Share

Bab 74

Penulis: Tha Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mau ngapain Tony! biarin aja jangan di buka, aku males ladeninnya," ucap Adelia.

Cindy kembali duduk karena Adelia tidak mau menemui Tony. Ponsel Adelia berdering, tertera nama Tony di layar ponselnya, berulang kali menelpon namun Adelia abaikan, malah ponselnya ia posisikan terbalik, panggilan masuk nada bergetar, karena kalau ia matikan takutnya Bagas yang menghubunginya atau si bapak yang punya tanah, karena hari ini memang pengesahannya, untuk perijinannya sudah di legalkan. Ponsel sudah tidak beegetar lagi, Adelia meraih ponselnya dan melihat hampir lima belas panggilan tak terjawab dan sepuluh pesan masuk, tanpa ia baca langsung ia hapus, lalu menyimpan kembali ponselnya ke meja.

"Aku mau tidur dulu ya guys, badan lelah sekali dan mata sudah nggak kuat lama - lama terjaga, nanti siang tolong bangunkan, kita langsung ke tempat si bapak pemilik tanah." Adelia melangkah menuju ranjang.

"Oke, istirahat saja, kalau Tony sampai ketuk pintu lagi kita abaikan saj

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Adriana Bunga
tambah byk poin baca dong.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 75

    "Maaf bukan begitu maksud saya, sekali lagi maafkan saya, kalau saya lancang, tapi sebagai manager room service, saya kira saya wajib tahu juga, untuk menghimbau pegawai lainnya agar bisa lebih berhati - hati dalam sikap dan tutur kata, tidak ceroboh seperti Bagas.""Dia tamu VIP namanya Tony Harsen, tamu tetap hotel, itulah kenapa saya ingin Bagas lebih baik dipecat saja, itu juga setelah saya berpikir panjang, hotel sangat mengutamakan kenyamanan tamu, apalagi tamu tetap, saya tidak ingin hotel kita di cap jelek, karena memiliki pegawai yang memiliki kinerja buruk dalam pelayanan kepada tamu.""Iya Pak, kalau begitu saya permisi, untuk mengurus surat pengajuan pemecatan Bagas, mari Pak?" Sandi melangkah keluar ruangan Raymond.Setelah di ruangannya, Sandi menelpon Ali sesuai himbauan Raymond, karena bagaimnapun Sandi tidak mau harus memecat pegawainya, hanya karena aduan sepihak, walau dirinya merasa bingung juga kalau tidak menjalankan perintah Raymond pasti

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 76

    "Tetap saja Pak, saya takut, kalau Pak Raymond atasan tertinggi disini, siapa yang berani menyenggolnya, andai ketahuan menerima uang dari Pak Tony, kalau saya masih anak bawang, bisa - bisa saya di out dari sini.""Sudah terima saja, buat traktir isteri dan anak Pak Sandi, saya tidak akan bicara kepada siapapun termasuk Raymond, dan soal saya ngasih uang sama Raymond keep silent, okay, saya tidak enak kalau Pak Raymond sampai tahu kalau Pak Sandi mengetahuinya.""Baiklah, terima kasih Pak, pasti isteri dan anak saya senang karena mendapat uang sebanyak ini, bisa untuk beli beras setahun, soal Pak Raymond, tenang saja saya tutup mulut." Dengan tangan memperagakan mengunci mulutnya."Pak Sandi...Pak Sandi, suka bercanda, saya terhibur sekali, padahal saya tadi sedang badmood karena adik saya.""Syukurlah kalau Pak Tony senang mengobrol dengan saya, saya juga senang mengenal Pak Tony, sudah tampan, baik dan pengusaha muda yang sukses, oh iya Pak, boleh tida

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 77

    Setibanya Sandi di ruangan room service, ia melihat Ahmad sedang berbicara dengan Bagas, sepertinya Ahmad sudah menyampaikan apa yang ia utarakan di telepon dan memberi arahan kepada Bagas untuk bisa menerima semua keputusan pihak HRD, tentang pemutusan hubungan kerjanya, sekaligus memberi wejangan yang bersifat membangun bagi Bagas, bilamana bekerja kembali di tempat lain, Sandi melangkahkan kakinya mendekati Ahmad dan juga Bagas yang sepertinya sudah selesai berbicara, Ahmad berdiri dari duduknya melihat Sandi sudah berada di belakang Bagas yang sedang duduk di depan mejanya, seraya memberi salam kepada Sandi, Bagas pun ikut berdiri, Sandi meminta Ahmad dan Bagas untuk duduk saja."Bagas, jangan berkecil hati ya, jujur saya menyukai cara kerja kamu, ulet dan pandai bersosialisasi dengan para tamu, sehingga tamu merasa puas dengan pelayanan kamu, tapi saya hanyalah sebagai manager divisi room service, yang mana wewenang saya terbatas, saya harap kamu memaklumi dan tetap bers

