Sudah tiga puluh menit Laura menunggu di depan bioskop, tapi masih tidak ada tanda tanda akan kehadiran Matheo. Laura mendesah frustasi sambil merogoh ponselnya di dalam tas berniat untuk menghubungi Matheo, tapi ternyata telah ada pesan masuk dari Matheo.
From : Matheo
Sayang maafkan aku, hari ini aku tidak bisa menemanimu nonton. Karena ada klien yang ingin bertemu saat ini juga. Aku janji besok kita akan makan malam di luar.'shit...' umpat Laura kesal. Jari-jarinya mulai bergerak lincah menekan tanda telepon di pojok atas layar poselnya, berusaha menghubungi Matheo. Sayangnya tidak ada jawaban dari pria itu.
Laura berjalan dengan kepala tertunduk lesu. Tidak mungkin sekarang dirinya menghubungi Mellisa untuk memintanya datang, karena wanita itu pasti akan marah besar terhadap Matheo dan Laura tidak ingin Matheo disalahkan. Dirinya terlalu percaya bahwa Matheo benar benar bekerja untuk masa depan mereka.
Alih alih pulang kerumah, Laura malah membelokkan langkahnya ke sebuah caffe yang berada di pusat perbelanjaan tersebut. Setelah memesan minumannya, Laura memilih duduk disebelah cendela yang menampilkan keramaian aktifitas kota.
"Apa melamun adalah salah satu hobimu?" tanya Christian yang sudah duduk di depan Laura tanpa permisi.
Terlihat Laura mendengus dan menatap Christian dengan curiga.
"Kenapa kau selalu ada di mana mana, prety boy? Apa kau mengikuti ku?" tanya Laura sambil memicingkan mata penuh curiga.Christian hanya tertawa lebar mendengar pertanyaan Laura.
"Biasanya para wanita akan selalu tersenyum menggoda saat aku duduk di dekat mereka, tapi tanggapanmu sungguh berbeda Lady!" jawab Christian dengan senyum menggoda.
"Karena aku bukan jalanng seperti mereka,"jawab Laura tersenyum miring.
Christian beranjak dari kursi, membungkukkan badan kearah Laura dengan kedua tangan menahan diatas meja, wajah mereka sangat dekat sampai hidung mereka hampir bersentuhan. 'deg' jantung Laura berdetak tak karuan, mata Christian mengingatkannya akan seseorang di masalalunya dan membuat gelenyar aneh di dadanya.
"Dan aku memang sangat tidak menyukai jalanng seperti mereka," kata Christian sambil tersenyum miring tanpa menjauhkan wajahnya.
"Astaga Laura..." seru Mellisa dengan wajah terkejut. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba wanita itu juga ada di sini.
Christian mulai menjauhkan wajahnya dan kembali duduk di kursinya. Laura menelan ludahnya gugup, bukan karna kepergok oleh Mellisa tapi lebih karna tatapan Christian yang seakan menembus dalam dirinya.
"Kau bilang ada janji dengan Matheo tapi ternyata kau di sini bermesraan dengan Christian," cerocos Mellisa lagi membuat mereka memutuskan kontak matanya.
"Ah... Sepertinya kita telah tertangkap basah oleh Ms. Clark," jawab Christian dengan senyum jahil sambil mengedipkan sebelah mata ke arah Laura, sedangkan wanita itu hanya melotot ke arahnya.
"Tapi sungguh Laura, kau lebih terlihat serasi dengan Christian dari pada dengan Matheo," ucap Mellisa yang kini ikut duduk di antara mereka.
Laura sudah tidak bisa mendengar cerocosan Mellisa, karena ada sebuah pemandangan yang lebih menarik di depan sana. Laura beranjak dari kursinya dan berjalan tanpa peduli panggilan Mellisa.
Dia menuju ke arah Matheo yang sekarang tengah duduk dengan seorang wanita cantik yang sangat berpakaian seksi, mereka terlihat sangat akrab.
"Matheo...." panggil Laura dengan pandangan curiga.
"Laura...." Matheo terlihat kaget dan langsung berdiri mendekat ke arahnya. "Kau di sini?"
