Adam benar-benar masih duduk bersandar di batang kayu tiang gubuk mereka ketika Jemy terbangun lebih dulu di pagi hari. Bohong sekali jika Jemy tidak mulai terharu dengan semua yang sudah dilakukan pria itu untuknya. Adam benar-benar merawatnya dengan baik meski masih sulit dibayangkan seorang Adam Harris bisa menjadi pria yang bisa memanjat kelapa dan menangkap ikan dengan tombak. Jemy bergerak pelan-pelan dari pangkuannya agar Adam tidak terbangun.
Jemy merasa tenggorokannya sudah tidak terlalu sakit lagi meski kakinya masih terpincang-pincang saat harus berjalan. Dia berniat untuk membersihkan semua benda yang mereka bawa kemarin dan menjemur yang masih basah setelah menyisihkan beberapa botol obat luka.
Jemy baru sadar jika sekarang mereka memiliki gunting, benda yang dulu kelihatanya sangat sepele tapi sekarang bisa jadi barang yang sangat luar biasa berharga. Gadis itu coba memotong sedikit ujung rambutnya yang semakin susah untuk disisir dengan jari karena terlalu
Jemy tetap tidak mau bicara ketika Adam berpamitan untuk pergi menangkap ikan. Sepertinya Jemy benar-benar tidak terima sudah di perlakukan semena-mena seperti itu. Dia marah dan rasanya hanya ingin balas menghukum Adam. Andai dia bisa berkelahi Jemy pasti sudah mengajaknya berkelahi dari tadi. Tapi Jemy tahu jika dirinya tidak akan menang dari Adam, jika dengan menjadi bisu bisa menjadi hukuman maka dia akan diam sampai hatinya puas. Walau Jemy sendiri sebenarnya juga tidak tahu berapa lama bisa sanggup diam sementara tidak ada lagi temannya di tempat ini. Bahkan baru beberapa jam berdiam di dalam gubuk saja sudah membuatnya jenuh dan bosan luar biasa.Jemy keluar setelah mengganti pakaian rajutnya dengan kemeja Adam karena bagian samping baju rajutnya ternyata sobek cukup lebar dan sadar bertapa mengenaskan hidupnya kali ini. Terlantar dan di lecehka
Karena Adam melakukanya dalam kegelapan dan di tengah derasnya hujan Jemy jadi tidak dapat mengingat dengan jelas apa saja yang telah dilakukan pria itu selain rasa nyeri yang masih tertinggal di antara kedua pangkal pahanya. Jemy benci karena kali pertamanya harus jadi sangat tidak menyenangkan tapi dia tahu jika menggerutu atau menangisi seharian pun akan percuma.Jemy mulai menghitung-hitung goresannya di kayu, menunggu cemas saatnya untuk datang bulan. Seharusnya minggu-minggu ini dirinya sedang tidak memasuki masa subur, semoga saja Adam tidak membuatnya hamil. Pria memang sangat bodoh dan sembrono.Karena sangat takut memikirkan hal itu Jemy sampai kehilangan nafsu makannya beberapa hari ini. Berbagai jenis ikan yang di bawa Adam sama sekali tidak mau di sentuhnya."Makanlah, jan
Beberapa hari ini suhu di malam hari semakin dingin mungkin karena sudah mulai memasuki akhir tahun. pemandangan hutan juga agak lain ada beberapa jenis bungan yang sedang bermekaran di puncak-puncak pohon yang tinggi. Tepian hutan juga terlihat lebih indah dengan beraneka warna. Dulu mereka tidak pernah menyangka akan melihat hal menakjubkan seperti ini. Jemy sedang berjalan- jalan di tepian pantai ketika mendapati bunga yang berguguran di atas pasir. Dia memungut bunga pink tersebut dan mencium baunya yang ternyata juga sangat harum. Jemy langsung berpikir mungkin nyamuk tidak suka dengan aroma harum, karena semakin sering hujan jumlah populasi nyamuk juga semakin banyak dan mengganggu tidur malam mereka. Jemy kembali mendongak ke atas ranting-ranting pohon yang seperti dipenuhi bunga. Karena tidak terlalu tinggi sepertinya dia bisa memanjat untuk memetiknya. Pohon rendah berbunga rimbun tersebut memiliki banyak dahan cukup mudah untuk dipa
Adam sedang meruncingkan kembali ketiga mata tombaknya dengan pisau kecil, dia sengaja membiarkan Jemy yang dari tadi cumadiam. Sebenarnya Adam tidak tahu wanita itu sedang marah karena perbuatanya semalam atau hanya sedang berpikir. Sedari tadi Jemy memang tidak ada bicara sama sekali. Wanita itu hanya duduk diam di atas batang kayu seperti biasa sambil memperhatikan gulungan ombak yang menepi di pantai dan hilang menjadi buih."Adam apa kau pernah berpikir mungkin lama-lama semua orang yang dulu pernah kita kenal akan melupakan kita, dan menganggap kita tidak pernah ada?"Adam langsung berhenti dari kegiatannya untuk berpaling menatap Jemy yang bertanya tanpa perduli untuk menolehnya karena dia masih memandang jauh ke lautan.Setelah hampir dua bulan sebenarnya wajar jika gadis itu mulai berpikir mungkin mereka juga akan hilang terlupakan seperti buih yang tak berjejak di atas hamparan pasir yang luas."Kenapa kau berpikir sepert
