Share

Bab 33 Luka dan cinta.

Penulis: iva dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Pov Serena.

Di dalam Kamar aku memeluk Zena dan menutupi kedua telinganya agar tidak mendengar umpatan dan teriakan Mas Dirga. Ini sudah hampir jam 5 sore pasti tetangga-tetangga sudah pulang kerja dan mendengar pertengkaran kami. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana gosip akan beredar besok pagi.

Tidak lama terdengar suara pintu ruang tamu di tutup secara kasar.

BRAAAKKK......

"Zena tenang ya. Sudah jangan nangis lagi!" Aku berusaha menenangkan Zena sambil mengelus pelan rambut dan dada putriku ini agar lebih tenang.

"Sekarang bantu Mama, masukkan semua buku-buku sekolah Zena ke dalam tas sekolah Zena ya! Mama akan memasukkan baju kita ke dalam koper," pintaku yang langsung dilakukannya.

Aku segera mengambil ponselku lalu mencari kontak nomer telpon Mas Gibran. Aku hendak menelfonnya tapi aku urungkan. Melihat keadaanku yang seperti ini aku tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Mas Gibran nantinya setelah melihatku.

Mas Gibran pasti akan mengamuk saat melihat bekas li
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 34. Ketika ego masih di hati, maka cinta takkan bisa di nanti.

    Author pov. Sekitar satu jam setengah Serena dan Dewa baru sampai di rumah Nurida. Perjalanan yang seharusnya hanya empat puluh lima menit menjadi satu jam setengah lebih karena bersamaan jam pulang kerja yang membuat jalanan macet. Sesampainya di rumah Nurida, Al langsung berteriak memanggil mamanya begitu melihat Serena dan Dewa dengan Zena yang tertidur di gedongan laki-laki yang selalu dipanggilnya dengan sebutan Om. "Ma,, ada Adek Zena," pekik Al lalu berlari ke teras menyambut tamunya. "SSuuuttt, Adek Zena lagi tidur," Dewa berbisik agar tidak menganggu kenyamanan gadis kecil yang digendongnya. "Siapa yang datang?" Nurida ikut menyusul Al dengan meteran yang selalu melingkar di pundaknya. "Loh, ada apa malam-malam kok kesini?" Nurida langsung panik melihat sahabatnya datang dengan memakai jaket dan masker. Serena tak menjawab, dia hanya terdiam dengan mata berkaca-kaca. Nurida yang bingung memandang kedua sahabatnya itu bergantian. "Ada apa?" ujarnya saat melihat wajah Dew

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 35 Kenyataan pahit.

    Author povDirga sampai di rumah pada pukul sepuluh malam. Seperti nasihat Bagas, Dirga pulang dengan membawa sekotak martabak dan ayam goreng untuk istri dan anaknya. Dirga mengerutkan keningnya ketika melihat rumahnya gelap gulita. Tak ada satupun penerangan di rumahnya yang menyala. Dirga bergegas keluar dari mobil dan membuka gerbang rumahnya kemudian berjalan masuk ke dalam rumah. Dengan meraba dinding Dirga berjalan mencari sakelar rumahnya untuk menyalakan lampu. Nampak kondisi di dalam rumah masih sama seperti ketika ditinggalkannya beberapa jam yang lalu, berantakan penuh dengan pecahan kaca dan barang-barang yang tadi sore di bantingnya.Dengan sedikit berlari Dirga menuju kamar putrinya tanpa mengetuk Dirga langsung membuka pintu dan masuk kedalam kamar. Kosong, tidak ada siapapun di dalamnya. Dirga membuka pintu kamar mandi, sama saja, kosong. Rahangnya mengeras, genggaman tangannya mengerat pada kantong plastik yang di bawanya ketika tanpa sengaja tatapannya terarah pad

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 36. Gibran mendatangi rumah Serena.

    Sore ini Gibran memutuskan untuk mendatangi rumah Serena. Kakak Serena itu merasa curiga, mengapa adik bungsunya tiba-tiba pergi liburan di saat Zena tidak dalam masa liburan sekolah. Anehnya Serena tidak pamit dulu sebelum pergi, sikapnya itu sama sekali tidak seperti kebiasaannya. Sudah lebih dari satu minggu Serena tidak masuk kerja tapi alasannya tetap sama, liburan bersama Nurida. Awalnya Serena mengatakan jika hanya izin untuk beberapa hari saja. Tapi sampai lebih dari satu minggu Serena juga belum datang ke kafe. Apa lagi Serena juga mengganti no telelponnya. Bukankah itu sangat mencurigakan, pikir Gibran. Setibanya di depan rumah adik bungsunya, Gibran bergegas turun dari mobilnya dan memencet bel yang ada di pagar rumah. Gibran mengulangi beberapa kali, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan sang pemilik rumah. Gibran sedikit berjinjit untuk melihat situasi di teras rumah, tak nampak motor milik adiknya maupun mobil milik adik iparnya. "Serena..." Gibran memanggil nama Sere

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 37 kemarahan Gibran.