"Iya, aku memilih untuk datang ke sini karena terlalu kesal padamu," jawab Laura tanpa mengalihkan tatapannya dari wanita cantik itu.
"Ah ya maafkan aku... aku memang sedang ada meeting dengan Mrs. Thompson." Matheo melirik ke arah wanita itu dengan tatapan penuh arti. "Mrs. Thompson adalah klien yang ingin menyewa jasa EO kita."
"Oh... Hai, aku Johanna Thompson, yang ingin menyewa jasa mr. Walker untuk acara ulang tahun anakku," kata Johanna sambil mengulurkan tangan ke arah Laura dengan tatapan yang sangat tidak ramah.
"Laura Walker...." jawab Laura sambil membalas jabat tangan wanita itu. Dia mulai mencoba tersenyum, walaupun yang terlihat hanya lengkungnlan kaku di bibirnya.
"Ok Sayang... Aku masih belum selesei dengan mrs. Thompson. Apa kau mau menungguku di sini?" tanya Matheo dengan senyum lembut yang yerlihat dipaksakan.
"Sepertinya tidak. Kau lanjutkan saja, kita bertemu di rumah nanti," jawab Laura dengan senyum kecil, lalu melenggang meninggalkan mereka.
Laura berjalan kembali ke kursinya tadi. Dia baru saja berniat untuk duduk saat Mellisa tiba tiba melontarkan pertanyaan dengan nada tidak suka.
"Siapa yang bersama dengan Matheo itu?"
"Oh itu klien yang ingin menyewa jasanya," jawab Laura mencoba tersenyum.
"Dan kau percaya? Bahkan dia lebih tampak seperti seorang jalang... apa gara gara itu kau tidak jadi menonton dengannya?" tanya Mellisa bertubi tubi.
"Tak ada alasan bagi ku untuk tidak percaya, Mel," jawab Laura dengan senyum yang di paksakan.
Laura mengurungkan niatnya untuk duduk kembali, sekarang yang dia inginkan hanya lah segera pulang ke rumah. Tidur di kasur mungkin akan lebih menyenangkan buatnya saat ini.
"Aku akan pulang, kalian lanjutkan saja obrolan kalian." Laura pamit, segera berbalik badan untuk meninggalkan mereka.
Mellisa tampak bengong dengan sikap Laura yang sangat bodoh itu.
Tanpa mereka sadari, tak pernah sedetik pun Christian mengalihkan pandangannya dari Laura sejak tadi. Pria itu terlihat mengeraskan rahang, dengan iris biru pucat yang menyorot tajam. Bahkan tangannya sudah mengepal kuat-kuat sampai buku tangannya memutih.
"Are you ok Christian?" tanya Mellisa yang bingung melihat ekspresi Christian saat ini.
"I'm fine..."jawab Christian mencoba lebih santai.
Christian POV
Aku benar benar ingin marah saat ini, emosiku seakan telah meluap hingga ke ubun-ubun. Aku benar-benar heran, kenapa Laura bisa senaif itu sampai tidak bisa melihat kebohongan bajingan itu. Ingin sekali aku mengejarnya dan menjelaskan yang sebenarnya, tapi aku terlalu takut dia akan membenciku. Lagipula aku belum memiliki bukti yang kuat untuk bisa membongkar semua kebusukan bajungann itu.
Mungkin aku hanya harus bertahan sebentar lagi, dan akan aku jadikan dia milikku selamanya.
Terdengar dering ponsel yang membuyarkan lamunan Christian.
"Hallo..." jawab Christian.
"Saya telah mendapatkanya Tuan."
"Baiklah... Temui aku di rumah sekarang juga," kata Christian yang langsung menutup telponnya.
Christian kembali menatap ke arah Mellisa dengan senyum kecil. "Maafkan aku Mel, aku harus pergi sekarang."
Christian langsung pergi begitu saja tanpa menunggu balasan Mellisa.
Pria itu berjalan santai menuju ke arah pintu keluar, tapi sebelumnya dia sengaja lewat di samping meja Matheo. Christian berhenti di samping meja itu, menatap dua orang itu dengan tatapan merendahakan.