"Adam, apa tidak lebih baik kita pergi?" ragu Jemy ketika berjalan mengikuti Adam yang mulai masuk ke dalam pulau."Kita harus mencari tahu, Karena aku tidak mau mereka yang lebih dulu menemukan kita dan tetaplah di belakangku.""Seharusnya ada tanda-tanda jika ada manusia yang tinggal di sekitar sini.""Kau benar." Adam mengambil bekas batok kelapa di depannya mengunakan ujung tombak."Kau lihat, hanya manusia yang bisa membelah kelapa seperti ini."Jemy mengangguk tegang menyaksikan batok kelapa yang ditunjukkan Adam. Jelas sekali jika kelapa tersebut dibelah dengan benda tajam yang cukup besar, mungkin sejenis parang. Jadi siapapun mereka yang juga tinggal di pulau ini, yang jelas
Adam benar-benar mengambil bahan bakar dari kapalnya untuk mengisi lapu tempel yang kemarin di bawa Jemy dari gubuk nelayan. Adam juga membawa beberapa barang lain termasuk kotak peralatan mandi, ada sabun cair dalam botol sampo pasta gigi dan serta sikatnya. Walau sudah lama terendam air tapi sepertinya barang-barang tersebut masih bisa di gunakan."Apa tidak ada sisir? " tanya Jemy penasaran dan adam hanya menggeleng di sambut wajah kecewa gadis itu."Kupikir kau butuh ini." Adam menunjukkan cermin."Oh tidak, aku tidak mau bercermin!" Jemy memang memiliki ketakutan tersendiri untuk melihat wujudnya sendiri. Mungkin karena dulu dia sudah terbiasa tampil sempurna dengan detail tapi sekarang bahkan menyisir rambut pun dia kesusahan."
Jemy masih memandangi foto sepasang anak-anak laki-laki dan perempuan dalam bingkai kayu yang dihiasi cangkang kerang. Sudah seharian ia berdoa agar rakitnya bisa di temukan. Karena Harapan Jemy dan Adam memang hanya tinggal pada rakit tersebut. Jemy berjanji akan mencari kedua anak-anak itu jika dirinya nanti bisa pulang. Karena menurutnya, mereka berhak tahu jika tetap dicintai, bukannya ditinggal pergi dan di telantarkan.Jemy kembali menyentuh pelan foto kedua anak-anak itu dan tanpa sadar air mata menetes dari masing-masing sudut matanya. Jemy takut, sangat takut jika nasibnya akan berakhir sama dengan nelayan yang harus kehilangan seluruh kesempatan untuk melihat anak-anak tumbuh besar. Mungkin Jemy juga tidak akan pernah bisa lagi melihat Erica, dia tidak akan bisa melihat ayah dan ibunya menua. Selama ini Jemy lebih suka menghindari pikiran seperti itu karena tahu jika putu
Setelah malam sempat hujan, matahari kembali cerah sejak pagi. Jemy mencuci dan menjemur semua pakaiannya dan milik Adam, kemudian dia sendiri ikut berjemur di atas pasir. Adam yang baru kembali dari berenang di pantai ikut menyusul berbaring di sampingnya. Mereka sama-sama menikmati langit yang sedang biru cerah dengan awan tipis dan burung-burung camar yang beterbangan di atas mereka. Pagi hari adalah waktunya mereka berkicau dengan ribut berebut ikan dan pasangan."Aku ingin menikahimu," kata Adam tiba-tiba ketika meraih tangan Jemy yang berbaring di sampingnya."Aku tidak tahu bagaimana caranya menikah di tempat seperti ini. Aku bahakan tidak tahu apa gunanya pernikahan, karena tidak ada yang peduli kita menikah atau tidak.""Aku tetap ingin menikahimu dan biarkan burung cama
Jemy harus segera menyelesaikan semua email penting yang harus ia kirim pada partner bisnisnya, tapi dia terpaksa menyudahi semua pekerjaannya. Ketiga jagoan kecilnya tidak mau berhenti bertikai di atas sofa, melompat ke sana kemari saling melempar bantal dan menembakkan senjata mainan.Membesarkan tiga anak laki-laki super aktif memang pekerjaan yang luar biasa."Bisakah kalian berhenti dulu anak-anak, ini sudah waktunya makan siang."Tapi tak satupun yang menghiraukannya. Mereka bertiga masih melompat bersembunyi dan menembak layaknya tentara dalam medan pertempuran."Oh, ayolah anak-anak ini serius, kalian harus berhenti bermain dulu untuk makan!"
