Share

Aku Tidak Mengira

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Tentu. Saya akan segera berangkat.”

Suasana hati Ash yang muram—karena diskusinya dengan Ian yang tidak memuaskan—langsung cerah. Stone baru saja mengatakan kalau ia punya kabar menarik tentang kasus Mae.

“Saya bisa mengatakannya lewat telepon, tapi ada hal yang perlu saya perlihatkan.” Stone menyimpan kabarnya sampai mereka bertemu.

“OK. Kita bertemu nanti.”

Ash menyimpan kembali ponselnya, lalu berjalan ke tengah lapangan, dan meniup peluit. Tangannya terangkat ke atas.

Semua tentara yang sejak tadi berlari mengelilingi lapangan, langsung berkumpul di depannya. Berbaris rapi satu lapis, berjumlah hampir seratus orang—minus yang bertugas jaga. Keadaan mereka semua sama—termasuk Ian dan Ella, berkeringat, napas terengah, kumal, dan tentu menderita. Memang itu tujuannya.

Ash menyuruh mereka berlari mengelilingi lapangan sebanyak seratus kali tadi. Mereka sudah melakukan separuhnya paling tidak, sudah cukup lumayan.

Lapangan itu lebih besar dari ukuran lapangan sepak bola, lima pulu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Sebenarnya Tergoda

    Ash tidak membacanya dari dokumen Hubert kemarin, karena fokus pada tuntutan. Ia tidak membaca detail bagian itu. “Apa itu? Kenapa…” Ash menjepit mulut Ian dengan tangannya, memintanya diam. “Apa ini berarti Mary akan bebas?” Ash berusaha fokus pada kemajuan. Ash ingin menghapus keterangan itu, dari ingatannya dan dari kenyataan agar tidak ada orang yang tahu. Tetapi sudah terlanjur. Sudah tertulis di banyak dokumen dan sudah banyak orang yang tahu. “Saya sudah mengirim surat otopsi yang asli ini, dan mereka akan menimbang ulang, tapi bukan berarti melenggang bebas. Kemungkinan pembunuhan berencana sudah tidak mungkin, tapi kasus kelalaian yang menyebabkan seseorang meninggal masih sangat bisa.” “Kelalaian bagaimana?” Ian sudah pulih dari tersedak dan heran sekarang. “Bisa jadi korban meminum obat itu atas permintaan tersangka—untuk ‘menghidupkan’ alat….” “Aku paham.” Ash menyela. Tidak perlu mendengar detail lagi. “Dari situ jaksa masih bisa membuat tuntutan. Bukan sengaja,

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Tidak Suka Mengeluh

    “Aku akan membuat lebih banyak kalau memang mereka suka.” Mae berdiri akhirnya, tapi tidak lancar. Gerakannya lambat, karena punggungnya sakit. Ia melakukan yoga itu karena alasan yang sama. Anak tiri setan itu tenaganya amat kuat. Benturan pada punggung Mae tadi rupanya cukup kuat. Mae tidak merasakannya saat melarikan diri, tapi setelah sampai dan tenang, Mae menyadari dan berusaha membuatnya menjadi lebih baik dengan melakukan yoga. Melakukan peregangan agar ototnya lemas.“Mae? Apa kau sakit?” Ash tidak lagi berpaling, setelah melihat bagaimana Mae bersusah payah menegakkan tubuh, ia tidak lagi memikirkan hal lain—termasuk bentuk tubuh Mae, dan mendekatinya.“Ada apa?” tanya Ash.“Punggung.” Mae menjelaskan separuh saja lalu duduk di sofa.“Apa punggungmu sakit? Tapi kenapa? Apa karena kue itu? Kau membuat terlalu banyak?”Mae yang sedang berusaha mengelus punggungnya menatap Ash. “Kue?”“Itu… Kau bekerja cukup keras tadi.” Ash hanya melihat bagaimana Mae begitu sigap membuat kue

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Lumayan Terharu

    “Mae?” Ash mengembalikan kesadaran Mae—dengan sentuhan di pipi—yang mudah saja terhanyut setiap kali mengingat monster itu. Mari melihat akhrinya. Mata biru Ash yang menatapnya sangat jernih. Tidak terlihat ingin menikmati, tidak terlihat puas.Bersama kerutan keningnya, Mae hanya melihat khawatir. Peduli, ingin tahu apa yang menimpanya. Mae juga sudah lama tidak melihat itu. Mae harus mengingat dan mencari untuk tahu kalau raut wajah itu adalah bentuk khawatir karena lupa. “Apa sangat sakit? Apa aku salah? ” Ash yang tidak juga mendapat jawaban, tentu semakin panik, mengira Mae semakin sakit karena sentuhannya.“Bukan itu.” Mae menggeleng. “Aku bertemu Dex. Dia…”“Dexter? Dia melakukan ini padamu? ” Ash mencengkram lengan Mae, terkejut, dan murka bersamaan. Ia tidak perlu menebak siapa Dex. Ash melihat nama Dexter dari surat panggilan polisi untuk dirinya. Tidak sulit menyimpulkan siapa. “Kau tahu siapa dia?” Mae terkejut juga pastinya. “Aku melihatnya saat pemakaman itu.” Buk