    Sambil mengendarai mobil Gibran menghubungi Dirga. Kakak sulung serena itu tidak bisa lagi menunggu sampai besok. Gibran juga tidak berniat untuk bertanya terlebih dulu pada Serena karena Gibran sangat tahu seperti apa sifat adik bungsunya itu. Serena pasti akan bersikap sok kuat dan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri. [Hallo, datanglah ke taman kota! Aku tunggu di sana sekarang,] perintahnya begitu sambungan telponnya di jawab. Gibran segera menutup panggilannya tanpa menunggu jawaban dari orang yang di telfonnya.Dengan kecepatan tinggi Gibran mengendarai mobilnya ke arah taman kota. Wajahnya terlihat tenang tapi tidak dengan hatinya. Rasa marah dan kesal bercampur aduk di dadanya. Dalam hati Gibran bersumpah tidak akan membiarkan siapapun menyakiti keluarganya. Bagi seorang Gibran Abikara Saputra, ibu dan kedua adiknya adalah jantung dan nafas hidupnya. Tidak akan ia biarkan siapapun menyakiti tiga wanita yang ia cintai itu. Siapapun yang berani menyakiti mereka berarti men

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 38 kekecewaan seorang Gibran.

    Setelah bertemu Dirga sekarang Gibran sedang dalam perjalanan menuju ke alamat yang di berikan oleh Dewa. Setelah beberapa saat yang lalu dia menghubungi sahabat adik bungsunya itu. Dewa memberitahukan bahwa benar memang dirinya yang telah menjemput Serena dan Zena beberapa hari yang lalu kemudian mengantarkan mereka ke rumah Nurida seperti permintaan Serena. Sekitar 45 menit perjalanan, Gibran sampai di sebuah rumah sederhana yang memiliki halaman cukup luas di depan dan samping rumah dengan pagar besi sedada orang dewasa. Gibran bergegas turun dari mobilnya. Karena pintu pagar tidak di kunci Gibran bisa langsung masuk ke dalam pelataran rumah. "Om Gibran,,," teriak Zena dengan wajah ceria begitu melihat kedatangan kakak sulung dari Mamanya. Zena berlari lalu menubruk Gibran yang merentangkan kedua tangannya, "Om rindu sekali sama Zena," bisik Gibran sambil memeluk gadis kecil yang sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri. Ada rasa sedih yang tiba-tiba muncul sesaat setelah ia me

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 39. Kebenaran yang baru diketahui Gibran.

    "Jangan bohong!" Gibran memicingkan matanya curiga. Gibran tahu betul jika adiknya itu sedang berbohong. Diantara dua adiknya Serena yang paling tidak bisa berbohong kepada dirinya atau Bundanya. "Tidak. Dia tidak melakukan apa-apa padaku Mas," jawab serena dengan tatapan matanya yang tidak berani menatap langsung mata Kakak sulungnya itu. Dewa yang sejak tadi mengawasi di depan pintu hanya bisa menghela nafas lelah, ia merasa kecewa dengan sikap Serena yang masih tetap membela Dirga. Padahal Dirga sudah sangat menyakiti perasaan dan fisik Serena. Tapi apa lagi yang bisa Dewa perbuat? Jika cinta itu sudah membutakan mata, maka manusia sepintar apapun akan menjadi bodoh. Sama halnya dengan Serena, dirinya sendiri juga salah satu manusia yang sudah dibutakan oleh cinta, pikir Dewa. "Baiklah. Kalau kamu masih tetap ingin menyembunyikannya, tapi kamu pasti tahu jika aku bisa mencari kebenarannya sendiri?" Gibran menatap lekat pada adik bungsunya yang terlihat gugup. "Sekarang jawab de

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 40 Sebuah kebenaran.

