamu Elliot akan datang?" Mike bertanya dengan keras."Hmm. Dia akan segera naik pesawat.""Oh, lalu bagaimana dengan Chad? Apa Chad sama dia?" Mike tidak peduli dengan Elliot. Dia hanya peduli pada Chad.Avery berkata, "Aku nggak menanyakan hal ini dengannya. Mengapa kamu nggak menelepon Chad dan bertanya?"Mike menjawab, "Lupain saja. Aku ragu dia akan datang. Dia bilang kalau dia
Avery tidak mengerti apa yang coba dikatakan Mike. "Apa yang akan terjadi waktu dia datang?"Mike berkata, "Gimana menurut kamu? Kita nggak punya kamar tambahan di rumah. Kamar yang kamu kasih untuk Tammy sangat kecil. Tammy mungkin masih bisa tinggal di dalamnya, gimana Elliot bisa tidur di sana?"Avery berkata, "Kalau tidak apa-apa dengan Tammy, kenapa dia nggak tinggal di situ aja? Jika Elliot pikir kondisi di sini nggak bagus, dia bisa pesan hotel bintang lima di luar."Mike mengangkat alisnya dan menatapnya.Avery menjadi malu. "Untuk apa kamu melihat aku! Kita lihat saja waktu dia datang. Mungkin dia nggak akan tinggal bareng kita. Mungkin dia akan pergi ke hotel begitu mendarat."Mike menjawab dengan ringan, "Oh," sebelum bertanya, "Berapa lama dia di sini?""Dia nggak bilang. Apa ini penting? Dia nggak akan ada di sini selamanya.""Aku cuma tanya dengan santai, kenapa kamu ngotot begitu?" Mike terus mengukurnya dengan tatapan penuh arti. "Kenapa dia tiba-tiba mutusin unt
Lima menit lewat tengah malam, Elliot mendarat di bandara di Bridgedale.Mike berada di bandara untuk menjemputnya. Bukan Avery yang menyuruhnya menjemput Elliot, tapi Chad yang meneleponnya untuk memastikan dia menjemput Elliot di bandara.Adapun ke mana harus mengantar Elliot setelah menjemputnya, Chad bilang kalau dia akan antar Elliot kembali ke rumah Avery, untuk biarkan Avery mengatur bagian selanjutnya, jadi setelah Mike menjemput Elliot, dia kirim dia kembali ke rumah.Pada saat itu, pengawal, pelayan dan anak-anak sudah pergi tidur. Namun, Avery sedang menunggu di ruang tamu.Ketika Mike melihatnya, dia menguap. "Aku udah jemput dia, kurasa nggak ada yang perlu kulakukan lagi, kan?"Avery mengabaikannya.Elliot menatap Avery dengan saksama. Tidak ada orang lain dalam pandangannya.Mike merasa seolah-olah dia bukan siapa-siapa saat itu. Dia merasa canggung dan sedih pada saat yang sama. Dia berkata, "Jadi, aku bisa balik ke kamar aku?"Tetap saja, tidak ada yang menangg
Kamar Avery dipenuhi dengan perlengkapan harian anak-anak. Jelas bahwa dia merawat anak-anaknya. Jika dia berencana untuk membiarkannya tinggal di kamarnya, dia akan membereskannya.Avery ragu-ragu selama beberapa detik sebelum memutuskan untuk jujur padanya. "Rumah ini nggak begitu besar. Sekarang ada bayi jadi aku menyewa pengasuh. Meskipun keamanan di sini nggak buruk, demi keselamatan, aku sewa pengawal. Mereka bergiliran menginap setiap hari …."Avery menjelaskan begitu banyak ketika dia sebenarnya hanya mencoba mengatakan satu hal."Kalau nggak ada kamar tambahan, aku bisa pergi ke hotel." Elliot tidak ingin merepotkan Avery."Bukannya nggak ada ruang tambahan ..." Avery menurunkan pandangannya dan berkata dengan lembut.Jika tidak terlalu larut malam, kemungkinan besar dia akan membuatnya menginap di hotel. Dia datang kali ini tanpa pengawal. Ini sudah sangat larut malam. Apa yang akan terjadi jika sesuatu terjadi padanya jika dia pergi sendirian?Elliot bingung dengan j
