Share

Tiga Puluh Tiga

Penulis: Galuh Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-26 23:55:55

Suasana kantor masih sangat sepi. Ayu sengaja datang lebih awal karena mengerjakan beberapa pekerjaan yang tidak tuntas kemarin. Namun, ternyata sang bos sudah datang sangat awal. 

Dengan secangkir cokelat hangat, David sudah duduk manis di samping meja kerja Ayu. Tidak peduli beberapa karyawan menatap mereka.

"Cokelat hangat untuk kamu." David menyodorkan cokelat hangat untuknya.

"Berhenti memberi perhatian di depan semua orang. Nanti mereka berpikir kita ada sesuatu," ucap Ayu.

"Memang kamu nggak mau ada sesuatu antara kita?" David menarik turunkan kedua alisnya.

Ayu menarik napas dalam. Tidak menyangka jika David begitu agresif dengannya. Namun, ia tidak tahu dan tidak mau terlalu berharap dari pria itu.

"Nggak salah kalau aku dekat sama kamu, kan sudah resmi sendiri, bukan?" David sedikit berbisik.

"Iya, tapi kamu ada Hana. Wanita yang dijodohkan oleh kedua orang tuamu, kan?" Pertanyaan Ayu membuat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dewi Hartanti
gak suka jg sm Ayu, klo cewek berkelas gak ngeladenin obrolan murahan gitu, bales2an gitu sama aja sekelas sm Hana
goodnovel comment avatar
Asep Sablon
mampus tu non Hana heee..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Tiga Puluh Empat

    "Permisi, saya banyak pekerjaan." Ayu pamit dan langsung pergi dari ruangan David.David mengejanya hingga ke depan ruangan."Ay, tunggu!" titah David.Ayu menghela napas. Ia masih sabar menghadapi mereka, tetapi di tengah perbincangan, ia mulai kesal."Pekerjaanku banyak, tidak cukup untuk mengurusi hal itu. Lagi pula, kalau mau beracting, kenapa tidak bicara dulu?" tanya Ayu."Siapa yang acting? Aku sungguhan dengan apa yang aku katakan di depan mereka. Aku--"Ayu mengangkat tangan agar David diam dan tidak meneruskan ucapannya. Bagaiamana jika ada karyawan yang mendengarnya? Tentu hal itu akan menjadi bahan gunjingan dan gosip gratis."Nanti kita bicarakan. Aku hanya ingin profesional, pekerjaan selesai nanti kita bicara." Setelah itu, Ayu kembali ke ruangannya.Menarik napas panjang, Ayu mencoba sabar menghadapi hari ini. Apalagi dengan cercaan yang begitu menyakitkan dari Hana.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Tiga puluh lima

    Hari yang di tunggu-tunggu Erika telah tiba. Sebuah pernikahan sederhana yang digelar di rumahnya. Kebaya putih dengan riasan di wajah, membuat dirinya tampak cantik. Sejak tadi, ia sudah tak sabar menunggu hari bahagia itu."Cantiknya anak Ibu, duh, nggak sabar deh ngelihat wajah kamu semakin glowing setelah menikah," ujar sang ibu."Iya, Bu. Ibu juga pasti akan lebih enak nanti kalau tinggal sama aku. Pokoknya, rumah Mas Damar itu bagus. Lebih bagus dari kontrakan kita." Lagi, Erika tersenyum pada sang ibu."Memangnya kamu sudah bicara sama dia kalau nanti ibu ikut kalian?" tanya sang Ibu."Belum, sih. Cuma, nanti gampanglah, Bu. Pokoknya, Ibu pasti tinggal sama Erika," ucap Erika.Sang ibu bahagia karena Erika sudah menikah lagi dan menemukan suami yang kaya."Pengantin, siap?" tanya panitia pernikahan."Siap, Mba.""Ayo, aku bantu ke luar. Calon suaminya sudah menunggu."