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 78

    "Ayah!" Suara Adelia cukup kencang, mencoba menghentikan ucapan ayahnya yang begitu saja menghina Bagas."Kamu diam! Ayah tidak pernah mengajarkan kamu untuk memotong pembicaraan, semenjak bergaul dengan orang ini, kamu jadi pribadi yang jelek, tidak usah mencoba membela dia." Menunjuk wajah Bagas, dengan tatapan tidak suka."Tapi Bagas tidak seperti yang Ayah pikirkan, dia itu..."Bagas langsung menyambar ucapan Adelia. "Saya salah Om, maaf, kalau begitu saya permisi, jangan marahin Adelia, dia tidak salah.""Jelas kamu salah, ingat jangan pernah menemui anak saya lagi!"Bagas hanya diam, tidak menjawab perkataan Danu, memilih diam itu lebih baik baginya.Adelia hanya menatap Bagas, dengan beribu pertanyaan, karena Bagas seakan tidak ingin dirinya mengatakan hal sebenarnya, Adelia hanya ingin menjaga harga diri Bagas di hadapan semua orang saat ini. Bagas berjalan menuju pintu keluar, terlihat olehnya Tony yang tersenyum puas.Adelia

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 79

    Adam mulai menjelaskan prihal rencananya untuk mengundang semua pengusaha kelas atas, termasuk relasi bisnis dari Amerika, Jerman dan India, sebagai tamu undangan di acara perayaan tempat wisata yang di bangun dibelakang hotel, karena selama tempat wisata telah dibuka, belum diakan perayaan, dikarenakan Bagas yang memang langsung menjalankan amanah nenek Sasmita. Bagas menyetujuinya dan meminta Adam untuk mengatur semuanya secara rapi, Bagas akan tampil sebagai pemilik sebenarnya Hotel Arimbi dan Holding Company Ivander yang memiliki cabang dimana - mana dan bergerak dalam berbagai bidang bisnis, untuk di dalam negri dan luar negri, memang para pengusaha yang bekerja sama dengan Company Ivander sudah mengetahui bahwa Company Ivander di kelola oleh penerus Irfan Ivander, namun Bagas belum pernah menampakan dirinya, semua hal di urus oleh Adam, sesuai intruksi Bagas. Acara tidak sembarang orang bisa menghadiri, Hanya tamu - tamu yang memiliki undangan, dengan undangan khusus perayaan

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 80

    Satu hari sebelum acara perayaan wisata Hotel Arimbi dimulai, Samuel dan Tony sudah datang dan memesan kamar, mengantisipasi keterlambatan, memperhitungkan jarak dan kemacetan yang sering terjadi, bukan hanya mereka beberapa tamu undangan lainnya pun melakukan hal sama."Ton, besok kamu jangan sampai bangun terlambat? nanti saat ketemu Pak Adam bersikaplah ramah dan ucapkan terima kasih, karena mengijinkan kamu ikut serta, awalnya beliau hanya memberi satu undangan, untuk Ayah saja, tapi Ayah menerangkan kalau kamu sebagai penerus keluarga Harsen, setidaknya harus ikut, sehingga Pak Adam memberikan undangan tambahan untuk kamu, kita sudah di istimewakan, karena tamu lain hanya satu undangan mewakili nama perusahaan, mungkin karena ikatan kerja sama yang terjalin, kamu harus bisa meraih peluang yang baik, karena acara ini akan dihadiri para pengusaha kelas atas, dekati Pak Adam juga," ucap Samuel."Iya Yah, Tony tidak akan mengecewakan Ayah, Ayah tenang saja, untuk soal

