Share

30. Penyesalan

Penulis: Wella Andriana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bu, aku minta maaf. Tapi uangnya sudah diambil Rasti."

Ibu mendecih mendengar jawabanku. Kalau sudah begini, Ibu pasti menyesal menikahkanku dengan Rasti. Tapi aku tak mungkin juga menyalahkan Ibu atas semua yang sudah terjadi.

"Ibu Minggu ini ada arisan dengan teman-teman Ibu. Kalau kalung itu tak ada, bisa malu Ibu. Pasti teman-teman Ibu akan mengejek Ibu. Anak naik jabatan bukannya emas bertambah, malah menghilang."

Kepalaku makin berdenyut mendengar penuturan Ibu. Kasihan Ibu, pasti ia akan malu sekali di hadapan teman-temannya. Semua ini gara-gara Rasti. Tapi untuk bersikap tegas ke Rasti, aku pun tak berani.

"Ibu pinjam perhiasan Rasti dulu aja ya, Bu, untuk arisan nanti." Aku berusaha memberikan solusi pada Ibu.

Ibu melirikku sekilas lalu mendesah pasrah seperti tak yakin akan diizinkan Rasti.

Bersamaan dengan itu, terlihat Rasti baru keluar dari kamar mandi dan hendak menuju kamar. Aku langsung memanggilnya, ingin meminjam perhiasan untuk Ibu.

"Ada apa, Mas?" Tanya Rasti ta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dian Rahmat
hahaha... nasib nasiiiib. makanya Damar, jgn dzalim sama istri. skrg kerulah deh dpt istri kek ibu tiri. gitulaj nasibnya lelaki pecundang bin plin plan.
goodnovel comment avatar
Dyana Dent
hahahaha....sekarang suami takut istri ,dulu aja sombong banget ,pelit lagi.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   31. Cemburu

    Aku langsung menuju dapur untuk melihat, ada stok apa di kulkas yang dapat diolah. Aku ingin membawa Ibu berobat, tapi sebelum itu Ibu harus makan dulu.Aku makin menggeram saat melihat isi dalam kulkas pun kosong melompong. Percuma sekali rasanya aku memberi uang yang banyak pada Rasti, jika kebutuhan di rumah ini tak ada yang terpenuhi.Aku bergegas kembali menuju kamar menemui Ibu. "Gak ada stok makanan di kulkas ya, Bu?""Iya, Mar. Ibu belum sempat belanja. Lagi pula, kalau Ibu belanja juga uang yang kamu beri tak akan cukup untuk sebulan. Kan kamu cuma kasih lima ratus ribu."Aku memijat pelipis karena kepala kembali pusing. Aku juga lelah, lapar, ditambah keadaan rumah seperti ini. Rasanya aku mau gila.Bersamaan dengan itu, terdengar pintu depan dibuka. Lalu terdengar pula suara Rasti yang baru pulang bersenandung gembira.Aku mengeratkan rahang menahan geram. Ia bisa bersenandung ria saat kami sedang menderita begini."Rastii! Dari mana kamu?!"Rasti terlonjak kaget mendengar

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   32. Ancaman Keluarga Rasti

    "Kamu kok gitu sih, ngomongnya ke Damar, Ta? Bukan Damar tak peduli dengan Rafis, tapi kan kamu sendiri yang ingin kalian pisah." Ibu mulai membelaku. Cepat sekali hati Ibu berubah-ubah. Tadi ia mengemis-ngemis pada Dista agar kembali padaku. Sekarang malah sudah berubah lagi pandangannya pada Dista."Apa, Bu? Aku sendiri yang ingin pisah? Bukannya Ibu juga dulu yang paling semangat untuk memisahkan kami?" Balas Dista tak mau disudutkan."Sudah-sudah! Dista, iya, aku minta maaf. Aku sadar akan kekuranganku selama ini sebagai Papa Rafis. Tapi apa tak boleh aku ikut menjenguk Rafis sebentar saja?" Pintaku lagi."Ya udah, nanti datang aja ke lantai empat, ruang 405. Di situ Rafis dirawat," jawab Dista acuh, lalu langsung berlalu meninggalkanku dan Ibu tanpa pamit.Ibu mendengus kesal setelah kepergian Dista, lalu kembali menjatuhkan bokong ke bangku."Ibu kenapa begitu sih tadi, Bu?" Protesku sembari ikut duduk di samping Ibu."Begitu gimana?""Ya Ibu ngapain tadi peluk-peluk Dista begi

