“Sayang aku pulang!” seru Altair begitu memasuki apartemen. Tak ada jawaban yang terdengar, bahkan tak nampak sosok Aquila di ruang tengah. Ia penasaran apa yang sedang kekasihnya lakukan karena tidak biasanya Aquila sudah berada di kamar pukul sepuluh. Altair melangkahkan kaki jenjangnya menuju kamar gadis manis itu.
“Aquila.. boleh aku masuk?” tanya Altair sambil mengetuk pintunya pelan. Lagi-lagi tak ada jawaban yang terdengar, ia membuka knop pintu yang tak terkunci itu perlahan, diedarkan pandangan nya keseluruh penjuru kamar bernuansa coklat muda itu dan ia masih tak menemukan kekasihnya.
Diraihnya smartphone yang ada di saku celananya untuk menghubungi Aquila. “Aquila.. kau di mana?” tanya pria tampan itu begitu panggilan tersambung. Altair melangkah menuju kamarnya, lalu membuka knop pintu kayu itu.
“Altair.. maaf, aku lancang masuk kamarmu!” seru Aquila begit
Dengan lengkah cepat Aquila menuju tempat di mana kekasihnya berada, dadanya bergemuruh melihat prianya dipeluk erat oleh wanita lain. Baru setengah jam ia meninggalkan pria tampan itu sendiri, sekarang sudah ada yang mendekatinya. Memang tak bisa dipungkiri pesona seorang Altair Ryu Sato begitu kuat. Dengan wajah campuran antara Australia dan Jepang membuatnya terlihat begitu tampan, dipadukan dengan tinggi badannya yang di atas rata-rata yaitu 181cm juga dengan badan atletisnya membuat pria itu terlihat semakin mempesona, membuat siapapun akan betah memandanginya.“Apa yang kalian lakukan?” desis Aquila.Wanita asing tadi menatap ke arah Aquila yang baru datang sementara Altair buru-buru melepaskan tangan yang melingkari pinggangnya. Ia berdiri dan meraih tangan Aquila, tidak mau sang kekasih salah paham.
“Kau masih tidur?” gumam Altair pada Aquila yang masih bersembunyi di bawah selimutnya. Semalam mereka membicarakan banyak hal hingga hampir dini hari. Beruntung ia ingat untuk meminta room service untuk membangunkan nya jika tidak, mungkin ia juga masih terlelap.Aquila sedikit menyembulkan wajahnya, hanya memperlihatkan mata bulatnya yang masih sayu, “Kau sudah mau berangkat?” desah Aquila.“Ya.. meetingku sekitar satu jam lagi.” Aquila meraih tangan Altair untuk melihat jam yang melingkari pergelangan tangan pria tinggi itu sudah menunjukkan pukul 8 pagi.“Kau mau turun sekarang?”Altair mengangguk, “Ryota dan Naoki sudah menunggu untuk sarapan di bawah, kau mau ikut?”“Aku nanti saja, aku masih sedikit mengantuk.” jelas Aquila.“Mungkin aku akan pulang sekitar tengah hari, setel
“Kau masak apa, sayang?” tanya Altair pada kekasihnya yang tengah sibuk di dapur, pria tampan itu melingkarkan tangannya di pinggang ramping Aquila. Sudah tiga hari sejak mereka kembali dari Malaysia.“Okonomiyaki, kau suka?”“Aku selalu menyukai apapun yang kau masak,” Altair memeluk Aquila dari belakang, “setelah selesai sarapan, bersiaplah.” lanjutnya.“Kita mau kemana?” tanya Aquila memutar tubuhnya agar bisa menatap sang kekasih.“Ke rumahku.”“Rumahmu?”“Ya.. kediaman Sato” seru Altair.