"Aku tak menyangka kita bisa bertemu lagi, Ny. Walker," ucap Christian sambil memgarahkan tatapannya kepada Johanna.
"Astaga... kau masih mengingatku?" Johanna segera berdiri, mendekat ke arah Christian.
"Tentu, Nyonya... mana mungkin aku bisa begitu saja melupakan wanita secantik anda." Christian menampilkan senyum semanis mungkin.
Johanna tampak salah tingkah.
Kini tatapan Christian beralih pada Matheo yang terlihat salah tingkah. "Anda sangat beruntung, Tuan Matheo Walker."
#To be continue....
Matahari terasa hangat, semilir angin terasa lembut menyapu kulit, bunga bunga bermekaran dengan indahnya. Terlihat seorang gadis kecil dengan rambut panjang sebahu yang tergerai, sedang berlarian kecil memetik bunga. Sebuah senyum indah tak lepas dari bibirnya.'Braakkk' Gadis itu berjingkat kaget saat mendengar sesuatu terjatuh, disertai pekikan suara seorang anak laki laki. Gadis kecil yang tak lain adalah Laura itu berlari menghampiri sumber suara, terlihat seorang anak laki laki duduk di samping sepeda sambil memegangi lututnya yang berdarah. Anak lelaki itu menatap tajam ke arah Laura, tiba-tiba Laura berlari meninggalkan anak lelaki itu.Tak berselang lama Laura datang lagi dengan kotak putih di tangannya. Dia duduk di depan anak lelaki tadi, dengan tangan mungilnya yang mulai mengobati luka anak lelaki itu seakan dia adalah dokter profesional."Aku kira kau berlari karena takut padaku," kata anak laki laki itu yang membuat Laura mendongak menatapnya.Pandangan mereka bertemu,
Hari ini Matheo benar benar menepati janjinya. Dia menjemput Laura tepat saat jam kerja Laura telah selesei. Mereka menuju ke restoran yang cukup romantis untuk makan malam. Seharusnya Laura sangat bahagia karna sangat jarang sekali Matheo mengajaknya pergi berdua apalagi dinner romantis seperti saat ini, tapi entah kenapa Laura tidak bisa menghilangkan kejadian beberapa jam yang lalu dari pikirannya. Dia masih memikirkan bagaimana ciiuman Christian yang terasa lembut dan menggebu gebu terasa secara bersamaan, benar benar membangkitkan gairah liarnya yang tak pernah dia rasakan saat bersama Matheo. Bahkan dia masih merasakan panas bibir Christian di bibirnya saat ini, dia juga selalu merasa seperti sebuah de javu saat bertatapan dengan Christian.'ah... Aku benar benar sudah gila' batin Laura sambil menggelangkan kepalanya pelan.Matheo terlihat tidak suka dengan sikap Laura yang mengabaikannya."Apa ada yang menggangu pikiranmu, Laura?" tanya Matheo kesal."Ah maafkan aku... Aku h
Laura pergi ke poli bedah untuk bertanya pada perawat di sana tentang keberadaan Christian, tapi ternyata Christian sedang tidak ada jadwal praktek hari ini.Laura meminta nomor ponsel Christian dan berusaha menghubunginya, tepat pada dering kedua, Christian mengangkatnya."Merindukanku sweety," jawab Christian di seberang sana tanpa basi basi.Laura mengeryit bingung dengan sapaan Christian, takut kalau pria itu salah orang. "Ini aku Laura.""I know... apa kau merindukanku?" Sudah pasti di sana pria itu tengah tersenyum jahil.Laura hanya memutar matanya, walaupun dia tahu Christian tak akan melihatnya. "Ada hal penting yang ingin ku tanyakan padamu.""Ok, datanglah kemari, aku menunggumu sweety," jawab Christian langsung mematikan ponselnya dan mengirimkan alamatnya untuk Laura."Mungkin inilah waktunya," ucap Christian lirih sambil memegang sebuah map coklat di tangannya.Ternyata Laura datang lebih cepat dari dugaannya. Laura tampak memperhatikan interior penthouse milik Christian