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   33. Syarat dari Rasti

    "Pak Karwo, jangan begini. Mari kita bicarakan baik-baik dulu di dalam." Ibu langsung menyela, terlihat wajah Ibu semakin pucat karena ketakutan atas ancaman Bapak Rasti.Bapak Rasti hanya berdecak kesal, dan menuruti permintaan Ibu untuk masuk ke dalam rumah. Aku pun mengekori mereka masuk juga dengan hati sedikit lega, karena bisa lepas sesaat dari pandangan menyelidik para tetangga.Setelah masuk, kami pun duduk berkumpul di ruang tamu. "Rasti, jadi sekarang maunya kamu gimana? Kamu mau apakan si Damar ini?" Tanya Ibu Rasti membuat darahku mendidih kembali. Kenapa hanya Rasti yang ditanyai soal keputusan? Seolah aku ini adalah orang yang paling bersalah dalam masalah ini. Padahal semua juga berawal dari kesalahan Rasti. Namun, tetap saja aku tak bisa meluahkan amarahku pada Ibu Rasti untuk saat ini."Emm, gimana ya, Bu? Aku juga bingung. Apa lebih baik aku tinggalkan saja laki-laki ini?" Rasti menatapku dengan pandangan menghina, membuat harga diriku seperti diinjak-injak.Aku m

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   34. Ibu Yang Begitu Kecewa

    "Hei, Mas! Kamu sudah lupa kah dengan syarat yang baru aku ajukan tadi? Tak usah sok mengatur-atur aku! Atau kamu memang mau kita cerai lalu mendekam di penjara?" Lagi-lagi Rasti mengancamku, membuat aku seperti dihadapkan dengan buah simalakama."Damar, sudahlah, Damar." Ibu menarik tanganku menjauh dari Rasti. Terlihat Ibu begitu tertekan dengan semua ini. Tapi apa yang bisa kulakukan jika begini? Ibu sendiri yang memasukkanku ke lubang penderitaan ini.Rasti yang kesal karena acara bersantainya terganggu, langsung beralih menuju kamar dengan berjalan sembari menghentakkan kakinya kasar.Aku hanya bisa menatapnya dengan miris. Kenapa semua istriku selalu berubah pasca menikah. Dulu Dista berubah karena penampilannya yang tak lagi menarik. Sekarang Rasti sikapnya berubah menjadi arogan. Tapi masih lebih baik Dista berkali-kali lipat ketimbang Rasti."Ibu istirahatlah dulu, pasti Ibu capek kan?" Ibu hanya mengangguk lemah lalu masuk ke dalam kamarnya.Aku juga langsung beranjak menuju

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   35. Takdir Mempertemukan

    POV AdistaAda rasa sedikit kecewa saat menerima pesan dari Mas Damar, yang mengatakan ia tak jadi datang menjenguk Rafis.Bukan aku masih cinta dan mengharapkannya, bukan! Tetapi karena aku terlanjur sudah memberi tahu Rafis dan anggota keluargaku bahwa Mas Damar akan menjenguk.Walau Rafis masih belum begitu lancar berkomunikasi, tapi saat aku mengatakan bahwa papanya akan datang, raut wajahnya berubah sedikit lebih ceria dan terus berceloteh riang. Syukur ada Mas Hilman dan Risa yang dapat meredam sedikit rasa kecewa Rafis karena Mas Damar tak kunjung datang. Mereka sudah seperti keluarga sendiri saja bagi Rafis. Padahal kami juga belum terlalu lama kenal. Tapi Risa dan Mas Hilman begitu menyayangi Rafis. Aku berjumpa Risa untuk kali pertama saat baru saja menjadi guru di sebuah yayasan pendidikan. Aku yang memang sudah lama vakum dari dunia pendidikan, diminta memegang kelas yang terendah dulu. Kelas satu.Saat itulah aku bertemu dengan Risa yang menjadi salah satu murid di kela