    Hari ini Serena sudah mulai bekerja kembali setelah cuti selama hampir tiga minggu untuk menenangkan diri. Pagi ini Setelah Serena mengantar Zena ke sekolah, ia langsung menuju kafe miik kakaknya untuk kembali mengerjakan pekerjaan yang beberapa hari yang lalu harus di kerjakan oleh Ratna. "Maaf ya Mbak Ratna yang cantik!!" ucap Serena memelas sambil mengulurkan sebatang coklat yang diikat pita ujungnya. "Ck... Mau nyogok?" Ratna melirik Serena. "Lain kali jangan coklat tapi kunci mobil," ucap Ratna setelah mengambil coklat dari tangan Serena. Serena tersenyum lebar menampilkan gigi putihnya, "Lain kali akan aku pastikan untuk tidak melakukan kesalahan lagi, karena aku tidak sanggup membelikan dirimu mobil," Serena menimpali candaan Ratna. Ratna memberinya 2 jempol, "Good, jangan melakukan kesalahan yang sama lagi," ujar Ratna menimpali ucapan adik dari bosnya itu. Mulai hari ini Nurida yang akan menjemput Zena pulang sekolah jadi Serena hanya fokus bekerja untuk membiayai hidupny

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 41 , Ketulusan seorang Kaisar.

    Flasback 12 tahun yang lalu. "Kamu mau kemana?" tanya Miko saat melihat bos sekaligus temannya keluar dari ruang kerjanya. "Kita ada meeting setelah jam makan siang." sambunhnya mengingatkan. "Batalkan meetingnya. Dan kamu ikut aku! Bunda Rahma sedang menungguku," ajak Kaisar "Ok, siap bos." Miko segera menghubungi sekertaris Kaisar untuk membatalkan meeting. "Sekarang Bunda Rahma dimana?" "Di taman kota." jawabnya sembari berjalan menuju lift khusus untuk pimpinan perusahaan. "Oh," Miko mengikuti Kaisar masuk ke dalam lift. Selama perjalanan menuju taman kota Kaisar hanya membisu sambil memandang keluar jendela mobil. "Kamu kenapa?" tanya Miko tanpa mengalihkan pandangannya pada jalanan di depannya. "Gak apa-apa?" jawab Kaisar masih dengan posisi yang sama. "Yakin?" Miko melirik sahabatnya itu dari ekor matanya. "Gak papa Miko," ucap Kaisar berusaha berbicara setenang mungkin sekalipun hatinya sudah sangat gelisah memikirkan apa lagi yang diinginkan ibu dari kekasihnya datan

Bab terbaru

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 125 Tamat.

    "Sah" pekik sang penghulu yang langsung di sambut riuh para saksi. "Sah," Suara para saksi terdengar kompak disusul. lantunan do'a dari sang penghulu dan segera diaminkan oleh seluruh yang hadir di ruangan itu. "Alhamdulillah,," Suara lirih Rahma penuh syukur. "Iya Alhamdulillah ya Bun. Akhirnya Mas, Gibran menikah juga," sahut Serena sambil mengelus punggung wanita paruh baya itu. Rahma hanya menghela nafas dengan pandangan yang sendu kearah sepasang pengantin yang nampak bahagia dengan senyum sumringah di wajah keduanya. "Bunda, senyum dong. Pengantinnya mau minta do'a restu," ujar Serena saat Gibran dan Nurida mendekati sang Bunda untuk sungkem. Hari ini adalah pernikahan Gibran dan Nurida. Setelah satu tahun meminta berjuang akhirnya hari ini mereka bisa melangsungkan akad nikah dengan restu dari Rahma. Ya, awalnya Rahma menolak memberi restu Gibran menikahi sahabat Serena itu. Rahma menginginkan menantu yang statusnya sama dengan Gibran. Bukan seorang janda dengan satu ana

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 124 Sebenarnya Siapa Serena itu.

    "Ru rujuk? maksudnya?" tanya Serena menoleh pada Dirga. "Beberapa bulan yang lalu Anita mengajukan gugatan cerai pada Andika." Dirga menjawab pertanyaan Serena lalu mengalihkan pandangannya pada Hendrawan. "Bukannya perceraian mereka sudah di putuskan pengadilan?" "Iya tapi belum mengikrarkan talak. Selama perpisahan mereka Andika belum pernah mengucap talak." penjelasan Hendrawan mendapat anggukan mengerti dari Dirga. Serena hanya diam tanpa berniat berkomentar. Ia masih tidak percaya mendengar berita perceraian adik iparnya itu. Apalagi selama ini Hendra dan Mirna selalu membanggakan rumah tangga putri bungsunya itu sangat harmonis. "Rena, kenapa tamunya tidak di ajak masuk?" Rahma ikut keluar menyambut besannya itu. Dengan senyum ramah ibu Serena mengulurkan tangannya menyalami kedua orang tua menantunya itu. "Ayo silahkan masuk!" ajak Rahma menggiring besannya itu untuk masuk ke sisi lain ruang tamu yang memang di peruntukkan untuk menjamu tamu yang datang. "Maaf duduknya di

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 123 Acara tasyakuran rumah baru.