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Tiga Puluh Enam

    Sesampai di rumah, sang ibu masih saja mengomel. Damar tidak bisa lama-lama karena Erika sudah menunggunya."Pokonya Ibu nggak bisa terima, Mar. Masa numpang hidup sama kamu?" Lagi, sang ibu kembali bersuara.Asih yang mendengarnya ikut merasa pusing juga. Ia ikut menenangkan sang ibu, tetapi tetap saja dibuat kesal juga."Bu, biarkan rumah tangga Mas Damar berjalan sesuai keinginan dia. Bukan keinginan Ibu," ujar Asih."Asih, kamu tahu apa? Ibu hanya menyelamatkan dia dari pengeluaran yang lebih banyak. Kamu pikir, nggak doubel pengeluaran kalau begitu?""Oh, seperti kita dulu, saat Mas Damar membiayai kita. Aku dan Ibu saat masih bersama Mba Ayu? Sama, kan? Ada bedanya nggak? Apa sebelum Mba Ayu nggak keberatan?""Diam kamu Asih!""Bu, sudah cukup. Aku akan tetap membiayai ibu walau ada ibunya Erika. Lagi pula, kan kami makan bersama. Jadi, apa yang aku makan, dia juga makan. Sama saja,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Tiga Puluh Tujuh

    Wajah Damar masih saja ditekuk setelah kejadian di swalayan tadi. Ia memasukan beberapa belanjaan yang di beli Erika. Namun, ibu mertuanya begitu saja masuk ke rumah tanpa membereskan terlebih dahulu."Ibu kamu nggak merapikan dulu?" tanya Damar."Ehm, mungkin ibu lelah. Besok mungkin, biar aku saja yang merapikan." Erika gegas ke dapur membawa beberapa barang.Walau sedang kesal, Damar melangkah ke dapur dan membantu Erika membereskan belanjaan miliknya."Lain kali, aku mau kamu irit. Bukan karena aku pelit, tapi aku juga pernah berumah tangga. Apalagi anakku sudah dua, wajar aku merasa keberatan dengan belanjaan sebanyak ini." Sembari merapikan, Damar terus menasihati Erika."Ini masih wajar, Sayang. Lagi pula biar kita nggak belanja lagi.""Ya, kata kamu begitu. Coba lihat beberapa hari atau Minggu? Satu lagi, kalau bisa kita sarapan nggak usah beli nasi uduk. Lebih baik bikin sendiri, nasi goreng atau

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Tiga Puluh Delapan

    "Kamu masih mau membahas yang kemarin, Vid?" tanya Ayu. Wanita berhijab hitam itu menaruh ponselnya setelah bervideo call bersama kedua anaknya."Iya, apalagi kamu kemarin bilang kalau aku calon suami kamu," ucap David sambil menggoda."Astaga, itu, kan hanya di depan Ibunya Mas Damar." Ayu mencoba memberi penjelasan."Aku maunya sungguhan." Lagi, David mencoba meyakinkan Ayu.Ayu terdiam, ia teringat perbincangan dengan kedua anaknya tadi malam. Si kecil bertanya tentang sang ayah, kemudian di susul dengan yang besar, ikut bertanya dan ingin bertemu dengan ayahnya. Walau bersama sang ibu, mungkin sosok ayah sangat mereka butuhkan.Sejak sibuk dengan pernikahannya, Damar belum sempat bertemu dengan kedua anaknya. Memang, pernah ada pesan dari Damar, kalau mungkin bukan ini ia sibuk. Nanti, setelah itu akan bertemu dengan kedua anaknya."Yu, masih dengar, aku, kan?"Panggilan David membuat Ayu terbangu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Tiga puluh sembilan

    Setelah menikah, Erika masih bekerja. Namun, dengan catatan berbeda kantor atau cabang dengan Damar. Akhirnya sang suami yang mengalah dan pindah di cabang Jakarta Selatan, sedangkan Erika masih tetap di cabang Jakarta Barat."Pengantin baru, hawanya adem kayanya," goda Bu Dinda pada Erika.Sementara, Erika hanya bisa tersenyum saat wanita paruh baya itu menggodanya. Hari pertama masuk ia sudah diberikan banyak tugas. Pekerjaan yang tertunda dan pekerjaan baru.Erika mengusap keringat yang membasahi dahi. Sejak semalam ia tidak bisa tidur karena sang ibu ngambek tidak mau masak dan hanya ingin memesan masakan online saja.Ia bangkit untuk mengambil air hangat ke pantry, sembari netranya mencari seseorang untuk bertanggung jawab pada hidupnya."Ayu, tunggu!" Erika menghampiri Ayu yang baru saja datang dan mau masuk ke ruangannya.Ayu menghentikan langkah dan menunggu Erika menghampirinya."Ada apa?" ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Empat Puluh