“Maaf.. kakek memanggilmu.” lirih Orihime. Ia tak pernah melihat Altair melayangkan pandangan sedingin itu sebelumnya. Dan pandangan yang Altair berikan sekarang membuat nyalinya menciut.“Hei.. Altair, pergilah.” ucap Aquila pelan.“Aku akan memanggil mama untuk membantumu.” balas Altair lembut. Aquila mengangguk mengerti.“Sejak awal dia adalah milikku dan aku akan mengambilnya darimu!” gumam Orihime setelah Altair pergi.Altair berjalan ke taman yang sudah disulap menjadi tempat pesta outdoor yang terasa begitu hangat itu. Banyak lampu-lampu yang menyala dengan cahaya putih hangat
Ryota memapah Aquila kembali menuju tempat pesta berlangsung, ia menyerahkan kekasih sahabatnya itu pada Emilia. Tanpa bertanya, Emilia tahu jika baru saja terjadi masalah hanya dengan melihat tatapan Ryota dan kondisi Aquila. Gadis manis itu terlihat begitu terpukul.Selang beberapa menit Altair kembali dengan masih diikuti Orihime di belakangnya, “di mana Aquila?” tanya Altair pada Ryota dan Naoki yang tengah berbincang, Ryota tidak menjawab, ia melemparkan pandangan nya ke tempat Aquila berada.“Altair, aku pergi dulu.. kita bicara lagi nanti.” ucap Orihime lembut yang tidak dijawab oleh Altair.“Aku akan meninggalkan semua wanitaku untuk bisa bersama Aquila,” gumam Ryota. Altair dan Naoki langsung menatapnya curiga, “bukank
Pertengahan bulan November tiba, sesuai dengan rencana yang sudah mereka susun dari jauh-jauh hari kini keduanya sedang menuju Hokkaido tepatnya Sapporo. Kali ini Altair benar-benar menepati janjinya untuk melakukan reservasi awal jadi mereka bisa pergi berlibur bersama. Altair bilang ini adalah permintaan maafnya karena dulu mereka tidak jadi berangkat ke Hiroshima.Setelah memakan waktu sekitar satu setengah jam dari Bandara Haneda kini mereka sampai di Bandara New Chitose atau Bandara Sapporo. Udara di bawah minus nol derajat langsung menyapa tubuh mereka. Beruntung keduanya sudah menyiapkan diri dengan benar, mereka menggunakan mantel tebal, syal dan tak lupa juga sarung tangan, Aquila juga menggunakan topi musim dingin dengan warna baby blue kesukaan nya.“Selanjutnya kita ke mana?” tanya Aquila begitu mereka sudah sampai di pintu keluar bandara tersebut.“Kita makan dulu lalu ke hotel.” Alta
Altair dan Aquila berjalan-jalan di sekitar penginapan tradisional itu, pria tinggi itu melambatkan langkahnya untuk mengimbangi langkah Aquila yang pelan karena saat ini gadis cantik itu menggunakan geta.Di sekitar ryokan yang mereka tempati terdapat juga beberapa penginapan tradisional yang ukuran nya lebih kecil, ada banyak pula kedai-kedai makanan tradisional yang masih buka, terlihat juga beberapa tamu yang lalu lalang dengan menggunakan yukata dari masing-masing ryokan.Meski di luar cukup dingin mereka terlihat antusias untuk menjelajahi sekitaran tempat itu sambil bercengkerama mengenai topik-topik ringan. Ini quality time yang tak bisa dibiarkan begitu saja pikir keduanya. Minggu depan Aquila akan sidang untuk gelar kuliahnya dan Altair akan disibukkan dengan pekerjaannya.“Kau lelah?” tanya Altair yang merasa langkah kekasihnya semakin pelan.“Sedikit.. aku tidak terbiasa
Altair berusaha membuka matanya yang terasa seperti dilem kala ia merasakan sapuan di kepala. Mencoba memfokuskan penglihatan ia melihat Aquila yang sedang tiduran di sampingnnya sambil mengusap-usap kepalanya. Gadis manis itu tersenyum untuknya.“Ohayou.” gumam Altair. Ia masih mengantuk sekali karena baru bisa tidur dini hari.“Maaf.. aku membangunkanmu.” ucap Aquila menyesal telah membangunkan kekasihnya.“Tidak masalah, lebih mendekatlah.” Pinta Altair.Gadis manis itu menurut, ia mendekat lebih dekat dan merebahkan dirinya di samping Altair dengan berbantalkan lengan kekasihnya. Dirasakannya Altair yang mulai mengelus-elus kepalanya pelan. Aquila merubah posisi tidurnya dengan meletakkan kepalanya di atas dada bidang Altair, didengarnya jantung sang kekasih yang berdetak teratur, kepalanya ikut naik turun seirama dengan tarikan dan hembusan nafas orang terkasi