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 81

    Setelah Adam selesai memberi sambutan, ia kembali ke mejanya, sementara untuk pertemuan dengan pemilik utama yang Adam utarakan, nanti setelah makan siang, pembawa acara langsung mengambil alih acara dan meminta para musisi memainkan musik klasik untuk menghangatkan suasana, Raymond segera melangkah menghampiri meja Samuel dan Tony.Samuel terlihat tetap dalam mode diam, karena penuturan Adam membuatnya terlihat tidak nyaman berada di acara tersebut, namun untuk langsung pergi itu tidak mungkin, mengingat banyaknya para pengusaha yang ia kenal, Samuel mencoba menenangkan dirinya dan tetap tidak memberitahu Tony alasan perubahan mimik wajah dan sikapnya yang tiba - tiba. Tony merasa penasaran dan cemas, namun ia tidak berani harus medesak Samuel berbicara. Raymond yang sudah berada di depan meja mereka segera menyapa dengan hormat."Permisi Pak Samuel," sapa Raymond seraya tersenyum ramah."Iya, ada apa?" Samuel menjawab dengan nada datar, karena suasana hatinya

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 82

    "Ternyata anda masih mengenali saya." Bagas menatap Samuel dengan sorot mata kebencian."Anda, hahahahaha." Sameul tertawa mendengar panggilan Bagas kepadanya, seraya tersenyum kecut. "Apakah Irfan tidak pernah mengajarimu sopan santun.""Diam! disini hanya ada anda dan saya, jangan bawa - bawa ayah saya yang sudah tenang di alam sana." Bagas mengepalkan tangannya, rasanya ingin sekali memukul wajah Samuel yang terlihat menyebalkan baginya."Saya lupa kalau Irfan sudah meninggal, lalu kamu mau apa? tidak perlu mengancam saya hanya untuk bertemu, kamu sudah bertemu dengan Kaila, mengapa tidak minta dia menyampaikan pesan kamu untuk kita bertemu, setidaknya, bertemulah di tempat yang lebih terhormat, bukan di toilet, selera kamu payah Bagas.""Tempat ini cocok untuk orang seperti Anda, saya tidak pernah mengancam, tapi akan saya buktikan, keluargamu akan hancur, dimulai dari Tony.""Ini antara kita berdua mengapa kamu bawa - bawa keluarga saya, Tony

Bab terbaru

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 159

    “Adelia, kamu marah sama aku?” tanya Bagas menatap Adelia yang sedang sibuk dengan ponselnya.“Enggak,” ucap Adelia singkat, tanpa menatap Bagas.“Kita baru saja baikan, masa harus berjarak lagi, sini duduknya, dekat aku.”“Iya nanti,” tetap menunduk fokus dengan ponselnya.Cindy hanya menggelengkan kepala, melihat Adelia yang sebenarnya jelas ketara kalau sedang cemburu gara – gara tamu wanita yang sebenarnya tidak perlu di besar – besarkan masalahnya, karena Bagas sudah dengan tegas menolak kehadiran mereka.Sinta berjalan dengan perlahan menuju ruang tamu, di ikuti tamu yang bukannya di suruh pergi namun di bawa masuk oleh Sinta. Bagas menatap kearah tamu, bibirnya mengulas senyum, baru saja akan membuka mulutnya untuk menyapa mereka, salah satu dari tamu memberi isyarat menempelkan jari telunjuknya ke bibir, sebagai tanda untuk jangan bersuara, begitu juga Cindy untuk jangan bersuara dan tetap tenang seperti sebelumnya. Salah satu tamu wanita menyapa Bagas dengan sedikit manja.“

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 158

    Adam sudah berada di kamar Bagas, memapah Bagas duduk di kursi ruang tamu kamar. Adam duduk di depan Bagas mendengarkan dengan wajah serius.“Om, saya belum memberitahu Adelia tentang si pengemudi tersebut, saya hanya takut perkataan saya akan membuat Adelia merasa tidak nyaman, bahwa orang itu adalah Angga, mantan tunangannya, saya baru berbaikan sama Adelia, tidak ingin merusak suasana hatinya, Om belum memberitahu Adelia, kan?”“Selamat Tuan Muda, saya sangat senang mendengar Tuan muda dan Adelia sudah berbaikan. Saya belum bertemu dengan Adelia, setelah mengurus Angga dengan pihak yang berwajib, saya langsung menemui Tuan Muda.”“Syukurlah kalau Adelia belum tahu, saya takut Adelia salah paham harus tahu dari Om dan bukan dari saya, yang jelas – jelas tadi kita berbicara di telepon, Adelia juga pasti menyadari kejanggalan tatapan saya tadi, hanya saja mencoba percaya dengan apa yang saya katakan, seperti tidak ingin merusak suasana hati saya. Saya yang akan memberitahukan langsung

