Walau selama ini Adam yang selalu mencari ikan untuk mereka, tapi Jemy yakin dirinya juga bisa mengantikan semua tugas pria itu. Jemy cepat-cepat mengambil ikan yang tersangkut di jaring kemudian buru-buru kembali ke gubuk mereka karena tidak mau lama-lama meninggalkan Adam. Adam masih belum bisa bergeser ketika ia kembali, karena pagi ini kakinya justrub terlihat semakin bengkak.
"Apa rasanya masih sangat buruk?" Jemy segera menghampirinya dengan cemas.
"Tidak ini hanya masih kaku karena bengkak dan aku yakin akan segera membaik besok atau lusa."
Jemy ingin mempercayai semua perkataan Adam karena dia juga masih sangat takut jika luka tersebut jadi infeksi.
"Akan kuganti perbannya dengan yang baru setelah kita sarapan."
Jemy duduk di batang kayu dan menghitung jumlah goresan yang sudah dia buat di sana. Sudah lewat empat bulan mereka berada di pulau, empat bulan yang terasa lebih lama dari empat tahun. Dia mendongak ke atas langit melihat burung-burung camar yang beterbangan di hari yang sedang cerah tapi dirinya seperti sudah tidak memiliki harapan hidup. Tadi malam demam Adam semakin tinggi dan sempat hilang kesadaran. Jemy tahu jika ini akan berakhir buruk, mereka sudah sama sekali tidak memiliki persediaan obat dan tidak bisa minta pertolongan kemanapun. Ia sedang sangat takut tapi tidak tahu juga dengan siapa harus berbagi ketakutannya.Adam semakin lemah walau dia berusaha tidak mengeluh tapi pasti yang dirasakannya juga sedang tidak mudah. Bukan hanya fisiknya saja yang sakit, tapi hatinya juga sedang sangat sakit karen tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia pergi dan meninggalkan wanit
Jemy dibawa pulang ke rumah orang tuanya sementara Adam masih harus menjalani operasi dan Erica sendiri yang akan menanganinya. Sebenarnya Jemy sangat cemas dan ingin ikut bersama Adam, tapi rasanya memang tidak mungkin. Adam sudah bersama Erica dan kedua orang tuanya, Adam akan baik-baik saja. Saat itu juga Jemy langsung ikut melihat orang tuanya sendiri dan jadi kembali tidak bisa berpikir. Otaknya tiba-tiba kosong ketika harus ikut mempertimbangkan perasaan mereka. Sebaiknya dia memang harus bersikap sebagaimana mestinya dan jangan berulah. Apa lagi dengan begitu banyak kamera di depannya. Bahkan beberapa mobil wartawan masih mengikuti mereka sampai di rumah dan sebagian malah sudah menunggu di sana. Jemy benar-benar tidak habis pikir bakal seheboh apa berita ini. Jemy langsung di bawa masuk ke dalam rumah oleh dua orang ajudan ayahnya. Dua orang prajurit bertubuh kekar tanpa seragam membantunya membelah kerumunan dan langs
"Terima kasih kau sudah mengurusnya," kata Erica saat akhirnya mereka memiliki kesempatan untuk bicara berdua.Menurut Erica sangat luar biasa karena adik perempuanya yang ceroboh itu ternyata bisa mengurus orang lain."Sebenarnya dia yang lebih banyak mengurusku sebelum kakinya digigit hiu," santai Jemy dengan nada acuh seperti gaya khasnya.Erica hanya mendengus maklum karena sudah sangat mengenal sifat adik perempuanya. Tapi dia masih tersenyu mentap Jemy dengan kelegaan yang tidak bisa diungkapkan."Tidurlah bersamaku malam ini.""Sejak kapan kau takut tidur sendiri dan minta ditemani? " Jemy pura-pura menggerutu meskipun sebenarnya dia tidak pernah keberatan.
