Beranda / Romansa / SWEET CAKE / Keputusasaan

Share

Keputusasaan

Penulis: Rusmiko157
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dengan cara dipanggul di pundak, Lea dibawa masuk ke mansion. Arthur membawa wanita itu meninggalkan pesta terlebih dahulu sementara Zen masih harus menyelesaikan beberapa urusannya di pesta tersebut.

Lea sama sekali tidak memberontak saat Arthur memanggulnya masuk ke mansion. Menilik apa yang pernah dia dengar dari para penjaga tentang Zen, Lea tidak berani berharap banyak. Jika memang dia harus mati di tangan pria itu, maka itu adalah takdir. Lea sudah lelah melawan takdir, lelah berlari dan bersembunyi. Wanita itu hanya bisa menatap hampa pada lantai dan pergerakan kaki Arthur yang terus membawanya masuk ke dalam mansion.

"Tuan Zen akan segera kembali. Saya akan membawa Anda ke kamar," ujar Arthur untuk pertama kalinya sejak pria itu membawanya keluar dari hotel.

Sama sekali tidak tertarik untuk menjawab karena kepala Lea telah dipenuhi pikiran bahwa dirinya akan segera menemui siksaan memyakitkan dari Zen. Yang tidak Lea sadari adalah ke mana Arthur membawan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rengganu Puji
clint hati kamu baik
goodnovel comment avatar
Rengganu Puji
kasihan banget lea
goodnovel comment avatar
Rengganu Puji
seru banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SWEET CAKE   Kau Adalah Milikku

    Lea menatap Zen dengan tatapan hampa seolah dunianya memang sudah di ambang kehancuran. Wanita itu merasa hidupnya sudah berada di tepi jurang kematian. Entah dengan cara mudah atau sulit, ini memang sudah menjadi takdirnya."Do it," ucap Lea lirih.Dia meminta Zen untuk segera melakukan apa pun yang ingin dia lakukan terhadapnya. Karena dia sudah menyiapkan dirinya untuk semua rasa sakit itu."Selesaikan urusanmu denganku seperti yang kau katakan tadi." Wanita itu terdengar sangat putus asa.Zen masih berdiri di tempatnya dengan ekspresi datar. Bahkan saat melihat sebulir air mata mengalir dari manik itu, dia tetap bergeming tak menghiraukan permintaan Lea. Pria itu baru bergerak saat Lea menurunkan kakinya ke lantai, namun tak begitu terlihat perbedaannya.Kaki telanjang Lea menapaki lantai marmer di bawahnya dengan pelan. Setapak demi setapak wanita itu mengikis jarak dengan Zen hingga dia berhenti sekitar satu meter di hadapan pria itu. Dia men

  • SWEET CAKE   Angel's Eye

    Rencana sudah dijalankan. Jika ingin bermain licik maka Zen adalah ahlinya. Arthur adalah eksekutor yang handal. Bukan hanya eksekutor, pria berbadan tegap itu juga ahli dalam mengatur strategi bisnis gelap yang mereka jalani. Kerap kali Zen bertukar pikiran dengan pria itu dalam mengambil tindakan. Alhasil, nama besar Aberdein dan tangan kanannya sangat disegani di kalangan pebisnis ilegal."Serahkan semuanya pada saya, Tuan. Dalam 48 jam, Anda akan menerima kabar baik." Arthur mengambil amplop berisi uang tunai senilai 50 ribu dollar dari atas meja untuk melancarkan aksinya. Nilai yang tidak seberapa bagi seorang Zen Aberdein."Aku percaya padamu. Pastikan bajingan itu melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana bisnisnya hancur." Zen mengepalkan tangan dengan tatapan menyorot tajam ke depan. Lalu dia mengalihkan pandangan pada Arthur. "Begitu rencana ini berhasil, segera kirim bukti kehancurannya padaku.""Baik, Tuan. Saya pastikan Anda akan mendapatkan bukti-bukti itu tak lebih

  • SWEET CAKE   Peringatan atau Ancaman?