"Karna aku mencintaimu Laura, aku sangat mencintaimu dari dulu dan sampai kapanpun."Laura sangat kaget dengan pernyataan Christian. Dia segera bangkit hendak pergi saat Christian menarik tangannya."Lepaskan aku," ucap Laura dengan nada sangat dingin."Aku tidak akan membiarkanmu pergi dengan kondisi seperti ini," ucap Christian dengan nada khawatir.Laura menyentak tangan Christian sampai pegangannya terlepas dan berjalan menuju pintu. Laura telah sampai pada pegangan pintu sampai terdengar ucapan Christian."Stop here Laura, or I'll fuck you right now," ucap Christian dengan suara yang dalam dan terdengar menyeramkan.Seketika tubuh Laura membeku di tempat, dengan sebelah tangan yang mengenggenggam erat handle pintu."Aku akan mengantarmu pulang," kata Christian dan langsung menarik Laura keluar menuju basement."Tapi.." "Mobilmu aman di sini sweety," kata Christian memotong kata kata Laura.Mereka berkendara dalam diam, tidak ada yang membuka suara dan sibuk dengan pikiran masin
"I want you Cristian." Itu adalah kata kata terindah yang pernah Christian dengar. Christian menindih tubuh Laura dan kembali menciium bibir Laura yang bagaikan candu untuknya. "Bibirmu sangat manis sweety," bisik Christian di sela ciiumannya. Laura benar benar merasa berharga di bawah Christian. Laura mendesah saat lidah Christian melesak masuk, membelit dan mengeksplore setiap sudut mulutnya. Christian merobek bagian depan piyama Laura membuat seluruh kancingnya terlepas. Pandangan Christian menggelap saat tahu tidak terdapat penutup lagi di dalamnya. Laura seketika merona saat dia sadar kalau dirinya tidak memakai bra. Christian menatap dada Laura dengan tatapan memuja. Dada Laura terlihat kencang dengan ujung merah muda yang sudah menegang. "Nangan menatapinya seperti itu Christ, kau membuatku malu," ucap Laura mencoba menutupi dadanya yang langsung ditahan oleh Christian. "Dada mu saat indah Laura, dan ini akan menjadi favorite ku," jawab Christian yang langsung mengarahka
Setelah percintaan yang hebat semalam, mereka mengulanginya lagi dan lagi sampai menjelang pagi. Entah telah berapa kali Laura menjeritkan nama Christian saat pelepasannya dan akhirnya mereka tidur saling berpelukan dalam keadaan sama-sama polos.Christian POVAku terbangun dengan Laura dipelakukanku, oh... Ini benar benar momen yang luar biasa bagi ku. Berciinta dengan Laura terasa berkali lipat lebih nikmat dari semua s3x yang pernah aku lakukan, mungkin karna aku terlalu memujanya.Entah sudah berapa lama aku menatapi wajahnya yang damai saat tertidur dan aku tidak akan bernah bosan memandang wajah cantiknya.Terlihat masih ada jejak air mata di matanya yang sembab, aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi semalam, bahkan aku sempat melihatnya menangis setelah perciintaan pertama kami.Aku mulai membelai pipinya yang halus dan turun ke bibirnya yang merekah. Oh... Shit.. Aku benar benar menginkannya lagi.Tiba tiba dia mulai membuka mata indahnya."Good morning sweety," bisik ku ya
