"Selama aku tidak makan sereal, sepertinya aku tidak melanggar aturan apapun,"____"terserah aku mau makan dengan siapa saja itu buka urusanmu!" tegasku ketika Eric coba melarangku untuk makan siang bersama Sidney.
Aku masih membereskan isi tasku, mengecek dompet dan memasukkan ponsel kedalamnya saat Sidney sudah menunggu di depan mejaku. Dia mengulurkan tangannya untuk menyambutku.
Oh, Tuhan... bahkan Nolan pun tidak pernah melakukan hal sepele seperti itu padaku.
Sidney menggenggam tanganku sampai kami keluar dari pintu, mungkin dia masih ingin menjaga sikap profesionalnya di depan para karyawan. Bagaimanapun kedekatan dengan sekertaris seringkali di anggap sensitif, dia coba menghargaiku. Tentu aku juga tidak ingin dipandang remeh di lingkungan kerjaku. Bagaimanapun aku wanita yang
Setelah makan siang aku ikut menemani Sidney untuk bertemu dangan beberapa pimpinan perusahaan yang akan bekerja sama dengannya. Sebenarnya ini hanya semacam pertemuan non formal yang mereka lakukan di luar kantor untuk sekedar membahas tahap awal rencana kerja sama mereka sebelum pengajuan proposal yang nantinya akan dibahas bersama dewan direksi.Sidney sudah menjelaskan sedikit rincian kerjasama kami saat dalam perjalanan tadi, dan aku lega karena ternyata dia masih sangat profesional untuk tidak mengikut sertakan pembicaraan kami di restoran."Kuharap kau bisa mencatat poin pentingnya, Susan. ""Ya," kataku kemudian, "akan segera kusiapkan untukmu sebelum rapat direksi. "Sidney hanya melirikku sebentar, masih sambil konsentrasi m
"Eric apa kau sudah bangun? " tanyaku ketika baru membuka mata."Jika aku jadi kau, aku sudah mandi dari tadi, " jawabnya dari dalam kepalaku.Biasanya Eric memang selalu bangun lebih dulu untuk membangunkanku, jadi saat belum mendengar keributannya kupikir dia juga belum bangun. Aku baru ingat jika ternyata ini hari sabtu, mungkin dia sengaja membiarkanku sedikit bermalas-malasan. Aku hanya tidak menyangka ternyata dia peduli dengan jam istirahatku."Aku akan mengunjungi orang tuaku," kataku kemudian, dan sudah cukup waspada jika Eric tidak akan setuju, tapi ternyata dia hanya diam tidak berpendapat apa-apa."Eric, apa kau sakit? ""Apa maksudmu, Susan?" dia terdengar heran.
Sudah lama sekali aku tidak pulang ke kampung halamanku. Dulu aku memang paling malas jika harus ikut ayah dan ibuku pulang kampung, karena perjalanan daratnya yang hampir delapan jam dari bandara terdekat. Tapi sekarang kota kelahiranku ini sudah punya bandara sendiri, walau baru melayani penerbangan lokal dan belum tentu ada pernerbangan langsung setiap hari, yang jelas sudah tidak semenyiksa dulu lagi ketika kami harus pulang kampung sewaktu-waktu.Kami masih di bandara, Eric terus mengeluh tentang cuaca panasnya karena kami tidak juga segera mendapatkan taksi, padahal memang belum ada layanan taksi bandara yang memadai kecuali taksi-taksi gelap dari beberapa pemilik kendaraan pribadi yang digunakan layaknya taksi online. Kami baru mendapatkan taksi setelah menunggu hampir satu jam dan Eric masih ingin mengajakku ribut karena melarangku sembarangan masuk kedalam mobil orang asing. Int
Hari masih pagi dan aku sedang melihat Ibu yang sedang membagikan beberapa oleh-oleh untuk keponakanku, aku sengaja tidak melibatkan diri karena Eric tidak menyukai anak-anak. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba aku peduli dengan apa yang dia sukai atau tidak dia sukai."Apa yang kau lihat Susan?" tanya Eric.Mungkin karena dari tadi aku diam saja makanya dia heran waktu tiba-tiba aku berjengit kaget begitu melihat pria yang baru saja keluar dari dalam mobil yang berhenti di halaman.Reyhan adalah teman lamaku dulu kami pernah dekat, tapi hubungan kami sempat renggang dan sudah lama sekali kami tidak berkomunikasi karena itu menurutku aneh jika tiba-tiba dia mau menemuiku lagi."Susan, " katanya untuk menyapaku lebih dulu di saat aku send
