Pagi menjelang, Altair dan Aquila tengah sibuk bersiap memulai harinya masing-masing. Mereka berdua bangun terlalu siang setelah semalam tidak tidur karena terlalu asyik berbincang, keduanya baru bisa memejamkan mata pukul lima pagi.
“Altair.. aku berangkat dulu, maaf aku tak bisa menyiapkanmu sarapan!” teriak Aquila dari ruang tengah. Ia sudah siap berangkat ke kampus.
“Tunggu!” seru Altair. Mau tidak mau Aquila menunggu kekasihnya.
Setelah sepuluh menit menunggu akhirnya Altair keluar, pria tinggi itu sudah berpakaian rapih dengan jas hitam yang ia kenakan.
“Ayo, aku antar.” ucapnya datar.
“Tidak perlu, aku bisa naik bis. Ini sudah siang, kau langsung ke kantor saja.” tolak Aquila. Ia tidak mau merepotkan kekasihnya, ia tahu Altair ada meeting pukul sepuluh dan ini sudah pukul setengah delapan. Masalahnya arah antara kampus Aquila
“Apa mama mengatakan sesuatu?” tanya Altair. Ia tatap mata gadis manis itu intens.“Tidak banyak, hanya kebiasaan-kebiasaan kecil anak kesayangan nya ini.” Aquila mencubit hidung mancung Altair.“Syukurlah kalau begitu.” ucap Altair lega.“Kau menyembunyikan sesuatu dariku?” Aquila bertanya curiga.“Tidak ada yang aku sembunyikan darimu, Aquila.” Bohong pria tinggi itu. Ia memeluk Aquila, menyembunyikan wajahnya di ceruk gadis manis itu, ia tak mau jika Aquila melihat kebohongan di matanya. Bukan bermaksud membohongi, hanya saja belum saatnya Aquila tahu tentang perjodohan yang direncanakan sang kakek.“Oiya.. ini sudah malam, kau harus menyuruh ibumu menginap! Aku bisa tidur di ruang tamu.” Aquila menatap Altair serius.“Ryokai! Hime-sama..” Aquila tertawa mend
Pagi itu apartemen Altair lebih ramai dari biasanya. Sang ibu dan sang kekasih tengah asik memasak sarapan pagi, sementara Altair sendiri masih tertidur di sofa ruang tengah. Kedua wanita itu tidak tahu Altair baru bisa memejamkan mata pukul setengah lima pagi. Semalam pria tampan itu terlarut dalam pikirannya hingga tak sadar pagi hampir menjelang.Ibu Altair membuat scrambled egg, Aquila membuat susu hangat dan menyiapkan roti gandum dengan selai avocado untuk disajikan bersama scrambled egg nanti.“Sayang, bisakah kau membangunkan Altair? Ini sudah pukul sembilan, biar mama yang menyiapkan sisanya.” Pinta Ibu Altair lembut.“Baik bibi.” balas Aquila sopan.“Sayang, bukankah sudah mama bilang untuk memanggil mama saja daripada bibi.”“Maaf Aquila lupa ma.. mama.” ucap Aquila canggung. Ibu Altair memang sudah meny
Altair melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, beberapa kali bahkan ia hampir menabrak mobil yang ada di depannya jika saja ia tidak sigap menekan rem. Ia ingin melampiaskan sedikit amarahnya, kesabaran nya selalu diuji tiap kali bertemu sang kakek. Itulah sebabnya ia enggan tinggal bersama ayah dari ibunya itu.Sang kakek adalah sosok yang sangat keras, yang selalu memaksakan kehendaknya pada orang lain, yang selalu berfikir apapun yang ia putuskan itulah yang terbaik, ia tak mau menerima saran dari siapapun termasuk keluarganya sendiri. Dan semua hal itu membuat Altair berfikir bahwa sang kakek di ciptakan tidak dengan hati.Merasa tak bisa menahan emosi lagi, ia segera menghentikan mobilnya di tepian jalan, jika ia memaksakan diri untuk mengemudi saat fikiran nya kacau ia takut akan merugikan pengendara yang lain. Dipukulnya setang kemudi di hadapannya lalu mengusap wajahnya kasar. Dilihat jam baru menunjukkan pukul empat, ia tak tahu