    Sudah dari kemarin Dirga dan Serena menempati rumah baru mereka. Tak ketinggalan Rahma dan Gibran juga keluarga kecil Indira ikut menginap sejak semalam. sudan dari selesai sholat shubuh Rahma sibuk mengatur persiapan acara ulang tahun sekaligus tasyakuran rumah baru putri bungsunya. Di bantu dua orang asisten rumah tangga ia sibuk di dapur. Rencananya pada jam 9 pagi akan diadakan pengajian bersama dengan mengundang para tetangga juga saudara dan teman-teman Dirga. Untuk ulang tahun Zena akan diadakan setelah dhuhur. Bukan hanya Rahma, Indira pun begitu. Kakak kedua Serena itu juga sibuk mengatur tempat dan bingkisan untuk para undangan. "Inah, kamu taruh semua bingkisan itu di depan. Di bawah tenda ya!" perintahnya pada seorang asisten rumah tangga yang baru di pekerjakan oleh Dirga sejak dua hari yang lalu. "Periksa juga bingkisan untuk undangan ulang tahun Zena! Jumlahnya kurang atau tidak?" sambungnya lalu berjalan menuju dapur. "Rena, cateringnya datang jam berapa? Acaranya

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 122 Rahma yang sudah tidak menahan diri lagi.

    "Siapa yang akan mengacaukan? Dirga bisa sesukses ini juga karena kita. Enak sekali keluarga Serena, tidak merasakan susahnya sekarang ikut menikmati hasil kesuksesan Dirga," gerutu Hendrawan. "Minta alamatnya. Minggu depan kita berangkat ke sana," "Apa Ayah Tidak malu bicara seperti itu?" Mirna menatap tajam suaminya. "Sudah lupa apa yang Ayah lakukan pada Dirga?" Pertanyaan Mirna sontak menyulut emosi di dada Hendrawan. Dengan rahang yang mengeras pria paruh baya itu membalas tatapan Mirna tak kalah tajam. Namun kali ini Mirna tidak takut apalagi segan. Ia sudah sangat jengah dengan dengan sikap dan perangai suaminya itu. "Aku pikir beberapa bulan ini kamu sudah berubah, tapi nyatanya aku salah. Kamu tetap egois dan tidak mau mengakui salah." "Apa maksudmu?" sentak Hendrawan emosi. "Apa perlu aku mengulangi perkataan Dirga dua tahun lalu? Apa perlu aku mengulik kesalahan suamiku yang tidak pernah mau kamu akui?" Mirna menarik nafas panjang untuk sedikit mengurangi rasa kesalnya

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 121 Kejutan untuk Zena.

    Sekitar pukul setengah tujuh malam, mobil dirga memasuki pelataran rumah besar mertuanya. Serena membuka pintu rumah bersamaan dengan Dirga yang keluar dari mobilnya dengan membawa banyak bawaan di kedua tangannya. "Biar kubantu Mas," ujar Serena segera mendekat dan mengambil satu kotak besar dari tangan kanan Dirga. "Hati-hati itu kue ulang tahun untuk Zena," sahut Dirga sedikit khawatir. "Iya," jawab Serena tersenyum lalu berjalan masuk lebih dulu. "Dimana Zena?" tanya Dirga berjalan dibelakang Serena. "Zena lagi di kamar Bunda bersama Rendy dan Raka." Serena segera meletakkan kuenya di sisi meja makan. "Malam Ga," sapa Indira yang berjalan keluar dari dapur dengan segelas air putih di tangannya. "Malam juga Mbak. Mana Mas Abimana?" sahut Dirga bertanya bersikap ramah."Tu," indira menunjuk ke arah ruang tengah. Dua orang pria duduk sambil berbincang. "Halo Ga," Abimana mengangkat tangannya menyapa yang di jawab anggukan oleh Dirga. Merasa sungkan Dirga hendak berjalan untuk

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 120 Bahagia setelah badai.