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 157

    Setibanya di kamar hotel. Syamsul menurunkan Bagas dengan hati – hati untuk berbaring di kasur. Adelia dengan sigap segera mengambil air hangat dan lap kering, membasuh luka – luka Bagas dengan perlahan. Tidak berapa lama Dokter Anwar sudah tiba di kamar Bagas dan segera memeriksa luka – luka Bagas, serta memberikan obat Pereda sakit. setelah selesai mengobati luka – luka Bagas, Dokter Anwar pamit untuk pulang, diantar Syamsul sampai ambang pintu.“Lebih baik kamu istirahat dan minum obatnya, biar nggak demam, aku balik ke ruanganku lagi, ya?” tukas Syamsul.“Terima kasih, Syam.”“Iya, lekas sembuh. nanti aku ke sini lagi sama Heni dan Winda, sekalian nginep nemenin kamu.”"Iya."Syamsul pamit kepada Adelia, Sinta dan Cindy, segera meninggalkan kamar Bagas menuju ruangan kerjanya.“Del, ayo balik kamar, Bagas butuh istirahat,” ucap Sinta.“Kalian balik saja duluan, aku masih ingin disini,” tukas Adelia.Sinta dan Cindy saling tatap, mendengar ucapan Adelia. Cindy memberi kode dalam is

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 156

    Bagas menghelas napas Panjang dan menghembuskannya perlahan, diletakannya kembali es milo disebelahnya. Membuka kedua tangannya, merasakan tetesan air hujan yang turun perlahan di kedua telapak tangannya, pandangan matanya lurus kedepan, bibirnya tersenyum dalam kesedihan.Sementara di kafe tempat Adelia bersama kedua temannya tidak ada lagi perbincangan, ketiganya saling membisu, seakan larut dalam alunan musik yang mengiringi rintik hujan, gemericiknya seakan menyatu dalam suasana saat itu. Mata cindy tidak sengaja beberapa kali memergoki Adelia yang menengok terus ke arloji.“Adelia, temui saja Bagas,” ucap Cindy.“Maksudnya?”“Del, aku sudah mengenal kamu sangat lama, aku tahu saat ini kamu sedang gelisah. Sudahlah, Del jangan ikuti ego kamu, jangan sampai semuanya terlambat kamu mengerti dan pada akhirnya kamu yang akan menyesal.”“Aku masih belum menemukan jawaban dari keinginanku sendiri, pastinya Bagas juga sudah pergi. Di luar hujan, nggak mungkin dia terus menunggu kedatanga

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 155

    Mentari pagi bersinar sangat terang, menyinari bumi yang basah akibat hujan semalam. Adelia bersama kedua sahabatnya sudah duduk santai di warung seberang hotel, menikmati sarapan ditemani secangkir es milo racikan si pemilik warung yang nikmatnya tiada duanya, bagi mereka.Mereka membahas prihal ACSMart yang akan membuka cabang lagi di Surabaya, setidaknya ada Reni dan Susi yang bisa di singgahi dan diajak kumpul – kumpul di kala kunjungannya nanti. Rencananya minggu depan mereka akan terbang ke Surabaya, mencari lokasi yang cocok dengan usaha mereka. Mereka bertiga memang berencana dari jaman dulu, membuka usaha bersama. Mendirikan usaha di berbagai kota, agar mereka bisa sekalian traveling juga.“Cin, untuk lokasinya, kita minta bantuan Susi atau Reni saja, mereka lebih hapal daerah sana. Tempat yang ramai tapi belum terlalu banyak pesaing dalam usaha kita,” ucap Adelia.“Boleh, tuh. By the way. Susi dan Reni pada kemana, ya? Aku kirim pesan belum di balas.”“masih tidur, kayaknya!