Sekarang Laura sudah tidak pernah menangis lagi, dia sudah mengeraskan hatinya. Dia mengibaratkan rumah tangganya sudah sekarat dan tinggal menunggu kematiannya saja. Sebenarnya dia bisa saja langsung mengakhiri rumah tangga ini tapi dia merasa belum siap menyandang status janda.Laura masih tinggal di rumah yang sama dengan Matheo tapi mereka selalu saling menjauh, atau lebih tepatnya Laura lah yang menjauh. Matheo selalu berusaha membuat suasana seperti biasa seakan tidak terjadi apa apa tapi Laura tidak bisa, Laura masih menyimpan sakit hati yang mendalam terhadapnya.Sudah hampir seminggu Matheo tidak pulang, bisa saja Laura bersikap cuek dan tidak peduli tapi masih ada bagian di hatinya yang terasa sakit dengan semua ini. Apakah Laura masih mencintai Matheo? Tentu saja tidak, cintanya sudah hilang ditelan oleh penghianatan Matheo, dia hanya benci seolah olah dia telah terkalahkan oleh jalangg itu.Ini adalah hari minggu, dia sudah membuat janji untuk pergi berbelanja dengan Mell
Laura sudah menceritakan segalanya kepada Mellisa kecuali percintaannya dengan Christian, jangan ditanya seberapa marahnya Mellisa. Bahkan wanita itu bersikeras akan melaporkan Matheo ke polisi atas tuduhan kekerasan tapi Laura melarangnya, yang dia inginkan saat ini hanyalah perceraian.Laura sedang duduk di sofa menikmati keramaian kota London, dia menatap segala aktifitas dari balik jendela besar apartemen sambil menikmati potongan pizza di tangannya. Sudah dua hari ini dia tidak keluar kemanapun dan dia juga ijin tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Sebenarnya dia memang bisa dikatakan sakit, kesakitan yang tak terlihat dan itu lebih menyiksanya. Dia juga tidak berniat mengambil barang barangnya di rumah, dia masih tidak ingin ketemu dengan Matheo bahkan dia juga mematikan ponselnya.Terdengar bunyi pintu depan terbuka, seketika membuyarkan lamunannya.'kenapa Mellisa pulang jam segini? Ini kan masih siang' batin Laura dengan kening berkerut bingung.Kebingungannya terjawab saa
Malam ini Laura meminta Christian untuk menemaninya tidur di kamarnya. Niatnya hanya sekedar tidur kalau kalian ingin tahu.Christian berharap waktu berjalan lambat, dia sangat menikmati sikap manja Laura malam ini karena sangat jarang wanita itu mau menunjukkan sisi manjanya yang seperti ini. Biasanya gengsilah yang mendominasi.Laura merebahkan kepalanya di dada Christian yang telanjang dan memainkan jari nya membentuk pola pola abstrak di sana.Christian hanya bisa menggeram rendah menahan gairahnya yang sudah ingin meledak. Demi Tuhan, bahkan kaki Laura masih belum sembuh total dan dia sudah ingin menerkam wanita itu saat ini juga."Kau kenapa Christ?" tanya Laura saat menyadari tubuh Christian mulai menegang."Hentikan jarimu itu sayang, atau aku akan memakanmu sekarang juga," kata Christian dengan gigi bergemerutuk.Laura hanya terkikik geli saat menyadari Christian sudah terangsanng hanya karna sentuhannya.Laura mulai menghentikan jarinya karna tidak ingin menyiksa lelaki itu.
Laura mengerutkan kening dengan mata masih terpejam saat sinar matahari menerpa wajahnya."Good morning Laura." Terdengar suara Lucy yang membuat Laura membuka mata."Jam berapa sekarang ?" tanya Laura serak khas bangun tidur."Sekarang sudah jam delapan, nyonya," jawab Lucy sambil tersenyum."Ah... Kasur ini benar benar membuatku jadi seorang pemalas," kata Laura sambil duduk dan bersandar di kepala ranjang."Aku telah membawakanmu sarapan," kata Lucy yang meletakkan nampan di pangkuan Laura.Laura mulai meminum jus nya dan menikmati sarapannya."Tuan muda telah berangkat, dia bilang ada jadwal operasi pagi ini, dan dia bilang nanti ada dr. James yang akan memeriksamu," kata Lucy yang hanya di tanggapi dengan anggukan anggukan kecil oleh Laura.Laura telah menyelesaikan sarapan dan juga telah bersiap, sekarang dia menuju lantai bawah dengan Lucy yang mendorong kursi rodanya.Laura merasa dirinya bagai seorang putri kerajaan dengan pelayanan yang sempurna."Di mana George? Eh maksut k