    Setelah sholat shubuh Dirga mendatangi ibu mertuanya untuk memberia tahu jika nanti malam dia akan membuat kejutan ulang tahun untuk putrinya. Dirga meminta Rahma untuk memberi tahu Indira dan Gibran untuk ikut datang. Sebenarnya Dirga ingin mengadakan pesta ulang tahun putrinya itu di rumah baru mereka namun dikarenakan rumah baru mereka belum siap untuk ditempati akhirnya Serena menyarankan untuk memberikan kejutan kecil dan nanti setelah rumah mereka sudah siap akan membuat pesta ulang tahun Zena bersamaan dengan tasyakuran rumah baru mereka. Setelah semua anaknya dan menantunya berangkat Rahma segera menelpon putri ke duanya untuk memintanya datang malam ini seperti permintaan menantu sulungnya. "Tentu saja kami akan datang Bun. Tanpa Bunda telfon aku dan anak-anak sudah berniat ke rumah Bunda sepulang sekolah nanti dan Mas Aby akan menyusul sepulang kerja. Kami tidak akan lupa dengan ulang tahun princess Zena," jawab Indira saat Rahma memintanya datang. Mendengar jawaban putr

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 119 Papa hanya punya Zena.

    "Kamu percaya sama aku kan? Aku bersumpah aku hanya menganggapnya teman. Kami bertemu hanya untuk berbincang dan bertukar pikiran saja." Kembali ia berusaha menyakinkan istrinya itu. Ia tahu jika kediaman Serena karena masih ada kerguan di hati istrinya itu. "Kenapa dulu kamu tidak ingin berbincang dan bertukar pikiran denganku?" tanya Serena yang membuat Dirga terdiam lalu perlahan menegakkan kembali punggungnya. "Apa karena aku tidak enak diajak bicara?" "Karena aku bodoh. Aku tidak tahu caranya berbicara denganmu sehingga kita selalu berakhir dengan bertengkar," jawab Dirga dengan ekspresi khawatir.Dirga sangat menyesal mengapa harus membahas Meysa. Mungkin seharusnya ia tidak membahas sahabat lamanya itu. Ia benar-benar tidak ingin hubungannya dengan Serena kembali merenggang hanya karena seseorang yang sama sekali tidak penting bagi Dirga. "Hemm," Serena menganggukkan kepalanya lalu tersenyum. "Pergilah mandi! Lalu keluar untuk makan malam." Kembali Dirga menghela nafas, mes

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 118 Mengulik mada lalu.

    Beberapa hari ini Dirga harus pulang terlambat karena harus menyelesaikan persiapan launching produk baru perusahaanya. Jika seminggu kemarin ia sampai rumah pada pukul 10 malam, namun hari ini ia bisa pulang lebih awal. Sekitar pukul delapan malam Dirga sudah sampai di rumah. Serena segera menyambut Dirga begitu mendengar suara mobil suaminya itu memasuki pelataran rumah. Saat Dirga hendak masuk kamar nampak putrinya sedang belajar di ruang tengah. Zena terlihat sangat serius dengan buku-buku di depannya. Gadis kecil itu duduk di atas karpet dengan meja kecil yang menjadi tumpuannya. Zena sama sekali tidak menyadari kepulangan ayahnya. "Mandi dan ganti baju dulu, setelah itu baru menyapanya," ujar Serena setelah menepuk pundak Dirga yang berdiri di depan pintu kamar sembari memandang putri mereka yang sedang serius belajar. "Besok dia ada lomba matematika. Dia agak minder karena ini di Jakarta makanya ia sangat serius belajar," tambahnya bercerita. Dirga menoleh sambil mengerutkan

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 117 Dari hati ke hati.

    Serena menggeliat ketika tidurnya merasa terganggu sesuatu yang keras menempel erat di perutnya yang ramping. Satu tangannya meraba pada benda yang terasa keras dan berotot. Seketika matanya terbuka lebar saat ia sadar benda yang melingkar di perutnya adalah sebuah tangan kekar entah milik siapa? Serena mengangkat kepalanya dan menoleh ke belakang. "Astaga.," pekiknya tertahan. Dirga memeluknya dari belakang. "Bikin kaget saja, kamu kenapa tidur di sini?" Serena memukul lengan kekar yang memeluknya itu. Masih dalam keadaan setengah sadar Dirga membuka matanya, "Apa Rena? aku ngantuk besok aja bicaranya," keluh Dirga dengan suara serak dan mata menyipit. "Kamu itu ngapain tidur disini?" tanya Serena. Meski sudah beberapa hari ini Dirga tinggal serumah dengannya tapi Serena belum mengizinkan Dirga untuk tidur satu ranjang dengan dirinya. Jika Dirga tidur dengan Zena maka Serena akan memilih tidur di kamar Bundanya. Serena beranjak bangun dari tidurnya. Dengan posisi duduk ia menatap

DMCA.com Protection Status