Tadaima!” Altair memasuki rumahnya.
Gelap yang pertama menyapa indra penglihatan pria tinggi itu. Dinyalakannya saklar yang terletak tidak jauh dari pintu. Melihat kondisi rumah yang masih gelap tentu kekasihnya belum pulang, ia lirik jam yang melingkar di lengannya masih menunjukkan pukul setengah satu. Usai makan malam tadi ia dan kedua sahabatnya menikmati wine sebentar sambil berbincang-bincang ringan, setelahnya Ryota dan Naoki menghantarnya pulang.
Ia duduk di ruang tengah, menyalakan benda elektronik yang berjarak beberapa meter darinya. Mencari siaran yang menarik menurutnya, tidak ada yang menarik akhirnya pria itu lebih memilih untuk menonton film yang sudah lama belum sempat ia tonton.
Setelah menunggu hampir dua jam akhirnya yang ditunggu pulang juga. “Tadaima!” ucap gadis itu terdengar lembut di telinga Altair.
“Okaeri, Aquila!&rdquo
“Selamat pagi Altair san.” sapa sekretarisnya begitu ia sampai di kantor.“Pagi.” jawab Altair singkat.Pria tinggi itu mengedarkan pandangan nya untuk mencari sosok Ryota dan Naoki yang belum terlihat. Melihat jam yang sudah pukul delapan biasanya kedua sahabatnya ini sudah sibuk dengan laptop masing-masing. Tak menemukan orang yang dicari Altair memutuskan untuk mulai bekerja sendiri, dibukanya laptop yang tadi ia bawa lalu mengecek e-mail yang masuk satu persatu. Matanya tertuju pada salah satu alamat e-mail yang tidak asing untuknya, tanpa menunggu lama ia langsung membuka e-mail tersebut.From : minami.ceo@minamicorp.comTo : sato.altair@northstarcorp.comAku ingin mengajakmu makan siang bersama. Aku tunggu di Uncle Roger resto.Padat, jelas, singkat email yang dikirim oleh ayah ke
“Aku dan ibu Aquila memutuskan untuk berpisah.”Kalimat itu terus terngiang di otak cerdas Altair. Bagaimana tidak, kalimat itu pasti akan membuat mental kekasihnya terguncang. Selama ini Altair tahu kekasihnya itu menyembunyikan semua kesedihan di balik senyum manis yang selalu gadis cantik itu pasang. Namun, kali ini ia tak tahu apakah kekasihnya itu bisa bertahan saat mendengar kalimat ini.Membayangkan jika dia yang berada di posisi gadis itu saja ia tak sanggup, ia tak bisa membayangkan jika kedua orang tuanya yang akan berpisah.“Oleh karena itu kuatkan Aquila saat kami memberitahu keputusan itu. Aku tidak mau dia lari ke hal-hal yang tidak baik.” ucap Kepala Keluarga Minami itu membuyarkan lamunan Altair.“Tidakkah kalian bisa bertahan demi Aquila?”“Kami sudah tidak bisa.” balas pria itu.“Setelah
“Orihime.” Gadis manis itu tidak begitu suka mendengar Altair menyebut nama mantan kekasihnya itu. Ada sedikit kecemburuan di dalam hatinya. Buru-buru Aquila menggelengkan kepalanya sendiri, ia tidak mau bersikap seperti anak kecil dan membuat Altair tidak nyaman, ia harus ingat bahwa wanita yang bernama Orihime itu hanya masa lalu kekasihnya.Altair mendekat ke samping Aquila. “Kau sudah selesai?” tanyanya.“Sudah.” jawab Aquila singkat.“Dia masa laluku.” bisik Altair. Ia menarik kekasihnya ke dalam pelukan nya. Altair tahu gadis manis ini tengah cemburu, sedikit banyak itu membuatnya bahagia karena itu tandanya Aquila takut kehilangan dirinya. Namun, ia juga tidak ingin kekasihnya salah paham dan berpikir macam-macam.“Aku tahu.. maafkan aku, aku sendiri tidak tahu kenapa bisa merasa terganggu hanya dengan mendengar kau menyebut namanya.”