Setelah satu minggu hanya berada di atas ranjang Adam benar-benar mulai jenuh dan rindu dengan Jemy yang justru sama sekali tidak muncul. Memang agak keterlaluan apa lagi saat Adam tahu Jemy justru sudah kembali ke LA.Meski menurut Erica adik perempuannya tergesa-gesa karena urusan pekerjaan yang mendesak tapi tetap saja bagi Adam keterlaluan, karena tidak memberitahunya sama sekali. Adam bisa mengerti jika Jemy beralasan tidak bisa keluar rumah karena menghindari media, tapi ini nyatanya dia malah sudah sampai di LA. Bahakan dari kemarin ponselnya sama sekali tidak bisa dia hubungi.Rasanya ingin sekali Adam membanting ponsel di tangannya karena lima kali panggilannya pagi ini belum direspon sama sekali. Memang sesibuk apa pekerjaannya hingga sampai mengangkat telpon pun dia tidak sempat. Sepertinya memang lebih muda
Sebenarnya di tempat lain Jemy juga tak jauh berbeda. Bahkan saat kemarin media meliput mengenai rumah nelayan dan lumba-lumba Jemy langsung ingat cincin pemberian Adam dan kedua foto anak -anak yang masih rapi disimpannya. Jemy mengeluarkan dua benda itu dari kotak kecil dan memperhatikannya lagi.Walau media sedang heboh membahas kisah mereka, tapi sampai saat ini tidak pernah ada yang tahu cerita tentang nelayan, lumba-lumba dan foto kedua anak kecil yang juga masih selalu dibawanya kemana-mana. Jemy hanya sedih karena belum sempat untuk mencarinya. Mendadak kesibukannya belakangan ini memang luar biasa.Jemy kembali memperhatikan cincin dari kulit kerang dan mutiara kebiruan yang Adam rekatkan hanya dengan getah kayu. Warna biru yang cantik, seperti pantai dan langit biru dengan para camar. Tanpa terasa Kristal bening mu
Jemy benar-benar meyempatkan untuk datang ke Bali di sela rutinitas kesibukannya yang sedang luar biasa. Bahkan dia tidak memberi tahu Erica mengenai kepulangannya ke Indonesia. Jemy pergi diam-diam karena Tara mengaku tidak nyaman dengan media, dia mengajukan syarat itu sebelum setuju untuk bertemu.Jemy sudah berada di pantai Kuta melihat ke sekeliling wisatawan yang sedang ramai memasuki masa libur musim panas. Mustahil bisa mengenali seseorang dalam keramaian seperti itu. Jemy menghubungi nomor telpon yang di berikan Tara dan berharap segera di angkat karena ia terlihat aneh dengan pakaiannya yang tidak cocok untuk berada di pantai. Jemy memang langsung dari bandara cuma singgah di hotel sebentar tanpa sempat berganti pakaian dan langsung kemari. Tara minta agar Jemy mencarinya ke pantai, pemuda itu baru mengatakannya ketika dirinya sudah berada di dalam taksi. Tara menga
Jemy tidak menyangka jika foto-foto pertemuan dengan Tara kemarin tiba-tiba sudah muncul di media online. Buru-buru Jemy menghubungi pemuda itu untuk minta maaf."Sorry... " Jemy benar-benar merasa tidak enak karena Tara sudah berulang kali menegaskan tidak mau terekspose media."Sudahlah, tidak apa-apa kau tidak perlu minta maaf. ""Apa kau tidak keberatan aku bertemu keluargamu akhir pekan ini? ""Ya, kita akan tetap pergi. "Mereka tetap pergi di akhir pekan dan siap dengan konsekuensi dan gosip yang bakal kembali viral. Bahkan Jemy geli hanya membaca judul dari artikel yang membahas tentang mereka. Kadang media memang bisa jadi keterlaluan.Jemy sudah berusaha berpakaian tidak mencolok bahkan dia tidak keberatan memakai hoodie kebesaran yang dipinjamkan Tara. Tara langsung menarik Jemy untuk masuk ke dalam mobil yang sudah menjemput mereka. Rumah keluarga Tara kurang lebih masih satu jam lagi perjalanan darat dari bandara. Jemy cob
Jemy tidak tahu entah bagaimana lagi ini karena mereka berdua tiba-tiba sudah kembali bergelung di atas kasur."Kau suka kasurnya?" tanya Adam yang sudah menekan tubuh Jemy di bawahnya."Entah aku juga belum pernah mencobanya." Jawab Jemy tak kalah jahil karena itu artinya dia juga belum pernah bercinta dengan siapapun sekembalinya dari pulau.Adam jadi semakin antusias, membantu Jemy membuka pakaiannya agar lebih cepat.Jemy meraba bekas luka Adam kemudian bangkit untuk menciumnya di sana. Mendorong Adam untuk berbaring dan diam meski nafas pria itu terdengar semakin berat dan terjal. Nampaknya Jemy memutuskan untuk menggodanya sampai cukup puas, karena jujur saja dia juga agak kesal dengan pria yang sering suka semaunya sendiri itu.
