"Adam, apa tidak lebih baik kita pergi?" ragu Jemy ketika berjalan mengikuti Adam yang mulai masuk ke dalam pulau.
"Kita harus mencari tahu, Karena aku tidak mau mereka yang lebih dulu menemukan kita dan tetaplah di belakangku."
"Seharusnya ada tanda-tanda jika ada manusia yang tinggal di sekitar sini."
"Kau benar." Adam mengambil bekas batok kelapa di depannya mengunakan ujung tombak.
"Kau lihat, hanya manusia yang bisa membelah kelapa seperti ini."
Jemy mengangguk tegang menyaksikan batok kelapa yang ditunjukkan Adam. Jelas sekali jika kelapa tersebut dibelah dengan benda tajam yang cukup besar, mungkin sejenis parang. Jadi siapapun mereka yang juga tinggal di pulau ini, yang jelas
Adam benar-benar mengambil bahan bakar dari kapalnya untuk mengisi lapu tempel yang kemarin di bawa Jemy dari gubuk nelayan. Adam juga membawa beberapa barang lain termasuk kotak peralatan mandi, ada sabun cair dalam botol sampo pasta gigi dan serta sikatnya. Walau sudah lama terendam air tapi sepertinya barang-barang tersebut masih bisa di gunakan."Apa tidak ada sisir? " tanya Jemy penasaran dan adam hanya menggeleng di sambut wajah kecewa gadis itu."Kupikir kau butuh ini." Adam menunjukkan cermin."Oh tidak, aku tidak mau bercermin!" Jemy memang memiliki ketakutan tersendiri untuk melihat wujudnya sendiri. Mungkin karena dulu dia sudah terbiasa tampil sempurna dengan detail tapi sekarang bahkan menyisir rambut pun dia kesusahan."
Jemy masih memandangi foto sepasang anak-anak laki-laki dan perempuan dalam bingkai kayu yang dihiasi cangkang kerang. Sudah seharian ia berdoa agar rakitnya bisa di temukan. Karena Harapan Jemy dan Adam memang hanya tinggal pada rakit tersebut. Jemy berjanji akan mencari kedua anak-anak itu jika dirinya nanti bisa pulang. Karena menurutnya, mereka berhak tahu jika tetap dicintai, bukannya ditinggal pergi dan di telantarkan.Jemy kembali menyentuh pelan foto kedua anak-anak itu dan tanpa sadar air mata menetes dari masing-masing sudut matanya. Jemy takut, sangat takut jika nasibnya akan berakhir sama dengan nelayan yang harus kehilangan seluruh kesempatan untuk melihat anak-anak tumbuh besar. Mungkin Jemy juga tidak akan pernah bisa lagi melihat Erica, dia tidak akan bisa melihat ayah dan ibunya menua. Selama ini Jemy lebih suka menghindari pikiran seperti itu karena tahu jika putu
Setelah malam sempat hujan, matahari kembali cerah sejak pagi. Jemy mencuci dan menjemur semua pakaiannya dan milik Adam, kemudian dia sendiri ikut berjemur di atas pasir. Adam yang baru kembali dari berenang di pantai ikut menyusul berbaring di sampingnya. Mereka sama-sama menikmati langit yang sedang biru cerah dengan awan tipis dan burung-burung camar yang beterbangan di atas mereka. Pagi hari adalah waktunya mereka berkicau dengan ribut berebut ikan dan pasangan."Aku ingin menikahimu," kata Adam tiba-tiba ketika meraih tangan Jemy yang berbaring di sampingnya."Aku tidak tahu bagaimana caranya menikah di tempat seperti ini. Aku bahakan tidak tahu apa gunanya pernikahan, karena tidak ada yang peduli kita menikah atau tidak.""Aku tetap ingin menikahimu dan biarkan burung cama
Tadinya Adam memang hanya berniat untuk mengambil bahan bakar, sampai dia melihat layar dari rakit mereka yang ternyata tersangkut di gugusan karang. Sudah lewat sebulan ternyata benda itu masih belum ke mana-mana. Sama seperti kapal layarnya yang bernasib sama. Nampaknya arus di sekitar pulau membawa semua benda ke ceruk.Pasti Jemy akan kecewa jika sampai melihat hal ini, padahal selama ini dia lah yang memiliki harapan besar agar rakit mereka bisa di temukan. Bahkan dia berdoa setiap hari untuk rakit yang ternyata hanya tersangkut di karang itu.Karena air sedang surut, tanpa berpikir lagi Adam langsung melepas pakaian dan sepatunya untuk berenang ke sebrang, dia lupa jika kali ini sedang purnama dan air akan kembali pasang lebih cepat.Adam coba kembali mendorong rakit terseb