Pagi menjelang, Altair dan Aquila tengah sibuk bersiap memulai harinya masing-masing. Mereka berdua bangun terlalu siang setelah semalam tidak tidur karena terlalu asyik berbincang, keduanya baru bisa memejamkan mata pukul lima pagi.“Altair.. aku berangkat dulu, maaf aku tak bisa menyiapkanmu sarapan!” teriak Aquila dari ruang tengah. Ia sudah siap berangkat ke kampus.“Tunggu!” seru Altair. Mau tidak mau Aquila menunggu kekasihnya.Setelah sepuluh menit menunggu akhirnya Altair keluar, pria tinggi itu sudah berpakaian rapih dengan jas hitam yang ia kenakan.“Ayo, aku antar.” ucapnya datar.“Tidak perlu, aku bisa naik bis. Ini sudah siang, kau langsung ke kantor saja.” tolak Aquila. Ia tidak mau merepotkan kekasihnya, ia tahu Altair ada meeting pukul sepuluh dan ini sudah pukul setengah delapan. Masalahnya arah antara kampus Aquila
“Apa mama mengatakan sesuatu?” tanya Altair. Ia tatap mata gadis manis itu intens.“Tidak banyak, hanya kebiasaan-kebiasaan kecil anak kesayangan nya ini.” Aquila mencubit hidung mancung Altair.“Syukurlah kalau begitu.” ucap Altair lega.“Kau menyembunyikan sesuatu dariku?” Aquila bertanya curiga.“Tidak ada yang aku sembunyikan darimu, Aquila.” Bohong pria tinggi itu. Ia memeluk Aquila, menyembunyikan wajahnya di ceruk gadis manis itu, ia tak mau jika Aquila melihat kebohongan di matanya. Bukan bermaksud membohongi, hanya saja belum saatnya Aquila tahu tentang perjodohan yang direncanakan sang kakek.“Oiya.. ini sudah malam, kau harus menyuruh ibumu menginap! Aku bisa tidur di ruang tamu.” Aquila menatap Altair serius.“Ryokai! Hime-sama..” Aquila tertawa mend
Pagi itu apartemen Altair lebih ramai dari biasanya. Sang ibu dan sang kekasih tengah asik memasak sarapan pagi, sementara Altair sendiri masih tertidur di sofa ruang tengah. Kedua wanita itu tidak tahu Altair baru bisa memejamkan mata pukul setengah lima pagi. Semalam pria tampan itu terlarut dalam pikirannya hingga tak sadar pagi hampir menjelang.Ibu Altair membuat scrambled egg, Aquila membuat susu hangat dan menyiapkan roti gandum dengan selai avocado untuk disajikan bersama scrambled egg nanti.“Sayang, bisakah kau membangunkan Altair? Ini sudah pukul sembilan, biar mama yang menyiapkan sisanya.” Pinta Ibu Altair lembut.“Baik bibi.” balas Aquila sopan.“Sayang, bukankah sudah mama bilang untuk memanggil mama saja daripada bibi.”“Maaf Aquila lupa ma.. mama.” ucap Aquila canggung. Ibu Altair memang sudah meny
Altair melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, beberapa kali bahkan ia hampir menabrak mobil yang ada di depannya jika saja ia tidak sigap menekan rem. Ia ingin melampiaskan sedikit amarahnya, kesabaran nya selalu diuji tiap kali bertemu sang kakek. Itulah sebabnya ia enggan tinggal bersama ayah dari ibunya itu.Sang kakek adalah sosok yang sangat keras, yang selalu memaksakan kehendaknya pada orang lain, yang selalu berfikir apapun yang ia putuskan itulah yang terbaik, ia tak mau menerima saran dari siapapun termasuk keluarganya sendiri. Dan semua hal itu membuat Altair berfikir bahwa sang kakek di ciptakan tidak dengan hati.Merasa tak bisa menahan emosi lagi, ia segera menghentikan mobilnya di tepian jalan, jika ia memaksakan diri untuk mengemudi saat fikiran nya kacau ia takut akan merugikan pengendara yang lain. Dipukulnya setang kemudi di hadapannya lalu mengusap wajahnya kasar. Dilihat jam baru menunjukkan pukul empat, ia tak tahu
“Apa yang okaa-sama lakukan di sini sepagi ini?” tanya Aquila tegas. Wanita paruh baya itu tidak langsung menjawab, sekilas ia melihat sosok lelaki yang duduk di depannya, “cepat jawab!” seru Aquila yang hampir habis kesabaran. Altair yang mendengar Aquila berteriak segera menghampiri kekasihnya itu. Ia genggam tangan kekasihnya mencoba menenangkan.“Aquila.. kau sendiri apa yang kau lakukan di hotel sepagi ini?” tanya sang ibu.“Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan!” seru Aquila dengan nada rendah.“Sama dengan yang kau lakukan.”“Apa? Menginap bersama kekasih begitu?” Aquila meninggikan suaranya mendengar jawaban yang ibunya berikan. Nyonya Minami sendiri tak menyangka Aquila akan menjawab seperti itu, ia berfikir anak gadisnya akan menjawab jika datang ke hotel hanya untuk sarapan.“Kami sara