Jemy harus segera menyelesaikan semua email penting yang harus ia kirim pada partner bisnisnya, tapi dia terpaksa menyudahi semua pekerjaannya. Ketiga jagoan kecilnya tidak mau berhenti bertikai di atas sofa, melompat ke sana kemari saling melempar bantal dan menembakkan senjata mainan.Membesarkan tiga anak laki-laki super aktif memang pekerjaan yang luar biasa."Bisakah kalian berhenti dulu anak-anak, ini sudah waktunya makan siang."Tapi tak satupun yang menghiraukannya. Mereka bertiga masih melompat bersembunyi dan menembak layaknya tentara dalam medan pertempuran."Oh, ayolah anak-anak ini serius, kalian harus berhenti bermain dulu untuk makan!"
Jemy agak merinding, menarik selimut dan beringsut lebih dekat untuk memeluk Adam. Tapi kenapa tempat yang ia raba kosong, dia tidak ada di sana.Jemy langsung terkesiap dan terbangun. Kondisi kamar masih gelap sebelum kemudian ia segera menyalakan lampu.Adam memang tidak ada di kamar padahal ini masih larut tengah malam."Adam.... " panggil Jemy pelan, ia pikir Adam mungkin cuma ke toilet tapi ternyata tidak ada siapa-siapa. Jemy membuka pintu toilet dan kosong.Rasanya tidak mungkin Adam keluar tengah malam begini dan meninggalkannya seorang diri."Adam... " Jemy coba memangil lagi sambil berjalan keluar dari kamarnya.Baru ia sa
Jemy berbaring di bawah naungan gubuk mereka melihat ke langit-langit atapnya yang sudah kering dan keriput sehingga sinar matahari menembus ke lantai tempatnya berbaring."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Adam yang baru kembali dari menombak ikan."Lihat aku menangkap ikan kesukaanmu apa kau mau." Adam menangkap ikan karena dua minggu ini Jemy seperti mulai kehilangan nafsu makan."Adam apa kau tidak mau mandi di laguna?" Jemy malah minta yang lain."Apa kau mau mandi ?" Adam ikut naik ke atas gubuk mereka untuk menaungi wanitanya yang masih berbaring dan hanya mengenakan gaun tipis agak longgar karen cuaca sedang sangat panas dan tidak terlalu berangin."Kau bau ikan," protes Jemy mendorong dada Adam ketika pria itu hendak merunduk untuk menciumnya."Aku memang ikan lumba-lumba yang suka mengelilingi pinggangmu."Adam mulai menggelitik
Sepertinya cerita Adam semalam justru malah membuat Jemy mendapat mimpi buruk. Pagi-pagi dia sudah kembali menggoncang-goncang tubuh Adam yang masih tidur. "Ada apa? " tanya pria itu menggeliat malas. "Bagaimana dengan bayinya? " "Oh... "Adam malah kembali menggeliat dan memeluk pinggang Jemy untuk diajak tidur lagi. "Aku serius, Adam. Bayinya laki-laki atau perempuan dan apa dia masih hidup? " "Bayinya perempuan, " gumam Adam masih malas untuk menanggapi dan malah merapat ke pinggang istrinya. "Ayo lanjutkan ceritanya aku penasaran? " Adam tidak tahu bagaimana Jemy bisa beg
Setelah semua orang pergi pulau kembali sepi hanya ada mereka berdua dan para burung camar. Jemy duduk di batang kayu sambil melihat Adam yang sedang kembali menguji kemampuannya menombak ikan. Nampaknya dia menjadi payah setelah beberapa bulan cuma makan makanan yang sudah siap tersaji di piring lengkap dengan sendok dan garpu yang juga selalu mengkilat.Jemy tertawa sendiri melihat Adam dari kejauhan, pria itu terus mengumpat setiap kali gagal menombak ikan berulang-ulang. Pertama dia memaki burung camar yang lebih dulu menyambar ikan yang sudah pelan-pelan dia incar. Kedua seekor camar mengambil ikan tangkapannya ketika Adam sedikit lengah. Ke tiga Adam melempar tombak kayunya ke arah camar lain yang sedang nangkring di atas batu cadas, niatnya untuk membalas dendam tapi meleset dan justru ujung tombaknya patah. Adam cuma kembali mengumpat kesal dan menyerah menghadapi para camar. Padahal Jemy pikir mereka akan akur setelah lama tidak bertemu tapi t