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Sendiri yang Membiayai

    “Tapi aku tidak bisa mengangkatnya. Ukurannya cukup besar, tapi tetap lincah. Semua bola yang aku lempar ditangkap olehnya, tepat sekali. Oh, namanya Molly. Aku belum menyebutnya kemarin.” Suara Daisy yang bercerita, terdengar terlalu bersemangat, sampai nafasnya berbunyi. Mengerahkan segala tenaga yang dimilikinya untuk mewakili antusias. Mae bisa membayangkan bagaimana cara Daisy saat mengatakannya. Pasti duduk di atas kursi rodanya, sambil mengangkat tangan untuk memperagakan lemparan bola. Daisy selalu ekspresif saat bercerita. Mae berpindah dari dapur, duduk di kursi makan. Punggungnya sudah lebih lumayan, tapi belum bisa dipakai untuk lama berdiri. Daisy bisa sangat lama saat menelepon, lebih baik ia duduk. “Apa dia sangat menurut?” tanya Mae. Seperti biasa, Daisy menceritakan tentang anjing peliharaan dokter Faraday. Mama Carol mengajaknya berkunjung lagi ke sana pagi tadi. “Ya, Poppy terlihat senang sekali saat aku datang. Aku baru membuka pintu taksi, tapi sudah menggongg

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Semua Itu Untuk Aku?

    “Apa kalian menjual peralatan dapur dari emas?” Mae biasa memakai barang dapur di rumah Barnet yang juga mewah, tapi tidak pernah membeli sendiri. Mae tidak tahu harga peralatan dapur sejatinya. “Tentu tidak, tapi suami Anda memilih yang terbaik dan modern. Saya jamin, setelah ini kegiatan dapur Anda menjadi lebih mudah.” Petugas itu sepertinya dibayar untuk mempromosikan produk juga, selain mengirim dan memasang. Gaya bicaranya persis seperti iklan. “Silakan.” Mae mundur dan membuka pintu selebar mungkin. Memberi ruang saat kardus pertama diangkut masuk. Sore Mae yang tadinya sunyi berubah hiruk pikuk. Ada sekitar lima orang pria yang datang, dan mereka semua masuk ke dapur yang tidak seberapa besar itu, lalu mulai bekerja. Yang pertama, membongkar kompor kuno yang ada di sana. Menggantinya dengan kompor api tiga tungku juga menambahkan induksi satu tungku. Keduanya menempel pada oven yang canggih, Mengkilap dan modern memang. Tapi melihat keduanya, Mae langsung tahu kalau Ash pa

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku yang Membalas

    “Jangan! Aku mohon! Aku akan memberikan semuanya!” Dex memohon sambil mengulurkan dompetnya. Tangannya gemetar, menatap orang yang mengancamnya dengan tangan terkepal. Tangan yang tentu saja sudah melayangkan paling tidak tiga pukulan. Wajah Dex tidak lagi dominan pucat putih, tapi ungu dan biru. Ada yang merah juga malah, karena darah. Sudut bibirnya yang baru beberapa saat sembuh, kini kembali robek. Pria yang memakai masker balaclava (masker yang hanya terlihat mata) berwarna hijau, dan kacamata hitam itu, menerima, menarik semua uang Dex yang tersisa di sana, lalu mendengus. “Kau bahkan lebih miskin dariku! Bisa kemana kau dengan lima puluh pound? Hanya lima kali mengumpat saja sudah habis,” ejeknya. “Huh?” Dex yang tadi berlutut sambil menunduk dan memohon, mendongak kebingungan. “Tapi lumayan. Uang ini lebih berguna untukku daripada di tangan anjing lapuk sepertimu.” Pria itu membuang dompet Dex ke bak sampah terbuka yang ada di sampingnya. “Jangan!” Dex berusaha menang