Altair melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruangan pribadinya usai sampai di kantor. Wajahnya yang tampan tak berhenti mengulas senyum simpul. Rasa bahagia yang meluap masih tertinggal dari kegiatannya bersama Aquila kemarin. Founder dari North Star Corporation itu bahkan menyapa setiap pegawai yang berpapasan dengannya, hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya dan hal itu cukup menggugah rasa penasaran di benak karyawan, kira-kira apa yang sudah terjadi dengan bos mereka yang sangat dingin hingga mau menyapa mereka sebelum mereka menemukan noda merah ke unguan yang memenuhi leher pucat pria menawan yang merupakan atasan mereka. Ah sepertinya bosnya tengah jatuh cinta.“Selamat pagi Ryota.. Naoki..!” serunya begitu melihat kedua sahabatnya itu sudah mulai anteng dengan laptop masing-masing.Keduanya menatap Altair aneh, “Aquila salah memberimu obat?” sindir Ryota.“Nope.. dia memberiku ob
Pukul tujuh tepat Aquila keluar kamar untuk membuatkan sarapan untuk kekasihnya dan sahabatnya, ia menggunakan sweater dengan model turtle neck untuk menutupi tanda cinta yang semalam kekasihnya bubuhkan di seluruh lehernya, ia tak ingin para sahabatnya melihat itu. Seulas senyum menghiasi wajahnya, wanita cantik itu masih merasakan kebahagiaan yang meluap yang tertinggal di hatinya usai kegiatan yang mereka lakukan semalam.Sebenarnya mereka melakukan kegiatan itu lagi usai Altair mengisi kembali tenaganya, pria tinggi itu berhasil membuatnya keluar sebanyak empat kali, sementara Altair keluar dua kali. Aquila tidak tahu kekasihnya itu benar-benar lihai membuatnya terbang bersama kupu-kupu di dalam perutnya.Arata datang menghampirinya saat wanita cantik itu tengah menghidangkan enam porsi sandwich, dua cangkir kopi susu dan empat cangkir kopi hitam di atas meja makan.“Aquila, kau sakit?” tanya Arata cemas
Altair menimbang-nimbang apakah ia harus melanjutkan kegiatan ini atau tidak. Ia tak mau menyakiti kekasihnya lebih lagi. Altair yang tengah bimbang dikejutkan dengan Aquila yang menariknya mendekat setelah tangan gadis itu ia lepaskan tadi. Dengan berani Aquila mengalungkan tangannya di leher Altair dan perlahan menariknya mendekat. Saat sudah cukup dekat gadis cantik itu meraih bibir ranum milik prianya. Altair tidak menolak maupun membalas ciuman Aquila, ia ingin tahu seberapa jauh kekasihnya itu akan mendominasi dirinya.Aquila mencium bibir Altair dengan sangat lembut, mengabsen gigi gerigi kekasihnya seperti yang Altair ajarkan tadi, dengan perlahan melumat bibir merah itu. Puas merasakan bibir kekasihnya gadis manis itu berpindah ke leher jenjang Altair, menciumnya perlahan sebelum ia mengigitnya pelan hingga menimbulkan bercak merah tua yang begitu kontras dengan kulit putih pucat yang dimiliki Altair.Aquila membuat banyak kissmark
Pukul sebelas tepat, ke enam nya baru bisa menikmati hidangan yang sudah Aquila siapkan setelah sebelumnya mereka menyanyikan lagu ulang tahun dan memotong kue. Mereka makan sambil sesekali bersenda gurau guna mencairkan suasana di antara Altair dan Aquila yang mendadak membeku.Namun, itu tak berpengaruh pada Aquila, gadis manis itu tetap asyik dengan pikirannya sendiri. Ia masih merasakan ngilu tiap kali mengingat ada aroma parfum vanilla yang menempel di badan kekasihnya. Bukankah tidak mungkin aroma parfum bisa menempel tanpa ada kontak fisik yang cukup lama?“Sayang, kenapa tidak kau buka saja kado-kadonya?” Altair memberi saran pada Aquila begitu mereka sudah menyelesaikan acara makan malamnya.“Altair benar!” seru Arata mengiyakan ucapan kakak