Jemy masih menunggu duduk di atas batang kayu, duduk diam seperti orang linglung. Sudah lewat tengah hari dan Adam belum juga kembali. Berbagai bayangan mengerikan sedang memenuhi kepalanya dan dia tidak bisa berhenti memikirkannya. Bagaimana jika Adam benar-benar tidak pernah kembali dan Jemy yakin dirinya pasti akan segera gila. Dia tidak mau hidup sendiri dengan lumba-lumba, bahkan selembar foto Adam pun dia tidak punya. Mungkin akan lebih memilih mengunyah buah apel beracun dari pada harus hidup sendiri tanpa Adam lagi.Jemy mulai mengoreskan ranting di atas pasir coba menggambarka senyum Adam yang bisa dia ingat, karena ternyata dia sudah sangat rindu dan takut jika sampai melupakannya. Dia sudah coba berulang-ulang tapi tetap tidak bisa menggambarkannya dengan benar. Adam selalu memiliki senyum cemerlang dengan deretan gigi rapi serta sedikit taring kecil yang membuatnya terl
Walau selama ini Adam yang selalu mencari ikan untuk mereka, tapi Jemy yakin dirinya juga bisa mengantikan semua tugas pria itu. Jemy cepat-cepat mengambil ikan yang tersangkut di jaring kemudian buru-buru kembali ke gubuk mereka karena tidak mau lama-lama meninggalkan Adam. Adam masih belum bisa bergeser ketika ia kembali, karena pagi ini kakinya justrub terlihat semakin bengkak."Apa rasanya masih sangat buruk?" Jemy segera menghampirinya dengan cemas."Tidak ini hanya masih kaku karena bengkak dan aku yakin akan segera membaik besok atau lusa."Jemy ingin mempercayai semua perkataan Adam karena dia juga masih sangat takut jika luka tersebut jadi infeksi."Akan kuganti perbannya dengan yang baru setelah kita sarapan."
Jemy duduk di batang kayu dan menghitung jumlah goresan yang sudah dia buat di sana. Sudah lewat empat bulan mereka berada di pulau, empat bulan yang terasa lebih lama dari empat tahun. Dia mendongak ke atas langit melihat burung-burung camar yang beterbangan di hari yang sedang cerah tapi dirinya seperti sudah tidak memiliki harapan hidup. Tadi malam demam Adam semakin tinggi dan sempat hilang kesadaran. Jemy tahu jika ini akan berakhir buruk, mereka sudah sama sekali tidak memiliki persediaan obat dan tidak bisa minta pertolongan kemanapun. Ia sedang sangat takut tapi tidak tahu juga dengan siapa harus berbagi ketakutannya.Adam semakin lemah walau dia berusaha tidak mengeluh tapi pasti yang dirasakannya juga sedang tidak mudah. Bukan hanya fisiknya saja yang sakit, tapi hatinya juga sedang sangat sakit karen tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia pergi dan meninggalkan wanit
Jemy dibawa pulang ke rumah orang tuanya sementara Adam masih harus menjalani operasi dan Erica sendiri yang akan menanganinya. Sebenarnya Jemy sangat cemas dan ingin ikut bersama Adam, tapi rasanya memang tidak mungkin. Adam sudah bersama Erica dan kedua orang tuanya, Adam akan baik-baik saja. Saat itu juga Jemy langsung ikut melihat orang tuanya sendiri dan jadi kembali tidak bisa berpikir. Otaknya tiba-tiba kosong ketika harus ikut mempertimbangkan perasaan mereka. Sebaiknya dia memang harus bersikap sebagaimana mestinya dan jangan berulah. Apa lagi dengan begitu banyak kamera di depannya. Bahkan beberapa mobil wartawan masih mengikuti mereka sampai di rumah dan sebagian malah sudah menunggu di sana. Jemy benar-benar tidak habis pikir bakal seheboh apa berita ini. Jemy langsung di bawa masuk ke dalam rumah oleh dua orang ajudan ayahnya. Dua orang prajurit bertubuh kekar tanpa seragam membantunya membelah kerumunan dan langs
Jemy harus segera menyelesaikan semua email penting yang harus ia kirim pada partner bisnisnya, tapi dia terpaksa menyudahi semua pekerjaannya. Ketiga jagoan kecilnya tidak mau berhenti bertikai di atas sofa, melompat ke sana kemari saling melempar bantal dan menembakkan senjata mainan.Membesarkan tiga anak laki-laki super aktif memang pekerjaan yang luar biasa."Bisakah kalian berhenti dulu anak-anak, ini sudah waktunya makan siang."Tapi tak satupun yang menghiraukannya. Mereka bertiga masih melompat bersembunyi dan menembak layaknya tentara dalam medan pertempuran."Oh, ayolah anak-anak ini serius, kalian harus berhenti bermain dulu untuk makan!"