    Sejak terakhir kali Lea bertemu Zen, ini sudah masuk hari keempat dirinya tidak melihat pria itu di mansion. Wanita itu duduk sendirian di taman anggrek yang ada di sayap timur mansion. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis saat mengingat apa yang dilakukan Zen untuknya."Dia ...." Lea menggigit bibir tak kuasa menahan senyum saat mengingat sikap manis pria itu.Lea sama sekali tidak menyangka jika Zen akan melakukan apa yang selama ini sangat ingin dia lakukan. Zen akan mewujudkan mimpinya untuk melihat Bram hancur. Memang terkesan kejam, tapi itu adalah hal yang paling diinginkan Lea dalam hidupnya."Benarkah kau melakukan ini untukku?" gumam Lea. Mendadak hatinya menghangat. Zen tidak hanya sempurna secara fisik, tapi juga memiliki kehangatan di balik kekejamannya."Apa yang kakakku lakukan untukmu?" Tiba-tiba terdengar suara Ryn dari arah belakang Lea.Gadis itu menekan tuas kursi rodanya mengarah pada Lea lantas berhenti persis di hadapan wanit

  • SWEET CAKE   Scorpions

    Rasanya malam-malam yang dilalui Lea di kamar Zen terasa lebih lama dari biasanya. Dia ingin melupakan apa yang dikatakan Ryn tempo hari tentang wanita-wanita yang bersama Zen, namun dia tidak bisa melakukannya. Tetap saja ucapan Ryn menggaung di kepalanya seperti kaset rusak yang diputar berulang-ulang.Di saat harapannya mulai muncul. Di saat hatinya mulai tersentuh dengan kebaikan yang Zen lakukan untuknya, Lea harus berada di tengah dilema."Jika yang dikatakan Ryn benar, apa Zen akan melakukan hal yang sama padaku seperti yang dia lakukan terhadap wanita lainnya?" gumam Lea.Wanita itu mendesah kasar. Udara dingin yang berembus di balkon kamar Zen menyergap tubuh Lea yang hanya terbalut gaun tidur tipis. Dia memeluk tubuhnya sendiri kala merasakan hawa dingin itu kian menusuk."Rasanya kepalaku mau meledak hanya karena memikirkan masalah ini." Lea bermonolog.Merasakan kepenatan di kepalanya, Lea mengenakan mantel lantas keluar dari kamar.

  • SWEET CAKE   Malam Demam

    "Nona Lea!" seru Matt.Pria itu mengayunkan stik drum yang sempat dia ambil dari atas meja ke arah kalajengking yang baru saja menyengat lengan Lea. Lantas dia membunuh kalajengkung itu. Sempat merintih menahan sakit beberapa saat, akhirnya Lea tak sadarkan diri. Tubuh wanita itu terkulai tepat pada saat Matt menadahkan tangan untuk menangkapnya."Nona! Nona! Bertahanlah!" seru Matt.Tidak berpikir panjang, pria itu segera mengangkat tubuh Lea. Dia berlari secepat yang dia bisa untuk membawa Lea kembali ke kamar majikannya."Ambil bangkai kalajengking di ruang musik. Bawa kepada Dr. Clint lalu minta Dr. Clint datang ke kamar Tuan Zen sekarang juga!" seru Matt pada penjaga pertama yang dia lihat di koridor."Apa yang terjadi?" tanya rekannya."Nona Lea tersengat kalajengking. Cepatlah, sebelum terlambat," balas Matt.Rekan pria itu segera melakukan perintah Matt. Sementara Matt kembali berlari membawa Lea ke kamar."Bertahanlah, Nona. D

  • SWEET CAKE   Hidup Segan Mati Enggan

    Berdiri di samping tempat tidur adik kandungnya, Zen melayangkan tatapan tajam menghujam kepada gadis belia itu. Dia sangat yakin jika apa yang terjadi pada Lea adalah ulah Ryn. Selama ini dia sudah cukup menahan diri untuk tidak melakukan apa pun atas apa yang dilakukam oleh Ryn jika menyangkut tentang wanitanya. Namun kali ini, Zen merasa adiknya tersebut sudah sangat keterlaluan."Kau mengganggu tidurku," ujar Ryn dengan nada malas lalu menarik selimut yang berada di ujung ranjang dengan satu kakinya yang masih dapat berfungsi.Semakin geram karena diabaikan, Zen mendekat ke arah ranjang lalu menarik lengan kecil adiknya hingga tubuh gadis belia itu terangkat dengan paksa."Aw! Kau menyakitiku, Zen!" protes Ryn.Namun Zen tidak mengindahkannya. Pria itu membuat adiknya terduduk di atas tempat tidur. Setelah itu dia membungkukkan badan, menyejajarkan wajahnya dengan wajah Ryn. Kedua matanya tajam menyorot ke dalam iris kelam di balik kelopak mata Ryn yang m

