Pada hari ini akhirnya Regan mendatangi kantor pengacara itu. Ia tentu tidak datang sendirian melainkan bersama Ziva. Ia ingin mendengarkan solusi dari pengacara muda itu yang selalu dipuji-puji kaum hawa.
Awalnya tentu saja Regan merasa cemburu melihat interaksi Ziva dan Hendrik yang tampak sangat akrab. Namun, ia berusaha menekan rasa itu agar hubungan dengan Ziva bisa kembali normal dan baik.
Setelah gilirannya bercerita tentang permasalahan yang dihadapi, Regan akhirnya mengangguk menyetujui saran untuk melakukan pembatalan pernikahan dengan Celine Nadira. Tentu saja ia tidak menceritakan semua alasan bisa menjebloskan Bramono ke penjara. Regan hanya ingin mengakui itu semua nanti di depan Bramono. Regan tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.
Seusai berkonsultasi, mereka berdua memilih pergi ke salah satu tempat makan. Kali ini Ziva meminta makan-makanan Korea dan tentu saja Regan mengabulkan dengan enteng.
“Nanti setelah makan, aku pengin k
Selesai makan dan bercengkerama sebentar dengan Maya kini Ziva dan Regan langsung pamit pergi. Regan akan mengantar Ziva pulang sekaligus untuk menemui Bramono. Regan akan memulai berjuang untuk mendapatkan Ziva kembali dengan cara yang lebih baik dan gentleman.Selama perjalanan pun tidak lupa Regan selalu memegang, mengusap, dan meremas telapak tangan Ziva. Meminta dukungan penuh dari perempuan yang kini duduk di sampingnya.“Kamu yakin enggak mau mendengarkan penjelasanku terlebih dulu?” Regan ingin menceritakan semua kepada Ziva terlebih dulu agar perempuan itu tidak kaget nantinya.Ziva menggeleng pelan dan tersenyum lembut. “Simpanlah dulu cerita dan penjelasanmu itu. Aku pengin kamu berjuang terlebih dulu, dan baru menceritakan semuanya padaku dengan jujur.”Regan pun tersenyum dan menuruti keinginan dari sang istri. Ia akan bercerita sejujur-jujurnya agar kehidupan rumah tangga yang dijalani bisa berjalan dengan ba
Tepat pukul delapan malam lebih tiga puluh menitan Idhar datang membawa berbagai jenis makanan. Wajah jenakanya yang khas selalu membuat Ziva tersenyum meski kondisi hatinya sedang tidak karuan.“Malam Om,” sapa Idhar kala melihat Bramono yang berdiri menjulang tinggi di belakang Ziva.“Hm, malam.”“Ini aku bawa makanan dari Enyak untuk Ziva sekeluarga.”Bramono mengerutkan kening curiga. “Dalam acara apa bagi-bagi makanan?”“Soalnya besok aku mau sidang, Om. Doain, ya.”“Oh ….” Bramono mengangguk-angguk percaya dan semua itu membuat Ziva merasa lega. Bahkan papa-nya sudah menyuruh Idhar untuk masuk. Bramono juga sudah menyuruh Ziva membuatkan minuman untuk Idhar. “Kamu teman kuliahnya Ziva?” tanya Bramono, menatap intens Idhar dari ujung kepala ke ujung kaki.“Iya, Om. Tapi aku jurusan teknik.”“Owalah bagus kalau begit
Regan segera membopong tubuh Bramono menuju ke kamar. Dia meletakkan tubuh tua itu dengan sangat hati-hati. Ziva sendiri yang melihat papanya kesakitan hanya bisa menangis. Marina yang sibuk di dapur langsung memegang dadanya terkejut. Kemudian menangis melihat suaminya yang masih meringis kesakitan.“Aku telepon Zhakir dulu,” ujar Regan.Ziva mengangguk setuju, dan ia terus menatap dan menggenggam telapak tangan sang papa. Ziva bahkan mengambil tangan kanan papanya yang memegang dada.“Papa …,” lirih Ziva, terisak.Selesai menelepon Zhakir, Regan langsung menoleh dan menatap Bramono dengan tatapan sendu. Ia merasa bersalah karena yang terjadi kepada pria tua itu karena ulahnya. Pasti papa mertuanya sangat syok mendengar semua pengakuan dan kejujurannya ini. Tapi, bagaimanapun Regan sudah berjanji akan mengatakan sejujur-jujurnya kepada Ziva dan keluarga. Regan hanya ingin memulai semua dari nol dan dari cara baik-baik meski
Menjalani hari-hari tanpa bisa melihat dan berkomunikasi dengan Ziva membuat Regan merasa uring-uringan sendiri saat di kantor. Bahkan pria itu tetap nekat mendatangi ke rumah istrinya—meski hanya untuk melihat atau memantau dari jarak jauh.Dan, inilah waktu yang tepat untuk segera menampakkan diri di depan rumah Ziva dengan nekat dan niat baik. Regan tidak mau menyerah untuk mendapatkan maaf dari sang papa mertua.Tok. Tok. Tok.Regan berdoa agar hari ini tujuan baiknya bisa disambut dengan baik oleh Bramono. Bahkan saat mendengar derap suara langkah kaki menuju ke daun pintu membuat hati seorang Regan merasakan deg-degan.Ceklek.“Sayang,” sapanya dengan senyum lebar seperti biasa.Namun, sambutan Ziva kurang menyenangkan di mata Regan. Perempuan itu mengembuskan napas kasar dan menatapnya datar yang membuat Regan terus bertanya-tanya dalam hati.“Ini sudah satu minggu aku engga