Laura POVKita berkendara menuju rumah Christian, ternyata rumahnya ada di pinggiran kota dan melewati jalanan dengan pemandangan yang menyejukkan. Aku duduk di belakang dengan Christian di sampingku, aku menyandarkan kepala ku di bahunya entah aku lelah atau memang ingin bermanja dengannya. Aku masih benar benar tidak menyangka kalau dia adalah Alex ku yang dulu, aku tidak bisa menyembunyikan senyumku saat mengingat fakta itu."Apa yang membuatmu tersenyum seperti itu Laura?" tanya Christian yang merangkul pundakku.Aku mendongakkan kepala untuk menatap wajahnya yang juga sedang melihatku."Aku hanya tidak menyangka kalau kau adalah Alex kecilku," kata ku dengan membelai rahangnya."Aku tahu memang aku berubah menjadi sangat tampan dan juga seksi," jawabnya dengan senyum jail.Aku hanya mendecih sebal dengan rasa percaya dirinya yang terlampau tinggi walaupun sebenarnya apa yang dikatakan memang sangat benar. Dia adalah jelmaan dewa yunani yang sangat sempurna. Dia sangat tampan, ka
Ini adalah hari ke tiga Laura di rawat di rumah sakit. Kondisi badannya sudah membaik, begitupun dengan kondisi psikisnya. Hanya saja dia belum bisa berjalan karena sebelah kakinya terkilir pas kecelakaan itu.Laura sudah mulai bisa diajak berbicara dan kadang juga tersenyum, tapi dia juga masih sering melamun sendiri.Selama tigahari ini tak sekalipun Christian meninggalkannya sendiri, bahkan Christian selalu memesan makanan pada layanan pesan antar hanya karna tidak mau meninggalkan dirinya. Jujur Laura sangat tersentuh dengan perlakuan Christian. Bagaimana dengan Matheo? lelaki itu tidak pernah menemuinya lagi sejak terakhir kali Laura mengusirnya dengan histeris, lagipula siapa juga yang peduli."Apa yang kau butuhkan sekarang Laura?" tanya Mellisa.Hari ini Christian meminta Mellisa untuk menemani Laura karena priaitu ada urusan sebentar."Aku hanya ingin keluar dari sini Mel, kebosanan bisa membunuhku," jawab Laura yang tak melepaskan pandanganya dari cendela."Hari ini kita ak
Laura menatap cendela di samping tempat tidurnya dengan tatapan kosong. Dia bagaikan raga tanpa nyawa.Sudah hampir tiga jam sejak dia terbangun dari pingsannya, dia hanya duduk di ranjang Rumah sakit dan seolah menikmati rintik hujan yang mulai turun.Flashback onLaura mulai membuka mata, dia mengerjapkan beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk matanya. Laura mengernyit merasakan nyeri di kepala dan beberapa bagian tubuhnya."Kau sudah bangun, Sayang," kata Matheo yang menggenggam tangan Laura dan duduk di sebelah ranjang Laura."Pergi kau dari sini, aku tak butuh bajingann sepertimu," kata Laura lirih sambil menarik tangannya."Janin ku," kata Laura lirih lebih pada dirinya sendiri sambil menyentuh perutnya."Dia sudah pergi Sayang, maafkan aku," kata Matheo tertunduk.Tubuh Laura menegang, dia merasakan kesakitan yang tak terlihat, dia merasakan nyawanya bagai ditarik paksa dari tubuhnya."tiiidddaaaakkkkk... Perggiiiiiiii... Aaaaaaaaa....." teriak Laura histeris sepert
"Kau tampak lebih ceria sekarang Laura," kata Mellisa saat mereka makan siang di kantin Rumah sakit."Benarkah? Aku merasa biasa saja," jawab Laura sambil mengangkat bahunya acuh."Apakah kau bahagia sekarang?" tanya Mellisa."Entahlah, sejauh ini Matheo terlihat menjadi lebih baik," jawab Laura sambil mengaduk aduk makanannya.Tiba tiba ponsel Laura berbunyi dan terpampang nama Matheo disana."Hallo" jawab Laura."Apa kau sudah makan sayang?""Ya, ini sedang makan bersama Mellisa.""Oh baiklah, aku hanya tidak ingin kau telat makan, kau kan sedang hamil.""Iya aku mengerti.""Ah, satu lagi, nanti kau tidak usah menunggu ku pulang. Mungkin aku akan pulang larut malam, aku ada acara dengan teman teman ku di sebuah club malam. Aku tidak bisa mengajakmu karena aku takut kau lelah, tapi aku pastikan untuk pulang." "Baiklah, aku mengerti."Setelah itu Laura mematikan teleponnya."Sekarang tampaknya kalian lebih terlihat seperti suami istri," kata Mellisa dan hanya ditanggapi dengan senyum