  • SWEET CAKE   Hadiah dan Kabar Gembira

    Jika benar Angel's Eye adalah salah satu benda milik organisasi rahasia yang memegang kendali dunia seperti yang dikatakan Clint, maka Zen sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat besar. Berapa pun sumber daya yang dia miliki, semua akan sia-sia. Tak akan mampu melawan organisasi setan itu."Kau yakin benda ini milik mereka?" Zen menyipitkan mata ke arah Clint.Clint melipat tangan di pinggang lalu dia mendesah pelan. "Aku kenal sesorang dari organisasi itu. Tidak banyak, tapi dia pernah bercerita tentang simbol organisasi mereka. Ada beberapa benda di dunia ini yang diagungkan menjadi simbol organisasi itu. Sebuah organisasi yang akan selalu menjadi mata dunia. Kau tidak tahu seberapa mengerikannya tujuan mereka, Zen. Mereka mendoktrin anak-anak dan remaja di seluruh dunia dengan isu dan tren yang akan menghancurkan generasi muda. Mereka iblis, Zen. Mereka memiliki kekuatan di seluruh dunia yang tidak akan pernah bisa kau sentuh meski kau mengorbankan seluruh hidu

  • SWEET CAKE   Racun Indian Red Scorpion

    Kepanikan seketika menyelimuti mansion saat terdengar suara Zen berteriak meminta para penjaganya membawa Clint untuk datang ke kamar. Matt yang saat itu bersiaga di depan pintu sekejap melihat situasi di dalam kamar. Saat mendapati Lea telah sadarkan diri namun dalam keadaan histeris, Matt bergegas meninggalkan posnya untuk memanggil Clint."Aku tidak dapat melihat apa pun! Kenapa semua gelap seperti ini? Di mana cahayanya? Zen? Kau di mana? Kenapa aku tidak dapat melihat apa-apa? Zen?" Lea terus meracau. Wanita itu duduk sambil menggerakkan tangannya ke sembarang arah seolah sedang mencari pegangan."Sweet Cake, tenanglah! Hei, aku di sini." Zen berusaha menenangkan.Pria itu menahan tangan Lea yang bergerak tak tentu arah. Dalam cekalannya, tangan Lea gemetar. Air mata mulai membanjir dari balik kelopak matanya."Aku buta, Zen ... aku tidak mau menjadi buta! Berikan aku cahaya! Aku tidak mau menjadi buta!" jerit Lea. Wanita itu terus memberontak, merau

Bab terbaru

  • SWEET CAKE   S2.30. What Family Means (The End)

    Sebuah mobil jeep melaju dengan guncangan yang terasa lumayan keras di jalan yang bagian kanan dan kirinya ditumbuhi rumput liar. Sruktur tanah yang tidak rata menjadi penyebabnya. Sehingga, jalanan yang sebenarnya landai itu menimbulkan efek guncangan yang amat terasa. “Aku heran, kenapa Zen tidak membangun tempat ini dengan lebih baik,” ujar Clint yang tak melepaskan tangan dari pegangan agar tidak terlempar keluar dari jeep saat terjadi guncangan. “Aku rasa … ini adalah ide Nyonya Lea, Dokter,” sahut Arthur sembari mengatur kecepatan agar mobil yang dia kemudikan tetap dapat melaju dengan stabil meski harus berkali-kali merasakan sensasi seperti akan terbalik. “Ah, kau benar!” Clint berpaling ke arah Arthur. “Wanita itu adalah kryptonite bagi Zen.” Pria itu lantas menggeleng lalu mengalihkan pandangan pada tanaman anggur yang sedang berbuah di sepanjang kanan dan kiri jalan. “Dari seorang bajingan yang kejam, sekarang menjadi petani anggur.