Meskipun mereka tidak memiliki konflik yang jelas saat ini, di masa lalu, mereka bisa membuat satu masalah dan bertarung selama tiga hari tanpa henti!Namun, setelah melihat Elliot, Avery menjadi tenang. Dia tidak ada di sana untuk bertarung dengannya. Mungkin anak-anak ada di sana, jadi mereka tidak seperti sebelumnya, kehilangan kesabaran setiap saat.Di kamar pengasuh, Elliot selesai mandi dan berjalan ke tempat tidur untuk duduk.Dia mengangkat teleponnya dan melihat pesan dari Chad. Itu adalah pesan tentang hotel.[Tuan Foster, aku sudah pesankan kamu kamar hotel yang paling dekat sama rumah Avery. Hotel juga menyediakan transportasi. Dibutuhkan kurang dari 10 menit untuk bolak balik dari sana ke rumah. Itu nggak akan habiskan banyak waktu kamu dengan anak-anak.]Chad tidak bisa menerima bahwa Elliot akan diperlakukan seperti ini!Tidak apa-apa jika Avery tidak mencintainya, tetapi bisakah dia tidak menyiksanya?Elliot menjawab: [Aku tinggal di rumah dia. Batalkan pesanan.]
Elliot menggeram tertahan ... Avery tidak tahu apakah itu sebagai respons terhadapnya, atau dia kesakitan.Ada langkah yang datang dari pintu.Elliot menoleh untuk melihat Nyonya Cooper menggendong Robert, sementara Mike menggendong Layla. Empat dari mereka berdiri di luar pintu, mengintip ke dalam ruangan untuk memeriksa situasinya.Mereka sebenarnya bisa saja memasuki ruangan untuk melihat-lihat. Eliot tidak tahu mengapa mereka harus berdiri di luar pintu.Meskipun sedikit memalukan karena ada benjolan besar di kepalanya, dia tidak canggung karena dia tidak berani melihat siapa pun.Avery mengobati sementara untuk memarnya dan menyimpan koper medisnya."Pergi sarapan. Setelah sarapan, aku akan bawa kamu ke rumah sakit." kata Avery."Aku sendiri aja ke sananya.""Apa kamu akrab dengan rumah sakit di sini?" Avery menjawab, "Aku kenal dengan orang-orangnya. Kita bisa langsung lakukan pemindaian. Kalau nggak, kamu harus nunggu prosedur rumah sakit, kamu mungkin nggak dapat melaku
Avery mendengar nada Elliot. Ia merasa tidak sreg dengan itu."Elliot, apa semua pria berpikir seperti kamu? Kenapa Tammy mau cerai, tahu nggak kamu kenapa? Kalau Tammy nggak cinta dia, dia nggak perlu khawatir akan ditekan oleh orang tuanya ....""Avery, kalau Jun bersikeras untuk balik dengan Tammy, nggak peduli siapa yang menekannya, ini sesuatu yang dia pikirkan dan rasakan bahwa dia bisa menanggungnya. Sekarang, apa itu Jun ganti nomor atau dia akan menikah, ini hak dia. "***Keduanya tidak berdebat tentang masalah mereka sendiri, tetapi mereka bertengkar karena Jun dan Tammy.Namun, Avery segera tenang dengan cepat. Dia memikirkan kata-kata Elliot dengan serius. Setelah beberapa pemikiran, dia berpikir bahwa apa yang dikatakan Elliot juga masuk akal."Kenapa semua orang suka berpikir dari sudut pandang mereka sendiri dan melakukan hal-hal yang menurut mereka baik untuk pihak lain, padahal sebenarnya nggak?" Avery menyesal."Karena mereka pikir mereka benar." Jawab Elliot.