Terdengar desahan dan erangan di sebuah ruang tamu yang nampak temaram. Dua anak manusia sedang bergerak liar dengan tubuh bermandikan peluh dan saling bertukar kenikmatan."Ahhh... Kau sangat nikmat sayang..." desah si lelaki yang terus memompakan miliknya ke dalam liang kenikmatan kekasihnya."Ohhh... Raph.. Aku sampai!" jerit Mellisa saat mencapai puncak kenikmatannya.Raphael semakin mempercepat dorongannya ke inti Mellisa sampai dia merasakan pusat gairanya semakin membengkak dan menyemprotkan cairannya ke dalam milik Mellisa."Kau luar biasa sayang... Bolehkah aku menginap di sini? Karna aku menginkanmu lagi," kata Raphael dengan senyum jailnya."Kau bercanda? Ada Laura di sini," kata Mellisa sambil memukul lengan Raphael dan segera duduk di sofa sambil merapikan gaun nya yang tadi terkumpul menjadi satu di perutnya.Mellisa membuka ponselnya dan mendapatkan satu pesan dari Laura.From : LauraMaaf Mel, aku pulang bersama Matheo, tadi dia datang ke apartement dan memohon agar ak
"Aku akan selalu ada untukmu Laura, kau adalah sahabatku," kata Mellisa dan langsung memeluk sahabatnya itu."Mel .... berjanjilah padaku kau tak akan menceritakan masalah ini kepada Raphael," kata Laura setelah melepaskan pelukannya."Ya, aku janji," jawab Mellisa lirih.Laura yakin kalau sampe Raphael tahu pasti dia akan memberitahukannya pada Christian dan Laura tidak mau itu terjadi. Laura takut Christian akan kecewa padanya. Memikirkan bahwa kemungkinan Christian akan meninggalkannya, membuatnya sesak. Egois memang, tapi itulah yang saat ini dia inginkan. Dia tidak ingin Christian menjahuinya tapi dia juga tidak bisa menjanjikan cinta untuk laki laki itu.==*==Seminggu telah berlalu, Laura menjalani kehamilannya biasa saja. Dia tidak ingin memikirkan rencana rencana yang akan datang, dia hanya akan menjalani kehidupannya seperti alir mengalir.Laura masih tinggal di apartemen Mellisa, sebenarnya dia berniat menyewa apartemen sendiri tapi Mellisa melarangnya dan bersikeras akan
Laura sudah menceritakan segalanya kepada Mellisa kecuali percintaannya dengan Christian, jangan ditanya seberapa marahnya Mellisa. Bahkan wanita itu bersikeras akan melaporkan Matheo ke polisi atas tuduhan kekerasan tapi Laura melarangnya, yang dia inginkan saat ini hanyalah perceraian.Laura sedang duduk di sofa menikmati keramaian kota London, dia menatap segala aktifitas dari balik jendela besar apartemen sambil menikmati potongan pizza di tangannya. Sudah dua hari ini dia tidak keluar kemanapun dan dia juga ijin tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Sebenarnya dia memang bisa dikatakan sakit, kesakitan yang tak terlihat dan itu lebih menyiksanya. Dia juga tidak berniat mengambil barang barangnya di rumah, dia masih tidak ingin ketemu dengan Matheo bahkan dia juga mematikan ponselnya.Terdengar bunyi pintu depan terbuka, seketika membuyarkan lamunannya.'kenapa Mellisa pulang jam segini? Ini kan masih siang' batin Laura dengan kening berkerut bingung.Kebingungannya terjawab saa