“Apa yang okaa-sama lakukan di sini sepagi ini?” tanya Aquila tegas. Wanita paruh baya itu tidak langsung menjawab, sekilas ia melihat sosok lelaki yang duduk di depannya, “cepat jawab!” seru Aquila yang hampir habis kesabaran. Altair yang mendengar Aquila berteriak segera menghampiri kekasihnya itu. Ia genggam tangan kekasihnya mencoba menenangkan.“Aquila.. kau sendiri apa yang kau lakukan di hotel sepagi ini?” tanya sang ibu.“Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan!” seru Aquila dengan nada rendah.“Sama dengan yang kau lakukan.”“Apa? Menginap bersama kekasih begitu?” Aquila meninggikan suaranya mendengar jawaban yang ibunya berikan. Nyonya Minami sendiri tak menyangka Aquila akan menjawab seperti itu, ia berfikir anak gadisnya akan menjawab jika datang ke hotel hanya untuk sarapan.“Kami sara
Aquila terdiam mendengar penuturan sahabatnya, pasalnya Altair pernah bercerita jika saat ini Ryota tidak bisa serius dengan perempuan karena belum bisa melupakan gadis yang menjadi cinta pertamanya. Namun, baru saja Emilia bercerita jika dia sudah melakukannya dengan Ryota itu berarti ada dua kemungkinan yaitu Ryota serius pada Emilia atau pria itu hanya mempermainkan sahabatnya. Ia takut jika kemungkinan yang kedualah yang benar. Aquila tidak bisa membiarkan sahabatnya dipermainkan oleh salah satu orang kepercayaan kekasihnya itu.“Hei.. kau melamun?” Emilia melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Aquila.“Tidak.. tidak.” sanggah gadis manis itu cepat. Ia akan mencari tahu kebenarannya terlebih dulu dari Altair baru menceritakan nya pada Emilia.“Ya sudah, ayo mulai bekerja!”***“Tadaima!” lirih Aquila begitu memasuki apartem
Pagi menjelang, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang mereka berdua sibuk dengan urusannya masing-masing, hari ini mereka khususkan untuk menghabiskan waktu bersama. Sesuai rencana yang mereka susun semalam, siang nanti mereka akan menonton drama panggung yang diperankan oleh sahabat Aquila yaitu Aki. Pria yang menjadi titik awal hubungan Aquila dan Altair, karena jika tidak tejadi kesalah pahaman seperti dulu mungkin mereka berdua tidak menyadari perasaan untuk satu sama lain dan akan tetap menjadi seorang sahabat.Altair sudah siap di ruang tengah, menunggu Aquila yang belum selesai bersiap. Pria itu menggunakan jogger pants warna hitam dipadukan dengan kemeja putih yang tertutup sweater hitam yang hanya menampakkan warna putihnya di bagian pergelangan tangan, kerah dan ujung kemeja, ada merk baju mahal
“Sama sekali tidak!” seru Aquila.“Terima kasih sudah menyempatkan melihat pementasanku!” ucap Aki tulus. Pria itu sama sekali tak menyangka Aquila dan Altair akan datang menyaksikan penampilannya.“Penampilanmu sangat bagus.” puji Altair.“Benar, penampilanmu sangat bagus, sebentar lagi kau pasti jadi pemeran utama!” Aquila ikut memuji penampilan teman masa kecilnya itu. Yang dipuji hanya tersipu malu.“Ayo kita makan, aku sudah lapar!” ajak Aquila kepada dua pemuda yang duduk satu meja dengannya.***“Ryota.. Emilia.. apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Altair. Mereka baru saja sampai apartemen dan ternyata sudah ada Ryota juga Emilia di dalam. Sedikit terkejut karena keduanya tidak mengabari jika akan datang berkunjung.“Okaeri Altair.. Aquila..” se
Sinar matahari yang menerobos tirai-tirai tebal apartemen Altair membangunkan Aquila, diedarkan pandangan nya ke sembarang tempat, ia teringat semalam tertidur di sofa usai bermain uno dengan para sahabatnya. Tak jauh darinya Arata, Ryota dan Naoki terlihat tertidur di karpet tebal di samping sofa yang ia tempati, sementara Altair tidur di ujung sofa dengan posisi duduk, dengan kaki Aquila di atas pangkuan pria tampan itu. Sadar akan posisinya, Aquila buru-buru menurunkan kakinya.Aquila bangun lalu dengan perlahan merebahkan Altair di tempatnya tadi. Menyelimutinya dengan selimut yang tadi ia pakai. Gadis manis itu berjalan perlahan menuju dapur, membasahi tenggorokan nya yang terasa begitu kering.“Bagaimana kalau kita memasak sarapan?” tanya Emilia yang tiba-tiba berdiri di belakangnya, hampir saja gelas yang Aquila pegang terlempar karena terkejut.“Kau mengagetkanku, bodoh!” seru Aquila. Ia m