"Kau mencintainya, Susan, " kata Eric ketika Rey baru saja pergi. "Jangan sok tahu! " ketusku pura-pura acuh karena aku sedang tidak ingin mendapat simpati dari seorang Eric Northman."Aku mulai bisa membaca pikiranmu.""Jadi itu hal tak berguna yang sedang kau pelajari selama banyak diam tadi," cemoohku dengan sinis.Sudah cukup dia memegang kendali atas tubuhku, "Jangan harap kau bisa menyentuh pikiranku! " ketusku berulang kali dan entah kenapa tiba-tiba sepertinya aku hanya ingin memarahi Eric."Wanita memang aneh, " gerutu Eric dari dalam kepalaku."Pergi saja dari sana jika kau tidak suka! " usirku walau aku tahu dia tidak akan mendengarkanku."Bahkan kau tidak semarah ini saat mengetahui hubunganmu dan Nolan berakhir.""Jangan membandingkan mereka berdua! ""Kau lebih peduli dengan yang ini, apa karena dia yang pertama kali menciummu, Susan? " ejeknya kemudian dan aku segera berteriak."Menyingkirlah dari
[Susan share GPS, aku sudah di bandara] ketik Sidney dalam pesan singkatnya.Aku baru saja bangun dan sudah di buat terlonjak syok oleh pesan Sidney barusan."Eric! apa menurutmu dia serius?""Dia akan kemari, " jawab Eric santai meski aku tahu dia tadi juga sempat ikut terkejut.Tapi mungkin karena Eric sudah lebih lama mengenalnya jadi sepertinya dia juga sudah jauh lebih paham dengan sifat Sidney."Apa dia akan memecatku? " tanyaku buru-buru karena masih panik dan belum bisa berpikir masuk akal. Aku hanya ingat jika kemarin Sidney memang belum memberiku ijin untuk cuti."Dia tidak perlu datang kemarin jika hanya ingin memecatmu,
"Susan, apa dia temanmu? " tanya paman dan bibiku yang sepertinya juga terkejut ketika baru melihat Sidney."Dia--" belum sempat aku menjelaskan, Sidney sudah lebih dulu memotong."Aku teman, Susan, " kata Sidney."Dari kota? " kali ini bibiku yang bertanya, masih dengan ekspresi bengongnya yang agak lucu."Ya, " jawab Sidney singkat dan segera mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.Paman dan bibiku sepertinya juga masih terkagum-kagum dengan seorang Sidney Parker. Menurutku wajar karena aku dulu juga pernah merasa seperti itu ketika pertama kali melihatnya. Apa lagi bagi orang kampung seperti paman dan bibiku yang tidak biasa bertemu dengan orang asing. Tampilan fisik Sidn
Aku segera masuk ke kamar setelah makan malam, aku hanya tidak ingin mendengar mereka terus bertanya macam-macam lagi tentang Sidney. Karena aku sendiri sebenarnya juga belum terlalu mengenalnya kecuali beberapa minggu ini dan sedikit tambahan informasi yang kurang valid dari seorang Eric Northman. Selebihnya aku belum tahu Sidney pria seperti apa.Sidney memang selalu baik padaku, bahkan dia sudah rela jauh-jauh datang kemari untukku, tapi aku juga tidak boleh lupa jika dia juga masih ingin meniduriku.Walau jujur aku juga masih tidak mengerti kenapa pria seperti Sidney sampai harus datang jauh-jauh kemari hanya untuk menggodaku seperti tadi. Dia muda, tampan, dan kaya, mustahil jika aku juga tidak menginginkannya. Tapi sekali lagi, aku tetap wanita yang punya keyakinan serta prinsip dan aku juga tidak sedang berkhayal jika pria sepert