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   36. Pertunjukan Yang Menghibur

    Sejak pagi aku sudah menunggu di ruang rawat inap wanita itu. Tadi malam aku tak sempat bertemu dengannya karena ia sedang ditangani. Syukur Rafis sudah tak rewel pagi ini, jadi bisa aku titip ke Ibu sebentar. Terlihat wanita yang tak aku ketahui namanya itu menggeliat di atas pembaringan. Perlahan ia membuka mata, dan langsung terkejut begitu melihat ada aku yang sedang duduk santai di sofa ruang rawatnya."Sudah bangun?" Sapaku dengan sedikit menarik bibir ke atas. Entahlah, aku pun bingung harus bagaimana bersikap dengan orang yang sudah membuat rumah tanggaku hancur."Kamu siapa?" Tanyanya balik."Aku? Masa kamu tak tahu aku siapa," sahutku sembari berjalan mendekat ke sisi pembaringannya.Ia menelisik tiap inci wajahku sembari terlihat berpikir."Tak ingat?""Tidak. Sepertinya ini kali pertama kita bertemu."Aku tersenyum sinis mendengar jawabannya."Bagimu iya, ini pertemuan pertama kita. Tapi bagiku tidak."Ia terlihat mengernyitkan dahi, bingung."Biar aku bantu ingatkan. Aku

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   37. Tak Tahan Lagi

    POV DamarPlaaak!Aku tak tahan lagi untuk tak menampar Rasti yang sudah berkelakuan bak orang gila. Entah bagaimana ia bisa tahu jika aku datang ke rumah sakit ini dan menemui Bella. Yang lebih parahnya lagi, Rasti tak segan sama sekali membuat keributan di rumah sakit."Maas! Berani sekali kamu nampar aku lagi, hah? Mau cari mati kamu?" Mata Rasti melotot penuh ancaman. Namun kali ini tak ada lagi rasa takut dalam hatiku."Kenapa? Kamu mau mengancam aku lagi? Aku tak peduli!" Jawabku tak mau kalah."Hah! Gara-gara wanita kotor itu kamu jadi mulai gak waras ya, Mas!""Rasti! Kamu mau aku tampar lagi, hah?! Jangan seenaknya saja menghina Bella seperti itu!""Oh, ternyata benar dugaanku, kamu punya hubungan khusus dengannya, kan? Sampai segitunya membela wanita itu.""Kalau iya kenapa?" Tantangku membuat Rasti terperangah."Jadi benar, Mas?" Pekiknya lagi dengan kembali tantrum seperti orang gila."Iya! Biar kamu puas.""Jahat kamu, Mas! Bisa-bisanya kamu menduakan aku!" Rasti terlihat

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   38. Fakta Baru

    "Maass! Buka pintunya! Jangan seenaknya saja ya kamu perlakukan aku begini. Aku benar-benar akan menuntut kamu nanti." Rasti terus menggedor pintu kamarku sembari terus berteriak marah.Kututup rapat telinga dengan bantal agar tak mendengar teriakan Rasti yang begitu mengganggu. Aku tak lagi peduli dan tak lagi takut dengan semua ancamannya. Aku sudah benar-benar muak dengan perlakuan Rasti. Mau rumah tanggaku dengannya harus hancur pun aku tak masalah. Dari pada harus terus terjajah oleh sikap Rasti.Tubuh yang lelah, membawaku cepat terlelap ke alam mimpi. Sejak hidup bersama Rasti hidupku jadi urakan. Bahkan amat sering aku tidur dalam kondisi masih berpakaian kerja tanpa membersihkan diri terlebih dahulu.Pagi-pagi sekali aku bangun. Melihat ranjang hanya ada aku, kembali aku teringat pada Rasti.Buru-buru kubuka pintu kamar untuk memastikan wanita itu sudah pergi atau belum.Tapi aku dibuat kesal, saat melihatnya masih berada di rumah dan sedang tidur nyenyak di atas sofa. Sepert