Jemy baru terbangun ketika samar-samar mendengar suara keributan di luar. Adam sudah tidak ada di sampingnya. Jemy meraih jam kecil di atas nakas yang terletak tepat tempat di sebelahnya. Nampaknya ia memang bangun kesiangan, padahal biasanya Adam suka menggangunya jika bangun lebih dulu. Jemy turun pelan-pelan dari ranjang karena curiga sepertinya ada suara langkah kaki yang naik turun tangga. Jemy kenal suara langkah kaki suaminya dan tidak seberisik itu. Ia sempat meraih gelang karet di samping kalender untuk mengikat rambut sekenanya kemudian segera berjalan keluar dengan langkah pelan-pelan. Alangkah terkejutnya Jemy karena ketika ia baru membuka pintu kamar dia melihat Erica dengan gaun cantik dan langsung kaget menyapanya."Kau sudah bangun?" Bukan pertanyaan dia cuma terlihat heran dengan wujud adik perempuannya.
Setelah perjalanan dua hari akhirnya mereka benar -benar sampai di pulau dengan cuaca yang juga sedang sangat cerah. Mereka langsung di sambut oleh para camar yang beterbangan di angkasa dan sebuah rumah pantai yang entah sejak kapan sudah berdiri di sana. Jemy masih tercengang dengan luar biasa menyaksikan rumah kayu cantik yang berdiri tidak jauh dari pantai itu."Apa kau yang membuatnya?" Jemy langsung menoleh pada Adam yang masih menepikan kapalnya."Bukan aku, itu untukmu dari Treehouse Masters."Jemy kembali ternganga, " Dari mana kau tahu aku menyukai acara itu?"(Treehouse Masters adalah Acara TV mengenai pembuat rumah pohon profesional)Jadi Adam benar-benar menyuruh mereka
Jemy tidak tahu sebenarnya Adam tahu apa tidak jika dia juga sedang sangat menginginkannya sekarang. Setelah frekuensi bercinta mereka yang menggebu-bebu seperti kemari, tentu di acuhkan selama sehari saja efeknya akan sangat terasa. Tapi setelah mencoba beberpa kali dan tak dihiraukan Jemy jadinya juga ikut gengsi untuk jujur pada Adam. Padahal ia sangat ingin untuk sekedar didekati, Adam bahkan sudah tidak menciumnya sama sekali sejak kemarin. Mungkin jika tidak ingat mereka sedang berada di tengah lautan dan tidak memiliki tetangga pasti Jemy sudah curiga dan menuduh suaminya sedang coba berselingkuh.Jemy sudah meringkuk di dalam selimut ketika akhirnya Adam keluar dari bilik shower, dia juganmandi cukup lama dan entah apa saja yang pria itu lakukan didalam sana karena Jemy sampai jenuh menunggunya. Adam keluar hanya dengan memakai handuk yang cuma dia lilitkan rendah di pinggang. Pria itu langsung naik ke atas ranjang untuk mendekati wanitanya."Apa kau sudah tidu
Mumpung mereka sedang mendapat sinyal yang stabil, Jemy juga menghubungi RJ untuk bantu mengurus perusahaannya. Jemy tidak memiliki siapapun yang bisa ia percaya kecuali mantan bosnya itu. Setelah menyelesaikan semua urusannya dengan RJ sebenarnya Jemy berniat untuk menghubungi Tara tapi Adam tidak mengijinkannya."Biar Erica yang menyelesaikannya.""Sampai kapan kau akan terus cemburu padanya?""Aku tidak suka kau masih berhubungan dengannya.""Kau benar-benar tidak masuk akal, Adam!""Kau hanya boleh memikirkanku!" tegas Adam yang sudah kembai mematikan ponselnya.Bukannya takut Jemy malah tertawa. "Kau tidak bisa menyaring