Hasutan Nek HanbakSetelah sekian lama menghilang dan berhasil memulihkan kondisi internal tubuhnya yang terluka. Akhirnya, Nek Hanbak kembali menampakkan diri di Istana Batu, Coral Kastil. Kedatangannya kali ini, tentu saja mengemban tugas khusus dari Manik Coban. Tubuh renta itu terseret perlahan menuju kediaman Sophia. Ada sedikit cemas menerpa relung wanita bungkuk itu, namun, mengingat betapa penting tugas yang dibawanya saat ini, takkan membuat surut langkah seorang Nek Hanbak. Bagaimanapun, dirinya dulu adalah salah seorang ksatria yang tanpa tanding di masanya.“Putri, Nek Hanbak meminta izin untuk menghadap!” Salah satu dayang penjaga istana Coral Kastil memasuki ruangan. Tampak Putri Sophia sedang duduk di salah satu kursi ukir mahoni sembari memegang sebilah pedang berwarna hijau zamrud. Begitu lentiknya, jari-jari itu memanjakan pedang panjang di genggamannya. Menyatu bau dengan campuran minyak duyung selatan dan darah beruang merah yang mengisi setiap guratan halus perm
Pohon PelangiApakah kalian pernah mendengar tentang pohon pelangi? Ya. Pohon itu bernama Pohon Eucalyptus Pelangi. Di sudut tersembunyi dimensi yang terdapat di salah satu bagian hutan Ranting Sembah, tumbuh menjulang di antara rerimbunan jenis pepohonan, eucalyptus pelangi, atau pohon kebijaksanaan. Gradasi warna memancar mulai dari akar pohon hingga pucuk tertingginya. Begitu indah. Setiap tetesan getah berproses membentuk lapisan dan warna secara natural. Pohon ini disebut juga pohon kebijaksanaan karena gradasi warna yang ada melambangkan lapisan-lapisan hakikat. Konon, pohon ini dihuni oleh makhluk mistik bertaring macan tutul berbulu perak. Tetesan getah pertama yang keluar dari permukaan kulit melambangkan esensi dan energi si pohon. Berwarna hijau sebagai wajah kesuburan dan berganti biru sebagai simbol kedamaian dan ketenangan. Kesetiaan yang mengakar dan melindungi setiap makhluk yang bernaung di bawahnya.Setelah beberapa lama, lapisan berikutnya akan mengeluarkan esensi
KehilanganDaun eucalyptus bergerak liar seolah menarikan tarian perang yang baru dimunculkan dari pucuk bumi. Dan sosok makhluk keperakan itu menghentakkan sapuan angin yang menderu. Kasar, beringas dengan sorot mata menaklukkan.“Nanzu, cepat kau keluarkan pelindung kubah magma milikmu!” Tuba Lilin memimpin di depan para Ashokans dengan tombak besar di tangannya yang siap menggasing lawan. Pandangannya tajam dengan kesiapan mental yang mendekati sempurna. Tuba Lilin merasakan panggilan itu, keinginan melindungi dan menjaga lebih dari yang lainnya. Mungkin karena tampilan fisiknya yang jauh lebih kekar dan karena merasa usianya yang jauh lebih tua, membuatnya merasakan tanggung jawab lebih besar sebagai seorang Keke. Kini, para remaja Ashokans telah bersiap dengan senjata andalan mereka masing-masing. Mereka membentuk formasi empat roda bertahan. Tuba Lilin dan Minak Hijau di depan sementara Sunan Zunungga dan Pancah Ungu bersiap di sisi kanan kiri. “Nanzu?! Mana kubah magmamu itu
Jati Diri SophiaGunung Caracal terasa lengang. Wajah lain sebuah tempat di dimensi Lor yang angkuh. Di puncak sana berdiam sekian lama Manik Coban, pemimpin muda bangsa Lor sebelumnya. Sementara itu, Sophia yang mengikuti jejak pertemuan dengan Nek Hanbak justru malah terperangkap dalam perisai energi yang menaungi seluruh kawasan gunung Caracal.Langkahnya tertatih, seolah terikat oleh satu kekuatan besar yang mengungkung langkahnya. Jelas dirinya tak bisa kembali, melainkan harus terus bergerak. Entah apa yang akan dihadapinya di depan, yang pasti Sophia takkan pernah memaafkan siapapun yang telah memanipulasi dirinya. Termasuk Nek Hanbak, tak peduli meski wanita bungkuk itu adalah pelayan setia ibunya terdahulu. Sesuatu mengalir dan membuncah di tubuh dan mata hazel itu, amarah yang menggebu.“Wanita tua sialan! Lihat saja jika nanti aku keluar dari tempat ini. Aku akan membuat perhitungan denganmu, Nek Hanbakk!!!” Teriakan Sophia membahana di antara kayu-kayu kering penunggu pu