Jemy agak merinding, menarik selimut dan beringsut lebih dekat untuk memeluk Adam. Tapi kenapa tempat yang ia raba kosong, dia tidak ada di sana.Jemy langsung terkesiap dan terbangun. Kondisi kamar masih gelap sebelum kemudian ia segera menyalakan lampu.Adam memang tidak ada di kamar padahal ini masih larut tengah malam."Adam.... " panggil Jemy pelan, ia pikir Adam mungkin cuma ke toilet tapi ternyata tidak ada siapa-siapa. Jemy membuka pintu toilet dan kosong.Rasanya tidak mungkin Adam keluar tengah malam begini dan meninggalkannya seorang diri."Adam... " Jemy coba memangil lagi sambil berjalan keluar dari kamarnya.Baru ia sa
Jemy berbaring di bawah naungan gubuk mereka melihat ke langit-langit atapnya yang sudah kering dan keriput sehingga sinar matahari menembus ke lantai tempatnya berbaring."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Adam yang baru kembali dari menombak ikan."Lihat aku menangkap ikan kesukaanmu apa kau mau." Adam menangkap ikan karena dua minggu ini Jemy seperti mulai kehilangan nafsu makan."Adam apa kau tidak mau mandi di laguna?" Jemy malah minta yang lain."Apa kau mau mandi ?" Adam ikut naik ke atas gubuk mereka untuk menaungi wanitanya yang masih berbaring dan hanya mengenakan gaun tipis agak longgar karen cuaca sedang sangat panas dan tidak terlalu berangin."Kau bau ikan," protes Jemy mendorong dada Adam ketika pria itu hendak merunduk untuk menciumnya."Aku memang ikan lumba-lumba yang suka mengelilingi pinggangmu."Adam mulai menggelitik
Sepertinya cerita Adam semalam justru malah membuat Jemy mendapat mimpi buruk. Pagi-pagi dia sudah kembali menggoncang-goncang tubuh Adam yang masih tidur. "Ada apa? " tanya pria itu menggeliat malas. "Bagaimana dengan bayinya? " "Oh... "Adam malah kembali menggeliat dan memeluk pinggang Jemy untuk diajak tidur lagi. "Aku serius, Adam. Bayinya laki-laki atau perempuan dan apa dia masih hidup? " "Bayinya perempuan, " gumam Adam masih malas untuk menanggapi dan malah merapat ke pinggang istrinya. "Ayo lanjutkan ceritanya aku penasaran? " Adam tidak tahu bagaimana Jemy bisa beg
Setelah semua orang pergi pulau kembali sepi hanya ada mereka berdua dan para burung camar. Jemy duduk di batang kayu sambil melihat Adam yang sedang kembali menguji kemampuannya menombak ikan. Nampaknya dia menjadi payah setelah beberapa bulan cuma makan makanan yang sudah siap tersaji di piring lengkap dengan sendok dan garpu yang juga selalu mengkilat.Jemy tertawa sendiri melihat Adam dari kejauhan, pria itu terus mengumpat setiap kali gagal menombak ikan berulang-ulang. Pertama dia memaki burung camar yang lebih dulu menyambar ikan yang sudah pelan-pelan dia incar. Kedua seekor camar mengambil ikan tangkapannya ketika Adam sedikit lengah. Ke tiga Adam melempar tombak kayunya ke arah camar lain yang sedang nangkring di atas batu cadas, niatnya untuk membalas dendam tapi meleset dan justru ujung tombaknya patah. Adam cuma kembali mengumpat kesal dan menyerah menghadapi para camar. Padahal Jemy pikir mereka akan akur setelah lama tidak bertemu tapi t
