Share

BAB 5 YATIM

Tahun ini Tara dan Mina mendapatkan santunan dari desa, mereka di beri sepasang kambing untuk di pelihara agar nanti bisa beranak dan menjadi banyak. Tara sudah biasa di anggap miskin tapi dia benar-benar belum biasa jika disebut sebagai anak yatim. Apalagi ketika dirinya harus membantu Mina naik keatas panggung dengan kerepotan untuk menerima santunan bersama anak-anak yatim lainya yang juga berbaris di atas panggung. Semua mata seperti sedang tertuju pada adik perempuannya, kemudian pada saling berbisik untuk membicarakan mereka. Meskipun banyak yang prihatin dan bersimpati tapi sungguh Tara tetap tidak suka adiknya seperti menjadi tontonan menyedihkan seperti itu.

Tara bahkan cuma diam saja ketika ibu dan adiknya begitu gembira membawa kambing mereka pulang. Sebenarnya Tara juga tidak tahu harus mereka taruh di mana kambing tersebut. Karena rumah yang mereka tempati saja cuma sebuah gubuk kecil tidak lebih baik dari kandang kambing. Jadi Tara cuma mengikat kedua kambingnya di batang pohon dan kebetulan malam itu malah turun hujan. Tara jadi takut jika kambing mereka akan mati sebelum sempat beranak. Tara benar-benar jadi tidak bisa tidur memikirkan kambing mereka yang sedang kehujanan di luar, sesekali dia mengintip dari jendela dan sedih melihat kedua kambingnya meringkik kedinginan.

Sebenarnya Tara sering melihat kambing-kambing di sekitar pabrik yang malah dibiarkan hidup berkeliaran liar di jalanan. Karena lingkungan padat penduduk di sekitar pabrik, kebanyakan kambing-kambing di sana juga tidak bisa menemukan rumput atau daun lagi untuk mereka makan. Kambing-kambing yang dibiarkan liar itu mulai memakan apa saja yang ditemuinya entah itu kertas atau pun sampah plastik. Tentu Tarra tidak mau memelihara kambing seperti itu, meskipun sebenarnya dia juga tidak terlalu mengerti bagaimana harus memelihara kambing.

Keesokan harinya sang paman datang karena mendengar keponakanya mendapatkan sepasang kambing. Paman Tara membuatkan kandang kecil untuk berteduh kambing mereka di sebelah rumah, dan berpesan pada Tara untuk rajin membersihkan kotorannya dan membuatkan api untuk menghangatkan mereka ketika musim hujan.

Mulai saat itu setiap sore Tarra akan menyiapkan stok dedaunan untuk kambing mereka dan memberi tugas kepada Mina untuk memberinya makan. Akhirnya ada baiknya juga mereka memiliki kambing, Mina jadi memiliki kegiatan dan merasa memiliki teman walaupun cuma sepasang kambing. Karena belakangan ini Tara juga semakin sibuk bekerja dan tidak memiliki waktu untuk menemani adiknya.

Setelah ayahnya hilang, sekarang Tara harus bekerja lebih keras sebagai tulang punggung keluarga, padahal saat itu usianya baru empat belas tahun. Tapi karena badannya yang lebih tinggi dari anak-anak seusianya jadi orang-orang mau memperkerjakannya di pelabuhan sebagai kuli panggul.

Kebetulan musim ikan sedang ramai, Tara selalu ikut senang ketika musim ikan ramai seperti ini, karena dia jadi bisa ikut mengais rejeki di dermaga. Hari itu cuaca sedang agak gerimis Tara bantu mengangkat keranjang ikan dari sampan untuk dinaikkan di dermaga. Tara baru hendak mengangkat keranjang yang baru dia isi terlalu penuh ketika ia malah  terpeleset dan jatuh dengan posisi tangan tertindih keranjang dan terjepit sampan. 

Pamannya yang saat itu juga sedang menimbang ikan di dermaga langsung melarikan Tara ke puskesmas terdekat. Tapi karena tulang lengannya patah jadi pihak puskesmas tidak bisa menangani dan hanya memberikan rujukan untuk di bawa ke rumah sakit.

Karena mereka tidak punya uang untuk membawa Tara ke rumah sakit, jadi dia hanya di bawa ke tukang urut yang kabarnya juga bisa cepat mengembalikan tulang yang patah.

Seharian itu ibu Tarra terus menangis melihat putranya yang terbaring tak berdaya dengan tangan patah. Dia sangat taku jika putranya itu sampai cacat karena mereka memang tidak memiliki biaya untuk berobat.

"Dia tidak apa-apa dan lengannya akan kembali pulih." Kata kakak laki-lakinya coba untuk menghibur. "Kemarin temanku bahkan kakinya patah dan segera kembali bisa melaut hanya selang dua bulan setelah dibawa kesini."

"Iya, tulang putramu juga masih muda akan segera tumbuh dan pulih kembali."

Semua orang coba menghibur ibu Tara, karena walau masih anak-anak semua orang  tahu jika Tara juga merupakan tulang punggung keluarga setelah ayahnya tidak ada. Apa lagi dia juga masih harus mengurus saudarinya yang cacat. Tapi Tara sendiri malah kelihatan lebih tabah dibanding ibunya. Tara sama sekali tidak tidak merengek atau mengeluh sama sekali dengan rasa sakitnya meskipun tadi sempat berteriak ketika lengannya di urut dan ditarik tiba-tiba hingga menimbulkan bunyi bergemeletuk yang pastinya sangat sakit luar biasa.

"Aku tidak apa-apa, Bu. Sekarang rasanya sudah tidak sesakit tadi." Tara ikut berusaha menghibur ibunya meskipun masih sambil meringis.

 Tangan Tara sekarang sudah disangga dengan sebilah papan kayu kecil dan dibebat perban agar lurus dan  tidak bergerak lagi tulangnya. Tara hanya disarankan untuk tidak banyak mengerakkan lengannya dulu jika ingin cepat sembuh. Saat itu Tara belum tahu jika kecerobohan sepelenya hari itu lah yang kelak akan menanggalkan seluruh cita-cita dan harapan ayahnya untuk bisa menjadi Tentara.

Note:

Mengenai kambing yang dibiarkan liar memakan kertas dan sampah plastik di lingkungan pabrik itu benar-benar nyata adanya dan entah seperti apa isi usus mereka.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
oh taraaaaaa.... huhuhuhu
goodnovel comment avatar
Zain losta masta
gaya penulisannya bagus. saya tertarik untuk terus membacanya.
goodnovel comment avatar
Marlhee
apa cuma aku yg lebay ato BAPER. kok dr awal sampe di sini hujan kok terasa lebat di kelopak mataku😭😭😭
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status