Jemy agak merinding, menarik selimut dan beringsut lebih dekat untuk memeluk Adam. Tapi kenapa tempat yang ia raba kosong, dia tidak ada di sana.Jemy langsung terkesiap dan terbangun. Kondisi kamar masih gelap sebelum kemudian ia segera menyalakan lampu.Adam memang tidak ada di kamar padahal ini masih larut tengah malam."Adam.... " panggil Jemy pelan, ia pikir Adam mungkin cuma ke toilet tapi ternyata tidak ada siapa-siapa. Jemy membuka pintu toilet dan kosong.Rasanya tidak mungkin Adam keluar tengah malam begini dan meninggalkannya seorang diri."Adam... " Jemy coba memangil lagi sambil berjalan keluar dari kamarnya.Baru ia sa
Jemy berbaring di bawah naungan gubuk mereka melihat ke langit-langit atapnya yang sudah kering dan keriput sehingga sinar matahari menembus ke lantai tempatnya berbaring."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Adam yang baru kembali dari menombak ikan."Lihat aku menangkap ikan kesukaanmu apa kau mau." Adam menangkap ikan karena dua minggu ini Jemy seperti mulai kehilangan nafsu makan."Adam apa kau tidak mau mandi di laguna?" Jemy malah minta yang lain."Apa kau mau mandi ?" Adam ikut naik ke atas gubuk mereka untuk menaungi wanitanya yang masih berbaring dan hanya mengenakan gaun tipis agak longgar karen cuaca sedang sangat panas dan tidak terlalu berangin."Kau bau ikan," protes Jemy mendorong dada Adam ketika pria itu hendak merunduk untuk menciumnya."Aku memang ikan lumba-lumba yang suka mengelilingi pinggangmu."Adam mulai menggelitik
Sepertinya cerita Adam semalam justru malah membuat Jemy mendapat mimpi buruk. Pagi-pagi dia sudah kembali menggoncang-goncang tubuh Adam yang masih tidur. "Ada apa? " tanya pria itu menggeliat malas. "Bagaimana dengan bayinya? " "Oh... "Adam malah kembali menggeliat dan memeluk pinggang Jemy untuk diajak tidur lagi. "Aku serius, Adam. Bayinya laki-laki atau perempuan dan apa dia masih hidup? " "Bayinya perempuan, " gumam Adam masih malas untuk menanggapi dan malah merapat ke pinggang istrinya. "Ayo lanjutkan ceritanya aku penasaran? " Adam tidak tahu bagaimana Jemy bisa beg
Setelah semua orang pergi pulau kembali sepi hanya ada mereka berdua dan para burung camar. Jemy duduk di batang kayu sambil melihat Adam yang sedang kembali menguji kemampuannya menombak ikan. Nampaknya dia menjadi payah setelah beberapa bulan cuma makan makanan yang sudah siap tersaji di piring lengkap dengan sendok dan garpu yang juga selalu mengkilat.Jemy tertawa sendiri melihat Adam dari kejauhan, pria itu terus mengumpat setiap kali gagal menombak ikan berulang-ulang. Pertama dia memaki burung camar yang lebih dulu menyambar ikan yang sudah pelan-pelan dia incar. Kedua seekor camar mengambil ikan tangkapannya ketika Adam sedikit lengah. Ke tiga Adam melempar tombak kayunya ke arah camar lain yang sedang nangkring di atas batu cadas, niatnya untuk membalas dendam tapi meleset dan justru ujung tombaknya patah. Adam cuma kembali mengumpat kesal dan menyerah menghadapi para camar. Padahal Jemy pikir mereka akan akur setelah lama tidak bertemu tapi t