    "Kenapa diam?" Oma begitu sinis melihat mereka.Mereka terdiam dan tidak berkutik. Keluarga Hana pun tidak berani banyak bicara. Setelah selesai, mereka semua langsung pamit untuk meningkatkan restoran.Oma Meria tidak meneruskan pertanyaannya. Ia punya cara untuk meyelesaikannya sendiri."Oma, saya terima kasih untuk makan siangnya," ujar Ayu sekaligus pamit untuk pulang."Saya yang berterima kasih." Oma Meria tersenyum pada Ayu.Oma Meria mengamuk saat meeting tadi. Ia tidak menyangka selama lima tahun ada yang bermain di perusahaan miliknya. Menyalahgunakan uang perusahaan dan tidak bertanggung jawab."Setelah mengantar Ayu, temui Oma di ruang kerja Oma, Vid!" titah Oma."Baik, Oma."David pamit mengantar Ayu pulang. Sementara, Oma Meria menatap tidak suka pada Bu Jasmin. Wanita itu nampak sedang gugup dan menyembunyikan sesuatu. Bagaimana bisa, saham milik Ayahnya Hana dikatakan p

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29
  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Empat Puluh Satu

    "Berengsek!" Damar menendang ban mobilnya dengan mulut terus mengoceh. Perut lapar, hati kesal lengkap sudah penderitaan pria dengan kaus merah itu.Dengan sisa putung rokok yang ia hisap, Damar terduduk lesu di halaman rumah. Hatinya masih sangat emosi, bukan karena apapun, tetapi karena masih mnghargai Erika sebagai istrinya."Astaga, dosa apa aku ini? Terus saja Erika membuat aku habis kesabaran." Lagi, ia mengoceh tentang kesialannya.Ia menikah karena ingin ada yang mengurusnya. Tingal bersama sang ibu membuatnya kehabisan uang. Namun, ternyata malah pernikahannya kali ini membuat ia selalu pusing kepala dengan tingkah sang istri juga mertuanya yang begitu menyebalkan.Ia mengambil ponsel untuk menelepon seseorang."Man, ngopi, yu, tempat biasa. Bisa nggak?""Boleh-boleh, gue juga baru otw, biar gue balik arah." Suara Arman terdengar antusias saat diajak bertemu Damar.Damar men

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29

Bab terbaru

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Extra Part

    Ibu Andar terduduk di teras rumah. Sudah semingguan acara pernikahan Damar berlangsung. Ia merasa lega karena kini penyesalan dirinya sudah terbayarkan.Ia menyesal karena dirinya, kebahagiaan anak-anaknya hilang. Mulai dari Laras, hubungan mereka renggang saat ia ikut campur dalam rumah tangga sang anak. Kedua, rumah tangga Damar yang hancur olehnya. Ketiga, masalah Asih yang membuatnya sangat bersalah.Ia teringat lima bulan yang lalu saat ia bertengkar hebat dengan tetangga beberapa gang dari rumahnya."Ya ampun, Bu Andar lihat, deh. Ini anakmu bagaimana, sih. Masa istri barunya jadi pemeran video porno. Iki, loh," tujuk Bu Sentot sambil memperlihatkan video Erika bersama Yuda.Wajah Bu Andar memerah menahan malu juga amarah. Lalu, ia merampas ponsel milik Bu Sentot dan menghapus videonya."Ih, Bu Andar, lancang sekali, sih. Ini hape saya, nggak ada tatakrama sekali, main ambil saja. Pantas saja anak-anak ibu pada

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima Puluh Enam

    Menunggu jawaban dari Ayu membuat Damar tak sabar. Ia kembali bertanya dengan dada yang begitu berdebar.Sorot mata Ayu mengisyaratkan ia ingin kembali, tetapi keraguan kembali membuncah di dada."Yu, bagaimana? Demi aku dan anak-anak?" Lagi, pertanyaan itu terus mendesak Ayu.Batinnya pun tersiksa saat Damar memutuskan untuk tetap pergi ke Surabaya. Terkadang berkirim pesan dengan mengatas namankan anak membuatnya sedikit lega melihat aktivitas sang mantan suami."Yu, mau nggak? Kalau mau, nanti aku bawa keluarga aku untuk datang kembali, dan semoga saja ibu sudah bisa lebih baik.""Mas, apa kamu yakin?""Kalau aku nggak yakin, buat apa aku datang.""Aku--aaku, mau, Mas. Dengan syarat," ucap Ayu."Full gaji di transfer gitu?" Damar menaikkan kedua alisnya."Nggak, tapi janji, kamu mau berubah, tidak seperti dulu.""Janji, sih, mudah. Kamu bantu aku mengingatkan, bagim