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 154

    Adelia sudah berada di dalam kamar hotel, menyimpan sebuket bunga di meja sebelah televisi, diraihnya secarik kertas yang menyelip di tengah – tengah hiasan bunga.Adelia berjalan menuju kursi, duduk dengan menyilangkan kakinya, perlahan tanganya membuka secarik kertas tersebut.***Tahukah kamu…hari – hari yang kulalui, ‘Kesedihan dan kehampaan’.Tahukah kamu…berapa berat waktu yang kulalui, ‘Rindu dalam diam’.Tahukah kamu…Kesedihan, Kehampaan, dan Rindu, mengikat hatiku dalam namamu, ‘Adelia Maheswari’.Betapa bodohnya aku, mengatakan semua ini setelah menyakitimu sangat dalam.Aku datang bukan untuk memintamu memahamiku, tentang betapa rapuhnya aku tanpamu,Tapi, untuk cinta dan masa depan kita,Karena aku datang bukan untuk pergi, ingin menetap selamanya, sebagai rumah yang nyaman.Dan aku tahu, cinta tidak bisa dipaksa, begitu juga hatimu.Aku Tunggu di tempat pertama kali kita bertemu, di waktu yang sama.Entah menjadi saksi bisu yang sama atau saksi bisu tentang luka untukku.

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 153

    Malam kian beranjak, hanya suara rintik hujan yang menemani kesunyian. Bagas memandang langit dari balkon kamarnya, tiada bintang, terselimut awan hitam pekat. Bagas begitu mendambakan kehadiran sosok Adelia, hatinya pilu membaur bersama kerinduan yang kerap menyelimuti setiap detak napasnya, mengalun dalam irama tak betepi, begitu dekat namun seakan jauh, karena Adelia seakan menutup jalan untuknya.Beberapa kali Bagas melihat layar ponselnya, pesan yang dari siang ia kirim kepada Adelia tiada kunjung balasan, hidupnya seakan terasa hampa.Bagas melangkah masuk ke dalam, duduk menghadap televisi yang terpampang lebar, pandangannya terus menatap layar televisi, dalam batinnya, ‘Hitam pekat membentang, seperti rusak tidak bergambar, hanya memantulkan sosok yang menatapnya’. Bagas terdiam seketika, seakan sedang berpikir dengan ucapannya.Wajahnya yang suram kembali tersenyum, batinnya kembali berkecamuk, ‘Bodohnya aku, sampai harus menyerah begitu saja, hanya karena sikap Adelia yang c

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 152

    Setelah hampir tiga jam berada di rumah Heni, mereka berlima segera pamit untuk pulang. Danu sudah menghubungi Adelia, dikarenakan akan segera kembali ke Jakarta.Setibanya di hotel. Danu sudah menunggu Adelia di lobi hotel, dengan pakaian rapi, menenteng koper kecil di tangan kirinya.“Adelia, Ayah harus segera pulang. Ayah akan menghadiri rapat tentang hasil kontrak kerja baru dengan perusahaan Ivander Group yang sudah di Acc, sekaligus menyusun anggaran dan rancangan kerja bersama para staf Ayah. Adelia pulang bersama Sinta dan Cindy, ya? Atau mau beberapa hari di sini juga Ayah tidak keberatan, nanti Ayah yang bicara sama Ibu. Ayah juga sudah berbicara dengan Bagas, soal kamar yang kamu tempati, apabila kamu masih ingin di sini.”“Soal kamar, Adel bisa cek-in sekarang, tidak enak sama Bagas harus menginap gratis sampai beberapa hari.”“Bagas tidak keberatan! Kamu nggak usah mempermasalhkannya. Jangan menolak kebaikan seseorang. Nikmati saja waktumu, setelah melalui hal tidak menge

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 151

    Bagas sudah berada di kamar hotel. Merebahkan badannya yang terasa lelah, matanya terus menatap foto Adelia di ponselnya. Satu notif pesan masuk, tertera nama Cindy. Bagas segera membuka pesan tersebut, dengan cepat membalas pesan Cindy. Bagas memandang langit – langit kamar hotel, bibirnya mengulas senyum ceria. Berguman lirih, ‘Setidaknya orang – orang yang dulu membenciku, kini mau mendukungku untuk kembali kepadamu, Adelia Maheswari. Semoga kamu bersedia membuka jalan untukku, menuju hatimu, aku janji, tidak akan membuatmu menangis lagi’. Perlahan mata Bagas mulai meredup dan melabuhkan diri dalam peraduan mimpi.Keesokan harinya, tepat pukul delapan pagi. Bagas bergegas menuju taman belakang hotel untuk menemui Cindy dan Sinta.“Maaf, sudah menunggu,” ucap Bagas yang masih ngos – ngosan mengatur napasnya, setelah berlari menuju taman belakang.“Santai saja, kita juga sambil menikmati udara pagi,” tukas Sinta.“Kalian sudah sarapan?” tanya Bagas.“Belum.” Sinta dan Cindy menjawab

DMCA.com Protection Status