Altair melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruangan pribadinya usai sampai di kantor. Wajahnya yang tampan tak berhenti mengulas senyum simpul. Rasa bahagia yang meluap masih tertinggal dari kegiatannya bersama Aquila kemarin. Founder dari North Star Corporation itu bahkan menyapa setiap pegawai yang berpapasan dengannya, hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya dan hal itu cukup menggugah rasa penasaran di benak karyawan, kira-kira apa yang sudah terjadi dengan bos mereka yang sangat dingin hingga mau menyapa mereka sebelum mereka menemukan noda merah ke unguan yang memenuhi leher pucat pria menawan yang merupakan atasan mereka. Ah sepertinya bosnya tengah jatuh cinta.“Selamat pagi Ryota.. Naoki..!” serunya begitu melihat kedua sahabatnya itu sudah mulai anteng dengan laptop masing-masing.Keduanya menatap Altair aneh, “Aquila salah memberimu obat?” sindir Ryota.“Nope.. dia memberiku ob
Pukul tujuh tepat Aquila keluar kamar untuk membuatkan sarapan untuk kekasihnya dan sahabatnya, ia menggunakan sweater dengan model turtle neck untuk menutupi tanda cinta yang semalam kekasihnya bubuhkan di seluruh lehernya, ia tak ingin para sahabatnya melihat itu. Seulas senyum menghiasi wajahnya, wanita cantik itu masih merasakan kebahagiaan yang meluap yang tertinggal di hatinya usai kegiatan yang mereka lakukan semalam.Sebenarnya mereka melakukan kegiatan itu lagi usai Altair mengisi kembali tenaganya, pria tinggi itu berhasil membuatnya keluar sebanyak empat kali, sementara Altair keluar dua kali. Aquila tidak tahu kekasihnya itu benar-benar lihai membuatnya terbang bersama kupu-kupu di dalam perutnya.Arata datang menghampirinya saat wanita cantik itu tengah menghidangkan enam porsi sandwich, dua cangkir kopi susu dan empat cangkir kopi hitam di atas meja makan.“Aquila, kau sakit?” tanya Arata cemas
Altair menimbang-nimbang apakah ia harus melanjutkan kegiatan ini atau tidak. Ia tak mau menyakiti kekasihnya lebih lagi. Altair yang tengah bimbang dikejutkan dengan Aquila yang menariknya mendekat setelah tangan gadis itu ia lepaskan tadi. Dengan berani Aquila mengalungkan tangannya di leher Altair dan perlahan menariknya mendekat. Saat sudah cukup dekat gadis cantik itu meraih bibir ranum milik prianya. Altair tidak menolak maupun membalas ciuman Aquila, ia ingin tahu seberapa jauh kekasihnya itu akan mendominasi dirinya.Aquila mencium bibir Altair dengan sangat lembut, mengabsen gigi gerigi kekasihnya seperti yang Altair ajarkan tadi, dengan perlahan melumat bibir merah itu. Puas merasakan bibir kekasihnya gadis manis itu berpindah ke leher jenjang Altair, menciumnya perlahan sebelum ia mengigitnya pelan hingga menimbulkan bercak merah tua yang begitu kontras dengan kulit putih pucat yang dimiliki Altair.Aquila membuat banyak kissmark
Pukul sebelas tepat, ke enam nya baru bisa menikmati hidangan yang sudah Aquila siapkan setelah sebelumnya mereka menyanyikan lagu ulang tahun dan memotong kue. Mereka makan sambil sesekali bersenda gurau guna mencairkan suasana di antara Altair dan Aquila yang mendadak membeku.Namun, itu tak berpengaruh pada Aquila, gadis manis itu tetap asyik dengan pikirannya sendiri. Ia masih merasakan ngilu tiap kali mengingat ada aroma parfum vanilla yang menempel di badan kekasihnya. Bukankah tidak mungkin aroma parfum bisa menempel tanpa ada kontak fisik yang cukup lama?“Sayang, kenapa tidak kau buka saja kado-kadonya?” Altair memberi saran pada Aquila begitu mereka sudah menyelesaikan acara makan malamnya.“Altair benar!” seru Arata mengiyakan ucapan kakak