  • SWEET CAKE   S2.29. Humanity

    Keinginan Lea memang terdengar seperti perintah bagi Zen. Dan ya, Lea menginginkan mereka untuk memiliki keturunan. Setelah berhasil mengungkap apa yang dia inginkan di hadapan sang suami, wanita itu semakin memperjelasnya dengan mengatakan bahwa setidaknya dia ingin memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan.“Itu terdengar menyenangkan, Zen. Kelak kau bisa mengajari anak laki-laki kita berbisnis, untuk meneruskan tampuh kepemimpinan The Great Palace—no no no! Aku tidak akan mengizinkamu mengajarinya bisnis gelap. Cukup kau saja yang tersesat di sana. Aku tidak ingin anak-anakku ikut tersesat bersamamu.” Lea segera membenetengi ucapannya sebelum Zen menyela.Kemudian dia melanjutkan lagi apa yang dia ucapkan, karena memang belum selesai.“Lalu aku bisa mengajari anak perempuan kita untuk memasak, bermain musik, menanam bunga, dan menyulam. Kita bisa tinggal di rumah sederhana yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk masalah, t

  • SWEET CAKE   S2.28. Attention

    Melihat kedekatan Zen dan Zac membuat sudut hati Lea berdenyut. Ada rasa cemburu serta sedikit rasa terabaikan dengan pemandangan yang tersuguh itu.Semenjak kembali ke mansion beberapa waktu lalu, Zen bahkan belum menyentuh sesuatu yang lain selain Zac. Entah karena Zac yang merasakan kerinduan membuncah hingga tak ingin melepaskan Zen sedikit pun. Atau memang Zen yang merasa berat meninggalkan anak itu. Yang jelas, keduanya seperti tidak dapat terpisahkan.Lea memutar mata jengah sembari bernapas panjang dan dalam. Terdengar begitu berat. Sampai akhirnya wanita itu memutar badan, meninggalkan Zen dan Zac yang sedang bermain puzzle."Oh, yang benar saja?! Kenapa aku merasa cemburu pada Zac? Ayolah, Lea ... dia hanya anak kecil!"Dalam perjalanannya menuju kamar, Lea terus bergumam. Memarahi dirinya sendiri yang terlalu mudah cemburu oleh bocah laki-laki itu.Memasuki kamarnya, Lea berniat untuk segera membersihkan diri. Keringat berc

  • SWEET CAKE   S2.27. A Child

    Selama dalam perjalanan menuju mansion, Lea sama sekali tak melepaskan tangannya dari lengan Zen. Bahkan dia nyaris tidak pernah mengangkat kepalanya dari bahu sang suami.“Aku bersumpah aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi, Zen. Aku tidak akan sanggup hidup tanpa dirimu,” ungkap Lea seraya mendusal di dada Zen yang sengaja membuka tangan lalu meminta Lea untuk masuk dalam rengkuhannya.“Tidak akan, Sweet Cake. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi,” balas Zen.Melihat kemesraan Zen dan Lea, Arthur hanya bisa memalingkan wajah. Merutuki pikiran untuk memiliki seorang wanita yang dia cintai dan mencintai dirinya seperti sang tuan. Namun, sejenak kemudian, pria itu lantas menggeleng samar sambil memejamkan mata. Mengusir pemikiran yang dia rasa begitu konyol dan sangat bukan dirinya.Sayangnya … hal tersebut dapat dilihat oleh Zen. Apa yang dilakukan Arthur—menggeleng samar dengan wajah berpaling ke j

  • SWEET CAKE   S2.26. Detonator

    “Arthur!”Zen menjatuhkan lututnya di atas tanah, tepat di samping Arthur yang tergeletak dengan tubuh lemas. Ada perasaan tak bisa dimengerti yang bercokol di dalam dada pria tersebut. Kehilangan, kesedihan, kemarahan, semua bercampur menjadi satu hingga terasa begitu sulit untuk mengidentifikasinya sendiri.Matt bahkan menyusul dan berdiri di belakang Zen dengan raut cemas yang sama. Ingin menenangkan sang tuan, namun nyalinya tak cukup besar untuk melakukan hal itu. Dia tidak sama dengan Arthur yang sudah terasa seperti saudara sendiri oleh Zen. Matt hanyalah pengawal pribadi Lea yang selalu setia melindungi nyonyanya tersebut.“Aku tidak mengizinkamu mati hari ini, Art! Bangun, Keparat!” sentak Zen dengan raut panik saat melihat anak buahnya itu tidak berdaya.Sementara itu, beberapa meter darinya, Lea yang tergugu tampak berusaha untuk bangkit. Dengan tubuh gemetar dan wajah yang berlinang air mata berwarna kehit