Akhirnya Sidney mengalah dan setuju untuk menjemput putra Paris. Selama ini anak itu tinggal bersama pengasuh di bawah perlindungan hukum. Biasanya Paris hanya diijinkan untuk berkunjung tanpa boleh mengajak anak itu keluar bersamanya."Aku tidak mau menangani bocah yang masih mengompol." Sidney tetap bersikeras tidak mau ikut campur jika nanti Susan mendapat masalah."Anak laki-laki tujuh tahun sudah tidak kencing di celana lagi, Sidney!"Kadang Susan juga masih kesal dengan sifat egois suaminya yang bisa sangat tidak masuk akal, Dia mau memiliki banyak anak tapi tidak mau repot mengurusi anak-anak."Kita harus melihatnya dulu siapa tahu nanti kau juga akan menyukaianya!"Susan memencet bel pintu sementara Sidney masih berdiri di undakan tangga paling bawah nampak tak berminat untuk ikut masuk. Sidney benar-benar lebih suka disuruh menunggu di dalam mobil dari pada ikut berbasa-basi seperti yang diajarkan Susan."Ingat kau cukup tersenyum j
Sidney sudah tidur ketika Susan pelan-pelan mengambil buku harian Jessy dari dalam laci. Sidney tidak suka jika Susan membaca buku itu karena biasanya Susan malah jadi menangis setelah membacanya dan Sidney tidak suka melihat Susan bersedih untuk sesuatu yang menurutnya percuma. Tapi tetap saja Susan sering diam-diam membacanya, Jessy memiliki tulisa yang sangat rapi sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Membaca buku harian Jessy membuat Susan serasa ikut mengenal saudarinya meskipun mereka tidak pernah bertemu.***Jessy 12 Maret 2016***Bukannya aku tidak mau tinggal di kampung halama Paris, tapi aku sudah pernah mencobanya dan tidak bisa. Paris adalah orang yang sering bepergian dengan segala kesibukan pekerjaannya yang luar biasa. Paris juga melarangku bekerja lagi sejak kami menikah, sering kali aku merasa bosan ketika harus tinggal sendiri di rumah besarnya. Aku juga tidak punya teman atau keluarga di sana, semua yang kukenal adalah teman-teman Paris dan ling
Susan memperhatikan Sidney yang masih tertidur dan menyentuh bibir penuhnya yang sedikit terbuka. Ternyata pria seperti Sidney juga bisa nampak lucu ketika sedang tertidur dan Susan menyukainya karena jarang-jarang Sidney mau diganggu."Apa yang kau lakukan!" tegur Sidney yang ternyata sudah terbangun."Tidak ada," acuh Susan segera pura-pura mengabaikannya."Kemari kau!""Ao..!" Susan memekik kaget karena Sidney balas memukul bokongnya.Mereka masih sama-sama belum berpakaian sejak selesai bercinta tadi malam dan Tiba-tiba saja Sidney sudah kembali menerjang masuk dan menderanya."Sidney, ingat kau punya janji dengan Notarais pagi ini!"Susan coba mengingatkan tapi Sidney tetap mengabaikanya karena Susan memang bisa sangat cerewet meskipun sedang ia setubuhi. Gilanya Lagi Susan masih sempat meraih ponsel dan membalas pesan."Buang benda itu, Susan!" Sidney langsung membalik tubuh Susan dan merampas ponsel terkutuk itu dari tan
JESSY... Saat pertama kami bertemu dia adalah pemuda yang rupawan, berulang kali dia bertanya bagaimana untuk mendapatkan wanita sepertiku dengan sangat terus terang dan sedikit tidak tahu malu."Masukilah hatinya, maka kau akan mendapatkan segalanya," kataku saat menatap Netra biru gelapnya yang dalam ketika kami duduk di meja bar dan yakin pria tampan itu belum mabuk untuk merayuku. Aku tahu jika Paris Parker adalah pria yang cukup percaya diri untuk mendapatkan apapun keinginannya."Sebutkan apa saja yang bisa kudapatkan, setelah itu? " bisiknya saat mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Love, loyalty, dan keberanian !" Walapun setiap hari aku bekerja di antara para wisatawan asing tapi memang tidak akan pernah kubiarkan diriku terlibat dengan mereka dalam urusan asmara. Namun sepertinya pengecualian utuk seorang Paris Parker, pria yang telah dengan begitu berani berlutut di depanku dan memohon untuk menjadikanku miliknya.