Altair dan Naoki sampai di kantor pukul setengah sembilan, mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran Kakek Sato dan Orihime yang sudah duduk di ruangan mereka bersama Ryota yang nampak acuh sibuk dengan laptop di depannya.Naoki tampak tidak peduli meskipun jauh di dalam hatinya ia khawatir dengan Altair, pria tampan itu langsung duduk di kursinya sementara Altair menduduk kan dirinya di sofa yang berhadapan dengan kedua tamu tak diundangnya.“Ryota, bisa pesankan kami kopi?” gumam Altair. Ryota mengangguk, ia segera keluar ruangan untuk menyuruh sekretarisnya membuatkan tiga cangkir kopi.“Langsung saja, kedatangan kakek kemari untuk mengantarkan Orihime,” Kepala Keluarga Sato itu menggantung kata-katanya, “dia akan menjadi sekretaris pribadimu mulai hari ini.” Alih-alih merespon ucapan sang kakek Altair hanya menghembuskan nafasnya berat, ia terlalu lelah untuk berdebat dengan sang k
“Hallo Naoki?”“Ada apa kau meneleponku selarut ini?” tanya Naoki dari seberang sana.“Carikan aku mobil sekarang!”“Altair kau gila, ini sudah pukul sebelas malam dan kau meminta mobil?” Naoki tidak percaya sahabatnya meminta mobil selarut ini.“Aku tidak peduli, besok pagi harus ada mobil di parkiran apartemenku.” Altair mematikan panggilannya sepihak. Membuat Naoki bertanya-tanya apa yang terjadi dengan sahabatnya itu.Altair begitu takut ucapan Orihime benar bahwa sang kakek akan menghalalkan segala cara agar dirinya mau dijodohkan dengan Orihime. Meskipun begitu sudut hati Altair tidak percaya
Jam istirahat Altair turun ke lantai dasar untuk menemui Orihime meskipun ia tidak yakin mantan kekasihnya itu masih menunggunya mengingat Orihime adalah orang yang tidak suka menunggu. Namun, tebakan Altair salah, wanita itu masih ada di kafe yang terletak di bagian samping lobi kantornya. Wanita itu terlihat sedang menyesap kopinya sambil melihat pemandangan di luar kafe, sebuah taman kecil yang didesain sebagai area hijau kantor itu.“Aku kira kau sudah pergi.” sapa Altair lalu duduk dihadapan Orihime, wanita itu menoleh dan memamerkan senyumnya.“Aku menunggumu.”“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Altair langsung.“Seperti janjiku tempo hari, aku sudah mencoba b
Altair berusaha membuka matanya yang terasa seperti dilem kala ia merasakan sapuan di kepala. Mencoba memfokuskan penglihatan ia melihat Aquila yang sedang tiduran di sampingnnya sambil mengusap-usap kepalanya. Gadis manis itu tersenyum untuknya.“Ohayou.” gumam Altair. Ia masih mengantuk sekali karena baru bisa tidur dini hari.“Maaf.. aku membangunkanmu.” ucap Aquila menyesal telah membangunkan kekasihnya.“Tidak masalah, lebih mendekatlah.” Pinta Altair.Gadis manis itu menurut, ia mendekat lebih dekat dan merebahkan dirinya di samping Altair dengan berbantalkan lengan kekasihnya. Dirasakannya Altair yang mulai mengelus-elus kepalanya pelan. Aquila merubah posisi tidurnya dengan meletakkan kepalanya di atas dada bidang Altair, didengarnya jantung sang kekasih yang berdetak teratur, kepalanya ikut naik turun seirama dengan tarikan dan hembusan nafas orang terkasi
Altair dan Aquila berjalan-jalan di sekitar penginapan tradisional itu, pria tinggi itu melambatkan langkahnya untuk mengimbangi langkah Aquila yang pelan karena saat ini gadis cantik itu menggunakan geta.Di sekitar ryokan yang mereka tempati terdapat juga beberapa penginapan tradisional yang ukuran nya lebih kecil, ada banyak pula kedai-kedai makanan tradisional yang masih buka, terlihat juga beberapa tamu yang lalu lalang dengan menggunakan yukata dari masing-masing ryokan.Meski di luar cukup dingin mereka terlihat antusias untuk menjelajahi sekitaran tempat itu sambil bercengkerama mengenai topik-topik ringan. Ini quality time yang tak bisa dibiarkan begitu saja pikir keduanya. Minggu depan Aquila akan sidang untuk gelar kuliahnya dan Altair akan disibukkan dengan pekerjaannya.“Kau lelah?” tanya Altair yang merasa langkah kekasihnya semakin pelan.“Sedikit.. aku tidak terbiasa