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima puluh lima

    Lima bulan berlalu begitu cepat. Kini, Ayu memulai semuanya dengan baik. Kabar pernikahan David pun membuat ia senang, walau tidak secara besar-besaran, pernikahan CEO itu mengundang banyak kontroversi karena anak yang di bawa Viola.Aku mengitari sebuah mall untuk membeli perlengkapan untuk kedua anaknya. Tanpa sengaja ia bertemu dengan Viola.Viola mengajak untuk berbincang di sebuah tempat makan. Ia pergi sendiri karena Gista bersama Oma Meria."Terima kasih, Yu. Kamu memberikan hari bahagia untuk anakku. Berkat kamu, anakku kembali tersenyum. Setiap malam tidur bersama ayahnya." Sembari menggenggam tangan Ayu, manik mata Viola itu meneteskan air mata."Maaf, aku mengambil kebahagiaanmu," ucap Viola lagi."Nggak, kok. Aku bahagia, memang aku dan David nggak berjodoh. Untuk apa memaksakan. Memang dia ada untuk kalian, bukan aku. Aku senang bisa memberikan kebahagiaan untuk kalian." Senyum tulus Ayu membuat dirinya semakin bers

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima Puluh Empat

    David sengaja menunggu Ayu pulang dari kantor. Ia duduk di lobi kantor Laras. Sudah beberapa hari ia tidak bisa menghubungi Ayu."Yu, kita perlu bicara," ujar David saat melihat Ayu ke luar."Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi." Ayu terlihat sangat sengit menatap David.David terus saja memohon untuk bicara. Laras yang sedang bersamanya, memberi kode untuk berbicara saja dengan pria itu. Lebih baik untuk menyelesaikan masalah mereka."Baik, kita bicara.""Ya."Mereka memilih berbicara di sebuah tempat makan tidak jauh dari kantor. Ayu memesan cokelat hangat, sedangkan David memilih hanya memesan teh hangat saja."Yu, dengarkan aku. Saat ini, hati aku hanya untuk kamu dan nggak akan pernah mendua. Viola hanya masa lalu aku," ujar David."Tapi ada anak itu diantara kalian." Ayu menarik napas panjang.Ia juga perempuan, memiliki anak dan pasti hatinya sakit melihat David t

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima Puluh Tiga

    "Aku pamit, Yu," ucap Damar saat menemui Ayu di kantor Laras.Pria itu sengaja berpamitan, untuk memberitahu jika dia akan ke Surabaya dan menetap lama di sana."Bagaimana dengan anak-anak jika bertanya tentang kamu?" tanya Ayu."Katakan saja seperti biasa. Aku sedang bekerja dan mencari uang untuk mereka. Aku janji, sebulan sekali atau ada kesempatan ke Jakarta, aku akan bertemu dengan kalian, maksud aku anak-anak." Sedikit lega karena Damar merasa lebih baik ia menjauh dari Ayu.Seperti ada yang hilang, tetapi Ayu mencoba menenangkan hatinya. Dirinya hanya merasa sedikit sedih saat Damar pergi. Bukan karena hal lainya. Hanya bingung bagaimana jika kedua anaknya bertanya tentang Papanya."Ini, uang bulanan mereka," ucap Damar.Ayu mengambilnya, ia memperhatikan wajah Damar yang terlihat berbeda dari biasanya. Ia begitu tirus dan kurus."Aku pamit.""Cie, ada yang sedih mau di t