Agra KeempatWaktu itu…Ketika terjadi sergapan makhluk besar aneh di hutan pelangi, para remaja Ashokans yang tersisa benar-benar sangat panik. Mereka kehilangan sosok Tuba Lilin sewaktu terjadi serangan mendadak tersebut.Sementara makhluk berbulu keperakan itu lenyap di telan angin di sepanjang hutan hujan. Entah kemana dan ada di mana…Kucul Rinci yang masih terbaring pingsan akhirnya siuman. “Apa yang telah terjadi, Keke Minak? Kemana raksasa bertaring itu pergi?”Namun, tak ada seorangpun yang menjawab. Semuanya tertelan hening oleh duka yang tak bisa dijabarkan. Dan mata itu hanya mencoba mencari jawaban satu per satu dari para remaja Ashokans.“Aku tak melihat Keke Tuba? Keke Tuba pergi kemana, Keke Minak?”Lambat laun, keheningan itupun pecah. “Kita… kita sudah kehilangan Keke Tuba, Rinci. Makhluk raksasa itu melahap Keke Tuba sewaktu mencoba melindungi kita semua…” “Tidak!!! Tidak mungkin, Keke!!!”“Tapi itu yang terjadi, Rinci! Dan kau dengan ketakutanmu hanya bisa tak s
Penyerangan MendadakCoral Kastil.Saat itu Hans Muda sedang memimpin rapat dengan para petinggi Kaum Lor di aula dalam Istana Batu. Ketika dengan tiba-tiba seorang penjaga memaksa masuk untuk menyampaikan sebuah berita.“Yang Mulia, di luar aula ada pelayan putri Sophia, Nek Hanbak memaksa untuk bertemu segera dengan Anda.”“Berani sekali wanita tua itu! Hemm, aku ingin tahu apa yang hendak disampaikannya padaku hingga tak mempedulikan tempat dan keadaan lagi. Semakin lama semakin semaunya saja wanita bungkuk ini!”“Suruh dia masuk!”Tak menunggu lama, penjaga itupun segera keluar dan selang beberapa menit dia muncul kembali. Namun, kali ini kehadirannya bersama dengan seorang wanita renta yang terlihat bungkuk, Nek Hanbak.“Maafkan hamba telah mengganggu, Yang Mulia. Tetapi hamba membawa kabar yang sangat penting.”“Kabar apa yang kau bawa!”“Ini tentang...tentang Putri Sophia, Yang Mulia!”Wajah Hans Muda langsung terbeliak kaget saat mendengar nama putri satu-satunya disebut wanit
Penyerangan Mendadak IIAaww!Ketika dirinya sedang sibuk merakit beberapa perangkap, tiba-tiba saja Nanzu secara spontan menarik telunjuk kirinya, sebuah cabang kecil menusuk jari itu hingga sedikit mengeluarkan darah.“Ada apa, Nanzu?”“Tidak apa-apa, Keke Minak. Aku saja yang kurang berhati-hati, entah mengapa beberapa waktu ini perasaanku sedikit tidak nyaman.”“Apa karena kita yang baru saja kehilangan Keke Tuba?”“Mungkin juga, Keke. Hanya saja, belakangan ini diriku sering teringat dengan keluarga di sentral dasau. Tiba-tiba saja, wajah Garde Manta selalu membayang di benakku, Keke.”“Hemmm, setelah apa yang kita lalui, sangat wajar jika kau merindukan kampung halaman di sentral dasau, Nanzu. Kitapun demikian.”“Semoga mereka dalam keadaan baik-baik saja, Keke.”“Iya...Kita juga berharap hal yang sama, Nanzu.”Sementara itu, di sentral dasau dimensi Ashok. Tepian perbatasan terasa lengang meskipun penjagaan portal tetap berjalan seperti biasa. Beberapa Asta penjaga bergantian
Penyerangan Mendadak IIIDari atas benteng, Pemimpin Utama dimensi menatap tajam pemandangan di bawahnya dengan geram. Asta Selatan yang berjarak paling dekat dengan sisi gapura depan segera melompat turun. Sebuah tendangan keras menghambur dan mengenai beberapa kepala pasukan Rhoaa sekaligus yang sedang berjejer di muka gapura. “Kaum Lor terkutuk! Aku Asta Selatan yang akan melawanmu!”Asta Selatan sendiri adalah salah seorang Komandan Tinggi di dimensi Ashok dengan kekuatan Agra mistik bertaring beruang coklat berusia 6000 tahun. Kemampuannya sebagai Komandan tinggi Asta penjaga tak bisa diragukan lagi. Tak heran, karena menyandang nama besar inilah yang membuat Bading dan Badang Selatan seringkali bertingkah arogan di hadapan para Ashokans muda lainnya. Bola-bola api Hans Muda mulai meratakan beberapa Asta yang berjaga di garis depan. Tubuh mereka serta merta terbakar dan hangus dilahap inti api merah menyala dari elemen makhluk setengah vampir dan bangsa Coron tersebut. Menyaksi