Jemy baru terbangun ketika samar-samar mendengar suara keributan di luar. Adam sudah tidak ada di sampingnya. Jemy meraih jam kecil di atas nakas yang terletak tepat tempat di sebelahnya. Nampaknya ia memang bangun kesiangan, padahal biasanya Adam suka menggangunya jika bangun lebih dulu. Jemy turun pelan-pelan dari ranjang karena curiga sepertinya ada suara langkah kaki yang naik turun tangga. Jemy kenal suara langkah kaki suaminya dan tidak seberisik itu. Ia sempat meraih gelang karet di samping kalender untuk mengikat rambut sekenanya kemudian segera berjalan keluar dengan langkah pelan-pelan. Alangkah terkejutnya Jemy karena ketika ia baru membuka pintu kamar dia melihat Erica dengan gaun cantik dan langsung kaget menyapanya."Kau sudah bangun?" Bukan pertanyaan dia cuma terlihat heran dengan wujud adik perempuannya.
Setelah perjalanan dua hari akhirnya mereka benar -benar sampai di pulau dengan cuaca yang juga sedang sangat cerah. Mereka langsung di sambut oleh para camar yang beterbangan di angkasa dan sebuah rumah pantai yang entah sejak kapan sudah berdiri di sana. Jemy masih tercengang dengan luar biasa menyaksikan rumah kayu cantik yang berdiri tidak jauh dari pantai itu."Apa kau yang membuatnya?" Jemy langsung menoleh pada Adam yang masih menepikan kapalnya."Bukan aku, itu untukmu dari Treehouse Masters."Jemy kembali ternganga, " Dari mana kau tahu aku menyukai acara itu?"(Treehouse Masters adalah Acara TV mengenai pembuat rumah pohon profesional)Jadi Adam benar-benar menyuruh mereka
Jemy tidak tahu sebenarnya Adam tahu apa tidak jika dia juga sedang sangat menginginkannya sekarang. Setelah frekuensi bercinta mereka yang menggebu-bebu seperti kemari, tentu di acuhkan selama sehari saja efeknya akan sangat terasa. Tapi setelah mencoba beberpa kali dan tak dihiraukan Jemy jadinya juga ikut gengsi untuk jujur pada Adam. Padahal ia sangat ingin untuk sekedar didekati, Adam bahkan sudah tidak menciumnya sama sekali sejak kemarin. Mungkin jika tidak ingat mereka sedang berada di tengah lautan dan tidak memiliki tetangga pasti Jemy sudah curiga dan menuduh suaminya sedang coba berselingkuh.Jemy sudah meringkuk di dalam selimut ketika akhirnya Adam keluar dari bilik shower, dia juganmandi cukup lama dan entah apa saja yang pria itu lakukan didalam sana karena Jemy sampai jenuh menunggunya. Adam keluar hanya dengan memakai handuk yang cuma dia lilitkan rendah di pinggang. Pria itu langsung naik ke atas ranjang untuk mendekati wanitanya."Apa kau sudah tidu
Mumpung mereka sedang mendapat sinyal yang stabil, Jemy juga menghubungi RJ untuk bantu mengurus perusahaannya. Jemy tidak memiliki siapapun yang bisa ia percaya kecuali mantan bosnya itu. Setelah menyelesaikan semua urusannya dengan RJ sebenarnya Jemy berniat untuk menghubungi Tara tapi Adam tidak mengijinkannya."Biar Erica yang menyelesaikannya.""Sampai kapan kau akan terus cemburu padanya?""Aku tidak suka kau masih berhubungan dengannya.""Kau benar-benar tidak masuk akal, Adam!""Kau hanya boleh memikirkanku!" tegas Adam yang sudah kembai mematikan ponselnya.Bukannya takut Jemy malah tertawa. "Kau tidak bisa menyaring