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima Puluh Dua

    Damar menaruh kembali ponsel di nakas. Ia kembali mengerjakan beberapa pekerjaan miliknya. Ia tidak mau membahas lagi tentang Erika, baginya, perselingkuhan tidak bisa di tolerir walau dengan kata maaf.Beberapa karyawan sudah berbicara dengannya. Banyak yang bersimpati dengan pria dua anak itu. Bahkan, ia pun di panggil oleh atasannya."Pak Damar, di panggil pak bos," ujar Simon."Iya, aku ke sana."Dengan langkah gontai, Damar menuju ruang bos. Mengetuk pintu dan ia segera masuk ke dalam."Ada apa, Pak?" tanya Damar."Saya sudah melihat video istri kamu, kamu oke?" Pak Mario mempertanyakan kondisi Damar."Saya oke, ya, walau sedikit perih." Damar menjawab dengan tawa."Saya mau memastikan kamu baik-baik saja.""Saya masih bisa bekerja dengan baik kok, Pak. Tenang saja," jawab Damar."Baik, begini, Pak Damar, kami ada cabang perusahaan di kota Surabaya, di sana

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima Puluh Satu

    "Mas bagaimana ini?" Erika panik bukan main.Begitu juga ibunya Erika, wanita tua itu tidak mengerti bisa berada dalam situasi seperti itu. Bu Hindun panas dingin, seketika dadanya terasa sesak kian mendalam."Rik, duh dada ibu sesak ini," keluhnya."Aduh ibu, kenapa?"Geduran keras dari luar memaksa Yudi dan Erika akhirnya ke luar dari mobil. Maria dengan puas tersenyum sinis.Ia menarik Erika dan mendorong tubuh itu hingga terjatuh di tanah. Tidak terima, Erika bangkit dan ingin mendorong Maria, tetapi oleh teman Maria di tarik kembali."Jadi ini, wanita pelakor itu? Dih, nggak tahu malu merebut suami orang." Salah satu teman Maria berteriak kencang hingga mengundang banyak orang memperhatikannya."Heh, suami situ yang emang nggak suka lagi sama kamu. Sadar diri dong, dia milih aku karena aku lebih dari kamu," ujar Erika membela diri."Dih, nggak punya malu, sudah merebut, malah membangga

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Lima Puluh

    "Oma, Maaf, aku belum bisa mengatakan ia atau tidaknya. Ini bukan pernikahan pertamaku dan aku sudah gagal dalam pernikahan pertamaku. Aku mohon, beri aku waktu utuk berpikir." Ayu berharap sang oma mau menerima alasannya."Baik, Yu. Kalau itu keputusan kamu, Oma dan David menunggu kabar baik dari kamu," ujar Oma Meria.Davit terlihat kecewa, tetapi ia harus menerima apa yang diputuskan oleh Ayu. Mungkin tidak lama lagi ia akan memberikan kabar baik untuknya.Beberapa menit mengobrol, akhirnya David dan Oma Meria pamit pulang. Sudah terlalu malam hingga mereka lupa waktu.Ayu bisa berbapas lega, ibunya pun ikut lega dengan keputusan sang anak. Baginya, pernikahan itu tidak bisa terburu-buru. Apalagi Ayu pernah gagal."Ibu setuju sama kamu, pokoknya pikirkan yang terbaik, ya, Sayang.""Iya, Bu. Aku juga takut gagal lagi," ucap Ayu.Ayu melihat keadaan kedua anaknya, mereka sudah tertidur nyenyak.

  • Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang   Empat puluh sembilan

    Kondisi Bagas sudah membaik, kemarin sudah pulang dan di jemput oleh Damar. Pria itu dengan telaten mengajak sang anak main dalam beberapa jam sebelum pulang.Berulang kali Bagas membujuk ayahnya untuk tetap tinggal. Namun, itu tidak mungkin karena Ayu dan dirinya sudah berpisah. Tidak mungkin bisa untuk bersama."Kalau kamu mau, nanti nginep di rumah papa, bagaimana?" Damar mencoba membujuk Bagas.Anak laki-laki itu mengerucutkan bibir. Ia sama sekali tidak mau melepaskan pelukan sang ayah. Rasa rindunya kian membuncah, saat ia terbangun melihat hanya sosok ibunya yang ada."Nanti Papa main lagi, Bagas sama Mama dulu, ya," bujuk sang ibu.Beruntungnya Bagas menurut dengan apa yang dikatakan sang ibu. Walaupun dengan wajah masam, anak itu tetap mengantar sang ayah sampai ke halaman rumah."Yu, pamit," ucap Damar."Iya, Mas."Setelah Damar pulang, Ayu kembali membujuk sang anak u

DMCA.com Protection Status