Bab terbaru

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   77. Akhir dari Segalanya

    Hari beranjak malam, tapi sama sekali belum ada kabar apapun dari Mas Rasyid. Entah kenapa hatiku terus tak tenang walau kini sudah berada di ruangan tempat aku tinggal dengan Mita selama ini.Aku terhenyak, lamunanku buyar saat dari televisi tabung kecil yang memang disediakan oleh bos kami di kamar ini, menampilkan sebuah berita penganiyaan seorang ART oleh majikannya.Yang membuat aku terkejut pasalnya alamat yang disebutkan adalah alamat rumah Mas Damar. Walau wajah sang pelaku tak terlihat karena ditutupi, tapi aku bisa dengan mudah mengenali jika itu adalah Mas Damar.Belum tuntas aku menonton berita tersebut, pintu ruangan kami terdengar digedor dari luar. Aku langsung bangkit untuk membukanya, karena Mita sedang berada di kamar mandi.Aku terkejut saat melihat Mas Rasyid yang berada di sana bersama seorang temannya yang kutebak adalah polisi juga."Ras, mari ikut kami ke kantor," ajak Mas Rasyid yang menjawab semua keraguanku sedari tadi."Jadi benar kalau yang dianiaya itu ad

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   76. Kabur

    POV RastiSudah berhari-hari aku terkurung di kamar bekas Mas Danis. Akses untuk keluar sama sekali tak ada, karena pintu terkunci dari luar. Hanya waktu makan dan waktu-waktu tertentu saja pintu akan terbuka, baik itu dibuka oleh Mas Damar atau Mbok Darti yang baru kutahu adalah ART di rumah ini.Kurasa Mas Damar kini sudah tak waras. Awal berjumpa dengannya dan dia meminta rujuk denganku aku tak begitu kaget. Karena aku tahu tentang video viral Bella yang ternyata seorang pelakor itu.Walau Mas Damar membujukku bahkan berjanji akan menerimaku apa adanya, aku tak akan luluh begitu saja. Karena aku paham betul bagaimana sifat Mas Damar sejak dulu.Mas Damar meminta rujuk denganku semata-mata bukan karena ia cinta, tapi aku tahu ia melakukan itu hanya demi harga dirinya. Sejak dulu ia kan selalu menjaga image di depan orang, dan selalu ingin dipuji-puji. Jadi pasti ia kini tengah malu karena gagal berumah tangga sebanyak tiga kali. Mungkin itu sebabnya ia jadi tak waras hingga menguru

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   75. Pucuk Dicinta Ulam pun Tiba

    Kembali ke POV Damar ya.Dengan berat hati aku akhirnya berangkat juga ke rumah Dista untuk ikut meramaikan hari jadi anak semata wayangku itu.Kalau bukan karena Rafis, tentu aku tak akan datang. Entahlah bagaimana reaksi Dista nanti saat mengetahui bahwa aku tak lagi bersama dengan Bella.Selang beberapa saat, aku pun sampai di depan sebuah rumah megah. Masih bertahan di dalam mobil, berulang kali aku mengecek, apa benar ini alamat rumah Dista yang benar? Tapi pertanyaanku terjawab saat melihat Hilman ada di antara kerumunan tamu yang mulai datang. Ternyata memang benar ini adalah rumah Dista dan Hilman. Betapa beruntungnya mantan istriku itu, lepas dariku malah mendapat seorang sultan.Setelah menepikan mobil di luar pagar aku pun masuk ke halaman rumah tersebut yang sudah disulap dengan berbagai macam dekorasi ulang tahun khas anak-anak."Hilman ...." Aku menyapa Hilman yang masih sibuk dengan tamu-tamunya yang lain. Lalu menyalaminya sekedar basa-basi."Eh udah datang, Mar?" Bal