Altair dan Naoki sampai di kantor pukul setengah sembilan, mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran Kakek Sato dan Orihime yang sudah duduk di ruangan mereka bersama Ryota yang nampak acuh sibuk dengan laptop di depannya.Naoki tampak tidak peduli meskipun jauh di dalam hatinya ia khawatir dengan Altair, pria tampan itu langsung duduk di kursinya sementara Altair menduduk kan dirinya di sofa yang berhadapan dengan kedua tamu tak diundangnya.“Ryota, bisa pesankan kami kopi?” gumam Altair. Ryota mengangguk, ia segera keluar ruangan untuk menyuruh sekretarisnya membuatkan tiga cangkir kopi.“Langsung saja, kedatangan kakek kemari untuk mengantarkan Orihime,” Kepala Keluarga Sato itu menggantung kata-katanya, “dia akan menjadi sekretaris pribadimu mulai hari ini.” Alih-alih merespon ucapan sang kakek Altair hanya menghembuskan nafasnya berat, ia terlalu lelah untuk berdebat dengan sang k
“Hallo Naoki?”“Ada apa kau meneleponku selarut ini?” tanya Naoki dari seberang sana.“Carikan aku mobil sekarang!”“Altair kau gila, ini sudah pukul sebelas malam dan kau meminta mobil?” Naoki tidak percaya sahabatnya meminta mobil selarut ini.“Aku tidak peduli, besok pagi harus ada mobil di parkiran apartemenku.” Altair mematikan panggilannya sepihak. Membuat Naoki bertanya-tanya apa yang terjadi dengan sahabatnya itu.Altair begitu takut ucapan Orihime benar bahwa sang kakek akan menghalalkan segala cara agar dirinya mau dijodohkan dengan Orihime. Meskipun begitu sudut hati Altair tidak percaya
Jam istirahat Altair turun ke lantai dasar untuk menemui Orihime meskipun ia tidak yakin mantan kekasihnya itu masih menunggunya mengingat Orihime adalah orang yang tidak suka menunggu. Namun, tebakan Altair salah, wanita itu masih ada di kafe yang terletak di bagian samping lobi kantornya. Wanita itu terlihat sedang menyesap kopinya sambil melihat pemandangan di luar kafe, sebuah taman kecil yang didesain sebagai area hijau kantor itu.“Aku kira kau sudah pergi.” sapa Altair lalu duduk dihadapan Orihime, wanita itu menoleh dan memamerkan senyumnya.“Aku menunggumu.”“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Altair langsung.“Seperti janjiku tempo hari, aku sudah mencoba b
Altair berusaha membuka matanya yang terasa seperti dilem kala ia merasakan sapuan di kepala. Mencoba memfokuskan penglihatan ia melihat Aquila yang sedang tiduran di sampingnnya sambil mengusap-usap kepalanya. Gadis manis itu tersenyum untuknya.“Ohayou.” gumam Altair. Ia masih mengantuk sekali karena baru bisa tidur dini hari.“Maaf.. aku membangunkanmu.” ucap Aquila menyesal telah membangunkan kekasihnya.“Tidak masalah, lebih mendekatlah.” Pinta Altair.Gadis manis itu menurut, ia mendekat lebih dekat dan merebahkan dirinya di samping Altair dengan berbantalkan lengan kekasihnya. Dirasakannya Altair yang mulai mengelus-elus kepalanya pelan. Aquila merubah posisi tidurnya dengan meletakkan kepalanya di atas dada bidang Altair, didengarnya jantung sang kekasih yang berdetak teratur, kepalanya ikut naik turun seirama dengan tarikan dan hembusan nafas orang terkasi
Altair dan Aquila berjalan-jalan di sekitar penginapan tradisional itu, pria tinggi itu melambatkan langkahnya untuk mengimbangi langkah Aquila yang pelan karena saat ini gadis cantik itu menggunakan geta.Di sekitar ryokan yang mereka tempati terdapat juga beberapa penginapan tradisional yang ukuran nya lebih kecil, ada banyak pula kedai-kedai makanan tradisional yang masih buka, terlihat juga beberapa tamu yang lalu lalang dengan menggunakan yukata dari masing-masing ryokan.Meski di luar cukup dingin mereka terlihat antusias untuk menjelajahi sekitaran tempat itu sambil bercengkerama mengenai topik-topik ringan. Ini quality time yang tak bisa dibiarkan begitu saja pikir keduanya. Minggu depan Aquila akan sidang untuk gelar kuliahnya dan Altair akan disibukkan dengan pekerjaannya.“Kau lelah?” tanya Altair yang merasa langkah kekasihnya semakin pelan.“Sedikit.. aku tidak terbiasa