Seorang pengurus rumah menemukan Paris Parker sudah terduduk kaku takbernyawa dengan bekas lobang peluru si pelipis kanannya. Tangan kanana masih memegang pitol dan sebuah ponsel terjatuh di lantai tak jauh dari tempat dududknya. Sebuah buku harian milik Jessy yang juga baru Paris temukan dari dalam laci masih terbuka di atas meja karena sepertinya pria itu juga belum selesai membacanya dan sudah tidak tahan.Pihak kepolisian menghubungi Sidney parker sebagai satu-satunya keluarga Paris. Sidney dan Susan juga langsung terbang ke Bali hari itu juga. Pihak kepolisian meminta Sidney untuk memutuskan bakal di makamkan di mana jenazah saudaranya. Sebenarnya Sidney sendiri juga tidak tahu karena hubungan mereka selama ini memang tidak seperti layaknya keluarga, tapi Susan yang langsung menyela dan minta agar Paris dimakamkan di samping saudarinya. Pihak kepolisian juga memberikan buku harian Jessy kepada Susan dan memberi tahu Sidney jika akan ada notarais dari Paris Parker yang ak
"Oh, Sayang apa yang kau pikirkan?" tanya Sidney pada wanita yang sedang berbaring di bawah naungan tubuhnya tapi entah pikiranya sedang melayang berada di mana."Tidak ada," bohong Susan sambil menggeleng saat Sidney menyentuh bibirnya dengan ibu jari."Aku bisa sangat cemburu jika kau memikirkan pria lain," sarkas Sidney yang sebenarnya juga tahu jika Susan sedang memikirkan Parish yang baru saja menelponya.Sidney merunduk untuk mencium Susan dan tetap bersikeras menahan wanita itu dalam ciumanya meskipun Susan agak enggan untuk menaggapinya."Sungguh aku mencemaskan Parish." Akhirnya Susan terus terang ketika tiba-tiba mendorong Sidney untuk berhenti sejenak."Sudah kubilang jangan memikirkan pria lain, apa lagi brengsek itu!" Sidney terdengar marah."Aku serius, sungguh perasaanku sedang tidak enak." Susan beringsut dari naungan tubuh Sidney dan kembali merapikan gaun tidurnya."Kau mau ke mana?"Sidney melihat Susan berja
Kenapa rasanya ini semakin sulit kujalani. Dulu kupikir cintaku akan cukup meredamnya, dulu aku pikir tubuhku akan kuat menanggungnya. Tapi tiap kali tangan-tangannya kembali merenggutku tanpa kebajikan, dia tetaplah wujud yang hanya peduli dengan kemauannya sendiri. Dia bukan orang yang dulu kukenal juga bukan orang yang akan peduli. Seperti membuka lembar buram yang tidak ingin kubaca atau kutulis. Karena di sini aku sudah tahu, mungkin aku hanya akan hancur sendiri atau hancur bersamanya. Tumpukan dosa yang dia tawarkan sudah seperti racun yang tidak akan bisa berhenti kuhirup, mungkin hingga kelak benar-benar habis nafasku. Jika dia mencintaiku, seharusnya dia tidak memperlakukanku seperti ini. Tubuhku masih sakit, menggigil di atas lantai dingin tempat terakhir aku dihempas oleh tinju dari kepalan tangan yang sama dari lengan yang kali ini juga sedang memelukku. Dengan nafas berge
Susan benar-benar tidak menyangka jika sebuah pesta sudah di siapkan sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan mereka, dan Susan langsung tahu jika semua itu adalah perbuatan Sidney. Yang paling megejutkan bagi Susan ternyata tidak hanya ada ayah dan ibunya tapi ayah dan ibu Jessy juga ada di sana menyambut mereka. Tentu Susan sangat terharu menyaksikan orang tuanya berkumpul seperti itu dan terlihat sudah cukup akrab. Susan yang kemarin sempat merasa seperti orang asing tiba-tiba merasa seperti menjadi anak paling beruntung di muka bumi ini karena bisa berada di tengah-tengah semua keluarga yang mencintainya. Susan masih tidak tahu bagaimana Sidney bisa berbuat seperti ini dan tidak memberitahunya apa-apa. Semua itu memang perbuatan Sidney. Bahkan dia sendiri yang menjemput orang tua kandung susan dari Bali. Itulah kenapa kemarin Sidney sampai harus pulang menjelang pagi dan mendapati susan yang
Karena teleponya tidak pernah di angkat, akhirnya Paris nekat untuk menemui Susan meskipun dengan resiko bakal bertemu juga dengan Sidney, dan mungkin mereka akhirnya akan kembali bertikai. Paris benar-benar menghawatirkan Susan karena dia tahu pasti Susan masih syok setelah semua kejadian kemarin. Paris hanya ingin sekedar memastikan jika Susan baik-baik saja. Saat Paris datang ternyata Sidney sedang tidak ada di rumah, tapi Susan tidak memberi tahu Paris jika sebenarnya mereka berdua sedang bertengkar. Bahkan Susan tetap berpura-pura jika hubungan mereka sedang baik-baik saja. Susan yakin jika Sidney tidak akan suka jika dirinya masih menemui Parish, tapi sepertinya Susan juga mulai tidak perduli. Toh Sidney akan tetap marah. Susan tidak mengerti kenapa sekarang rasanya justru Sidney yang jadi sangat membenci Paris. Walaupun menurut Sidney, Paris jahat dan gila, tapi sepertinya