  • SWEET CAKE   S2.25. The Shot

    “Tidak!”Lea menjerit sambil mengerutkan badan. Menyembunyikan wajah di bahu karena dia tidak akan sanggup melihat orang kepercayaan suaminya itu terkena tembakan yang berasal dari senjata di tangannya.Namun, rupanya hingga beberapa saat kemudian, tidak terdengar suara letusan senjata api. Lea juga tak merasakan entakan kuat seperti saat dirinya menembakkan senjata sebelumnya.Sampai beberapa waktu kemudian, Lea merasakan genggaman tangan Jonathan di tangannya mengendur. Disusul suara kekehan dari balik kepalanya.Jonathan terkekeh, kemudian melepaskan tangannya dari Lea. Entah apa yang pria itu lakukan, namun Lea merasa seperti baru saja mendapatkan napasnya kembali.“Aku tidak akan melakukannya untukmu, My Dear,” ucap Jonathan seraya memberi jarak antara tubuhnya dengan Lea. Berjalan mundur dua langkah dengan kedua tangan yang terselip di saku celana.“Tidak! Aku tidak bisa melakukannya.”

  • SWEET CAKE   S2.24. The Agreement

    Tarikan napas panjang yang dilakukan Jonathan membuat dagu tertutup jambangnya terangkat. Pada saat mengembuskannya kembali, Jonathan terlihat seperti seorang ayah yang lagi-lagi mendapatkan laporan atas ulah nakal yang diperbuat oleh anaknya. Dari kejauhan, Zen dapat melihat pria itu tersenyum. Tampak dari garis wajahnya yang terangkat serta matanya yang sedikit menyipit seolah tertarik ke atas. Kemeja mahal yang membungkus tubuhnya terlihat begitu elegan. Tak berselang lama kemudian, deru mesin beberapa kendaraan terdengar kian mendekat. Sampai pada akhirnya Zen dapat melihat beberapa Range Rover masuk satu persatu ke arena pacuan kuda, berjajar di sisi kanan dan kiri helikopter. Atau lebih tepatnya mengapit pria yang mereka sebut “Superior”, seolah ingin menegaskan betapa besar kekuasaan yang dimiliki oleh seorang Jonathan Graham dari Ordo Messier. Berbeda dengan Zen, kali ini hanya ada dua mobil yang mengawal pria itu. Salah satunya adalah

  • SWEET CAKE   S2.23. Get the Party Started

    “Pesta dimulai!” gumam Zen seraya menginjak pedal gas secara perlahan, melajukan mobil yang dia kendarai menuju jalan raya.“Mereka mengikuti kita, Zen,” kata Lea seraya menoleh ke arah spion kanan di mana sebuah mobil terlihat berusaha mengejar laju mereka.Zen melirik spion dan dia juga melihat apa yang dilihat Lea, di mana sebuah mobil melaju zig zag seolah tak ingin kehilangan jejak.“Masih ada beberapa mobil lain di belakangnya,” kata Zen seraya mengarahkan pandangan pada jalanan di depan yang lumayan padat.“Kau yakin?” Lea berpaling sekilas ke arah Zen.“Kau akan mengetahuinya lagi nanti setelah kita tiba di St. Robert Avenue. Jalanan di sana sepi. Aku memprediksi mereka akan memblokade jalan kita di sana,” kata Zen.“Lalu, apa yang harus kita lakukan?” Lea terlihat panik, cemas, khawatir, dan … takut.“Kau tenang saja. Aku sudah

  • SWEET CAKE   S2.22. The Big Day has Come

    Padang rumput yang membentang sejauh mata memandang, menampakkan beberapa bunga ilalang yang terbang terkena embusan angin. Beberapa kuda yang tampak berlari bebas saling berkejaran, seolah tak bertuan. Rumah kayu bercat putih yang terlihat begitu lengang, nyatanya menyembunyikan sepasang suami dan istri yang tengah bersiap untuk menghadapi hari besar.“Kau yakin tetap akan melakukannya?” tanya Zen kepada Lea saat wanita itu mengikat sabuk dengan sebuah revolver kecil pada pahanya.Lea menegakkan punggung seraya menurunkan bawahan gaun sutera panjang berwarna hitam yang memiliki belahan samping hingga setengah paha. Gaun model simple dengan tali spaghetti yang menggantung di bahu itu sungguh terlihat begitu elegan ketika melekat di tubuh proporsional Lea. Lipstik warna merah menyala yang memoles bibir wanita itu pun menambah kesan seksi dan berbahaya yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya merasa terintimidasi oleh Lea.Menarik na

DMCA.com Protection Status