Bramono sudah memutuskan untuk memaafkan Regantara meski dengan hati yang begitu berat dan sangat terpaksa. Bramono menyuruh anak itu untuk tidak lagi mengganggu, dan menemui Ziva.“Aku enggak bisa jauh dari Ziva, Pa,” lirih Regan, memohon.“Harus bisa!”“Pa, please …,” pintanya masih memohon.“Tadi kamu bilang ingin meminta maaf kepada saya? Sekarang sudah saya maafkan tapi kenapa kamu masih saja tidak tahu diri, hah!”Regan hanya menelan ludahnya sendiri dengan susah payah. Ia memang berniat meminta maaf dan sukurnya Bramono mengerti hingga memaafkan segala kesalahannya. Akan tetapi kenapa ujung-ujungnya jadi enggak enak begini.Tidak ingin menyerah membuat Regan terus berusaha agar tetap bisa bersatu dengan Ziva. Apapun penolakan yang diterima, Regan harus bisa menerima dan terus berjuang. Ya, harus berjuang demi cinta-nya kepada Ziva. Katanya kalau cinta sejati itu butuh perjuangan d
Regan benar-benar merasa senang karena Bramono meminta untuk ia segera menutup pintu dan segera bersiap-siap untuk sholat magrib berjamaah.Namun, rasa senang itu langsung berganti dengan perasaan kaget karena ia diminta untuk menjadi imam sholat. Regan yang memang bolong-bolong pun langsung menelan ludah begitu susah payah.Kepalanya menoleh ke arah Ziva yang tampak tersenyum merona ketika sang papa mertua meminta hal itu. Merasa senang dengan ekspresi ini membuat Regan akhirnya setuju untuk menjadi imam.“Ya sudah kamu wudhu dulu sana,” kata Bramono, memerintah.“Baik, Pa.”Regan akhirnya mengambil air wudhu, mereka berempat langsung melakukan sholat magrib bersama. Ada gejolak perasaan yang tidak bisa diungkapkan oleh Ziva melalui sebuah kata-kata saat ini. Yang pasti perempuan itu sangat senang ketika melihat Regan menjadi imam-nya dalam sholat. Bahkan, ini pertama kali mereka melakukan sholat berjamaah.Selesai s
Setelah mengurus semua tentang pembatalan pernikahan, dan akhirnya perkara ini sudah selesai dengan baik. Kini sesosok Regantara tercatat masih berstatus; belum kawin, begitu juga dengan Zivanya. Meski mereka telah menikah, namun kendati demikian status dalam kartu tanda penduduk mereka masih single atau belum kawin.Hari ini Regan berniat untuk datang berkunjung ke rumah mertuanya. Namun, sebuah mobil truk berukuran besar telah bertengger di depan halaman rumah Bramono.Merasa ada sesuatu yang tidak diketahui membuat Regan segera turun dari mobil dan berlari menuju ke dalam rumah Bramono. Di sana terdapat Bramono, Marina, namun tidak ada Ziva di sana.“Pa, Ma,” sapa-nya ketika netra mata mereka bertemu.“Kamu ngapain ke sini?” tanya Bramono, jutek.“Papa jadi pindahan?” tanya Regan, memastikan.“Ya iyalah. Mata kamu rabun?” sarkas Bramono. Kakinya segera melangkah keluar untuk memanta
Pagi ini Regan, Narendra, Maya, dan tak lupa juga Ziva, Bramono serta Marina. Mereka berenam kini sama-sama pergi secara bersama menuju ke area pemakaman Celine untuk berziarah sesuai yang diinginkan oleh Ziva kemarin kepada Regan.Tak ingin membuang waktu pun akhirnya Regan segera menjalankan apa saja keinginan istrinya. Regan sudah tidak sabar ingin menikahi Ziva secara sah di mata agama maupun negara. Meski di mata agama sah, akan tetapi kehidupan yang dijalani seperti masih menyisahkan benteng yang cukup tinggi antara keduanya.Mereka pergi menggunakan satu mobil agar lebih bisa menghabiskan waktu bersama. Regan yang duduk sebagai kemudi hanya bisa menatap istrinya yang memang duduk paling belakang. Di samping Regan terdapat Bramono. Dan jok kedua diisi oleh Maya serta Narendra. Ziva dan Marina memilih duduk paling belakang.Tidak ada obrolan yang tercipta. Hanya Regan saja yang membuka pembicaraan soal pekerjaan dengan ayahnya serta bergantian bertanya-tany