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   74. Hilang Kembali

    POV RasyidAku termangu menatap wajah mulus bak pualam itu. Matanya rapat terpejam terlihat damai setelah beberapa hari mengalami hal-hal yang aneh.Aku tersentak saat tiba-tiba bahuku ditepuk oleh seseorang dari belakang."Jaga pandangan, belum mahram."Aku tersenyum kikuk saat mengetahui Ustadz Faisal lah yang menepuk bahuku.Segera kututup pintu kamar Rasti yang tadi sempat kubuka sedikit untuk melihatnya."Apa ia sudah tak apa, Tadz?" Tanyaku khawatir."Insya Allah ia sudah tak apa. Kami akan berusaha merutinkan ruqyah agar pengaruh pelet dari tubuhnya cepat hilang."Hatiku sedikit tenang mendengar ucapan Ustadz Faisal.Masih teringat jelas dalam benakku kejadian beberapa hari yang lalu.Mita teman kerja sekaligus teman sekamar Rasti menelpon ke nomorku malam-malam. Ia memang tahu bagaimana selama ini aku berusaha berjuang mendapatkan hati Rasti dan berniat mempersuntingnya. Namun entah kenapa Rasti seolah selalu menjaga jarak jika aku membahas soal perasaanku padanya.Mita mengab

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   73. Kemana Rasti?

    "Maaf, aku gak bisa!" Sahut Rasti acuh tanpa memikirkan perasaanku."Dan aku minta secepatnya kamu urus perceraian kita. Karena aku sudah punya pengganti kamu. Jadi jangan berharap banyak!" Lanjut Rasti lagi mengejutkanku."Kamu sudah punya pengganti aku? Secepat itu?" Balasku tak percaya. Bisa jadi itu hanya kebohongan yang dibuat Rasti agar aku menjauh darinya.Belum sempat aku menjawab, bersamaan dengan itu terdengar seseorang dari pintu masuk memanggil nama Rasti begitu akrab."Tumben cepat datangnya, Mas?" Tanya Rasti sembari tersenyum manis pada lelaki yang kini sudah berada di belakangku."Iya. Mas sudah selesai tugas, jadi langsung kemari."Aku terhenyak demi mendengar suara lelaki tersebut. Kenapa suaranya begitu familiar? Refleks aku menoleh ke belakang untuk melihat siapa lelaki yang kini tengah berbincang hangat dengan Rasti."Rasyid?" Mataku membulat sempurna saat melihat Rasyid teman sekolahku dulu lah yang sedang berbincang dengan Rasti."Damar?" Ia pun sama terkejutny

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   72. Ingin Rujuk

    Aku menutup panggilan dari Mbok Darti setelah berjanji akan segera pulang. Kebetulan sebentar lagi jam pulang kantor akan tiba.Bukannya sedih mendengar kabar dari Mbok Darti tersebut, aku malah bersorak-sorai dalam hati. Ternyata tanpa aku perlu repot-repot, Bella sudah terkena karmanya sendiri.Dengan bersiul riang aku keluar dari kantor hendak pulang ke rumah. Namun di depan sana terlihat Hardi berjalan tergesa ke arahku."Kenapa lu? Kok macam habis ketemu setan gitu?" Tanyaku pada Hardi setelah jarak kami dekat."Liat nih, Mar! Liat!" Tanpa menyahut pertanyaanku Hardi langsung menunjukkan ponselnya.Di sana terpampang sebuah video live yang terlihat ramai penonton. Mataku membelalak saat sadar tempat yang ada di dalam video tersebut adalah rumahku.Terlihat seorang wanita paruh baya mengamuk pada seorang wanita yang seperti Bella. Bukan, itu memang Bella!Namun syukurnya polisi yang ada di sana langsung melerai sebelum wanita itu semakin brutal.Saat melihat komen-komennya, rata-r