Jemy baru terbangun ketika samar-samar mendengar suara keributan di luar. Adam sudah tidak ada di sampingnya. Jemy meraih jam kecil di atas nakas yang terletak tepat tempat di sebelahnya. Nampaknya ia memang bangun kesiangan, padahal biasanya Adam suka menggangunya jika bangun lebih dulu. Jemy turun pelan-pelan dari ranjang karena curiga sepertinya ada suara langkah kaki yang naik turun tangga. Jemy kenal suara langkah kaki suaminya dan tidak seberisik itu. Ia sempat meraih gelang karet di samping kalender untuk mengikat rambut sekenanya kemudian segera berjalan keluar dengan langkah pelan-pelan. Alangkah terkejutnya Jemy karena ketika ia baru membuka pintu kamar dia melihat Erica dengan gaun cantik dan langsung kaget menyapanya."Kau sudah bangun?" Bukan pertanyaan dia cuma terlihat heran dengan wujud adik perempuannya.
Setelah perjalanan dua hari akhirnya mereka benar -benar sampai di pulau dengan cuaca yang juga sedang sangat cerah. Mereka langsung di sambut oleh para camar yang beterbangan di angkasa dan sebuah rumah pantai yang entah sejak kapan sudah berdiri di sana. Jemy masih tercengang dengan luar biasa menyaksikan rumah kayu cantik yang berdiri tidak jauh dari pantai itu."Apa kau yang membuatnya?" Jemy langsung menoleh pada Adam yang masih menepikan kapalnya."Bukan aku, itu untukmu dari Treehouse Masters."Jemy kembali ternganga, " Dari mana kau tahu aku menyukai acara itu?"(Treehouse Masters adalah Acara TV mengenai pembuat rumah pohon profesional)Jadi Adam benar-benar menyuruh mereka
Jemy tidak tahu sebenarnya Adam tahu apa tidak jika dia juga sedang sangat menginginkannya sekarang. Setelah frekuensi bercinta mereka yang menggebu-bebu seperti kemari, tentu di acuhkan selama sehari saja efeknya akan sangat terasa. Tapi setelah mencoba beberpa kali dan tak dihiraukan Jemy jadinya juga ikut gengsi untuk jujur pada Adam. Padahal ia sangat ingin untuk sekedar didekati, Adam bahkan sudah tidak menciumnya sama sekali sejak kemarin. Mungkin jika tidak ingat mereka sedang berada di tengah lautan dan tidak memiliki tetangga pasti Jemy sudah curiga dan menuduh suaminya sedang coba berselingkuh.Jemy sudah meringkuk di dalam selimut ketika akhirnya Adam keluar dari bilik shower, dia juganmandi cukup lama dan entah apa saja yang pria itu lakukan didalam sana karena Jemy sampai jenuh menunggunya. Adam keluar hanya dengan memakai handuk yang cuma dia lilitkan rendah di pinggang. Pria itu langsung naik ke atas ranjang untuk mendekati wanitanya."Apa kau sudah tidu
Mumpung mereka sedang mendapat sinyal yang stabil, Jemy juga menghubungi RJ untuk bantu mengurus perusahaannya. Jemy tidak memiliki siapapun yang bisa ia percaya kecuali mantan bosnya itu. Setelah menyelesaikan semua urusannya dengan RJ sebenarnya Jemy berniat untuk menghubungi Tara tapi Adam tidak mengijinkannya."Biar Erica yang menyelesaikannya.""Sampai kapan kau akan terus cemburu padanya?""Aku tidak suka kau masih berhubungan dengannya.""Kau benar-benar tidak masuk akal, Adam!""Kau hanya boleh memikirkanku!" tegas Adam yang sudah kembai mematikan ponselnya.Bukannya takut Jemy malah tertawa. "Kau tidak bisa menyaring