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   71. Dilabrak Istri Orang

    Serasa ada petir yang menyambar di atas kepalaku mendengar kabar dari Mbok Darti tersebut. Tanpa sadar ponsel pun terjatuh begitu saja seiring dengan air mataku yang turut terjatuh pula.'Baru beberapa hari yang lalu Mas Danis pergi, kenapa sekarang Ibu ikut menyusulnya, Bu?' Aku merintih dalam hati.Tanganku mengepal sesaat teringat pada si penyebab semua ini. Ini semua karena Bella! Gara-gara Bella aku jadi berpisah dengan Ibu untuk selamanya.Aku yang makin tergugu mengundang perhatian para karyawan lain yang berada di divisiku. Mereka terlihat saling pandang satu sama lain, tapi ragu untuk mendekat. Karena memang selama ini aku tak begitu dekat dengan mereka. Hanya Hardi sajalah satu-satunya temanku di sini.Tanpa menghiraukan tatapan penuh tanda tanya mereka, aku langsung bangkit dari kursi berniat pulang. Bahkan sangking kalutnya aku tak ingat untuk izin pada atasan. Hingga di tengah jalan, barulah aku ingat dan cepat-cepat menghubungi Pak Jaya.Usai menelpon dan mendapat izin

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   70. Kepergian Ibu

    Aku yang sedang tidur terbangun begitu mendengar suara pintu ruang rawat Ibu terbuka. Sembari memegang kepala yang pusing karena kurang tidur, aku menoleh ke arah pintu.Terlihat sudah ada Bella di sana, berdiri dengan senyum manis tanpa dosa seraya menenteng kotak bekal makan."Mas, kamu kok gak ngabarin aku kalau Ibu masuk rumah sakit?" Ucap Bella dengan sedikit memanyunkan bibirnya sok manis.Jika dulu aku selalu suka sikapnya yang seperti itu, berbeda pula dengan sekarang saat aku sudah tahu semua kedoknya.Tanpa menggubris perkataannya, aku kembali memejamkan mata."Kamu pasti capek sekali ya, Mas? Tapi sarapan dulu ya, baru tidur. Nanti kalau telat makan malah kamu yang jadi sakit." Terdengar lagi ia bersuara membujukku."Memangnya ada jaminan kalau makanan itu aman tak ada racunnya?" Balasku masih enggan membuka mata. Entah bagaimana ekspresi wajahnya saat mendengar perkataanku ini, aku tak lagi peduli."Maksud kamu apa sih, Mas? Racun apa? Jangan bercanda deh."Aku langsung me

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   69. Tak Lagi Punya Rahim?

    Aku terkesiap mendengar perkataan lelaki itu. Jangan-jangan Bella yang ditelponnya saat ini adalah Bella istriku. Tak mungkin semua hal yang saling berkaitan ini hanyalah kebetulan.Diam-diam aku mengikuti langkah lelaki itu. Dan lagi-lagi aku dibuat terkejut saat melihatnya masuk ke ruang poli neurologi. Namun detik selanjutnya, ia kembali keluar.Aku yang masih mengintainya, pura-pura duduk di bangku tunggu sembari bermain ponsel. Terlihat ia kembali menelpon seseorang."Aku belum bisa membuat buktinya sekarang. Jam praktek dokter belum habis. Kemungkinan sore baru aku bisa memberimu bukti itu."Mendengar kata-kata lelaki itu, tanganku tanpa sadar mengepal menahan geram."Ya pandai-pandai kamu lah, bagaimana ngasih alasan ke suamimu. Tapi kan tadi kamu sudah kirim foto ruang poli neurologi, masa dia masih gak percaya?"Entah apalah yang dikatakan orang di seberang sana. Yang jelas pasti ia tak terima jika bukti itu bisa didapatkan sore hari. Pasti ia takut aku pulang dan bertanya m

DMCA.com Protection Status