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Membuatnya Karena Ingin

    Menyetir ke Reading sayangnya menghabiskan waktu lama. Ash bisa sampai dengan selamat, tapi hampir tengah malam. Dex sedikit sulit ditemukan, jadi Ash banyak membuang waktu di sana tadi.Saat masuk, Ash menemukan Mae yang sudah tertidur, lagi-lagi di sofa. Tapi dari pakaiannya, Ash tahu niat Mae tidak lagi untuk menggoda. Bukan lagi lingerie, tapi legging dan kaus normal. Perbedaan lain, Ash menemukan buku resep, dan juga aneka pamflet produk di sekitar sofa.Buku itu tua, kemungkinan berasal dari salah satu rak yang ada di ruang tengah—milik neneknya. Sedang pamflet itu adalah bawaan produk baru yang terpasang di dapur. Mae membacanya untuk belajar.Ash memungut semua yang tercecer dan masih bisa tersenyum, meski tidak benar-benar melihat senyum Mae seperti yang dibayangkannya, Ash masih tetap bisa gembira.Respon Mae masih mencerminkan penerimaan, dan kegembiraan. Semangat yang tidak bisa ditutupi. Ash tadinya membeli semua itu karena ingin meringankan pekerjaan Mae yang terlihat a

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Tidak Ingin Membahas Itu

    “Di mana dia?” tanya Hubert, sambil menjengukkan kepala, memandang apa yang ada dibalik punggung Mae. Seolah ada sesuatu yang bisa disembunyikan di sana, padahal sudah jelas tidak ada siapapun.“Dia siapa?” Mae yang sejak tadi cemas, dengan jengkel ikut berpaling memandang ke belakang.Ruangan itu hanya berisi dirinya dan Hubert. Mereka menempati salah satu ruangan yang ada di gedung pengadilan, yang memang khusus disiapkan untuk tersangka sebelum menghadap ke hakim.“Pria pirang itu.” Hubert mendesah dengan lebih lega, lalu duduk menghempaskan tubuhnya yang gempal itu, sampai membuat bantalan kursi berwarna merah ambles.“Maksudmu Ash? Dia tidak ikut.” Mae menggeleng.Ash tidak mungkin ikut karena Mae memang tidak memberitahu tentang surat panggilan itu. Ash juga tadi sudah berangkat.Mae tidak merasa perlu memberi tahu juga. Ash sudah cukup direpotkan dengan membayar jaminan itu, tidak perlu ditambah lainnya. Pria itu hampir mati, Mae tidak ingin membebani pikirannya. Uang tidak te

Bab terbaru

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 65 - Kau Ada di Tempat Sempurna

    “Di sini saja, lebih teduh.” Rowena menunjuk kursi di sebelahnya. Dean juga mengangguk setuju.Seluruh plot kursi taman itu sebenarnya ada di bawah pohon paling besar yang ada di taman rumah, tapi karena posisi matahari, ada bagian yang masih tersiram cahaya.Mae sebenarnya tidak keberatan mendapat siraman matahari setelah beberapa hari berada di rumah sakit, tapi ia masih ingat bagaimana nasib orang yang kali terakhir berdebat dengan Rowena—diusir, karenanya sekarang Mae memilih menurut dan duduk dengan manis di sampingnya.“Kau sudah tidak sakit?” tanya Amy yang sudah duduk dan kini menyerahkan satu cookies dari meja. Bukan buatan Mae tapi. Ia belum boleh mendekati dapur—atau melakukan apapun.“Tentu saja. Dokter tidak mungkin mengizinkan aku pulang kalau belum.” Mae melirik Ash yang juga sudah duduk di sampingnya. Orang yang tidak mungkin mengizinkan Mae pulang sebelum dokter memastikan tidak ada yang salah dari tubuhnya.Untung saja Mae kemarin berhasil membuat dokter itu merahasia

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 64 - Kau yang Salah

    “Mae? Ada apa?”Jeritan itu tentu saja menarik perhatian Rowena, dan juga beberapa orang tamu yang bersamanya. “Mae, hentikan!” Rowena menyambar kran wastafel dan mematikannya. Ia lalu menyambar tisu dapur dan mengulurkannya untuk wanita yang kini tersedak dan terbatuk itu.“Lady Jane? Apa Anda baik-baik saja?” tanya Rowena, sambil membantu mengusap air dari wajahnya.Mae yang masih berdiri di situ sedikit menjauh. Mengeluh saat mendengar Rowena memanggilnya lady. Itu berarti Jane ini berasal dari kalangan bangsawan yang sama dengan Rowena. Ia menyombong karena tahu kedudukannya kurang lebih sama dengan Rowena.“Tidak! Wanita ini menyerangku!” Jane menuding ke arah Mae, segera begitu batuknya terhenti.“Mae? Apa—”“Pelayan ini kurang ajar. Kau harus memberinya pelajaran etika!” Jane mengadu tanpa memberi kesempatan Rowena untuk bertanya pada Mae.“Siapa? Pelayan yang mana?” Rowena bingung memandang sekitar, mengira ada orang lain yang terlibat.“Ini!” Jane menuding Mae dengan lebih je

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 63 - Kau Tidak Sopan

    “Aku saja yang membawa.” Mae mengambil alih piring besar berisi potongan kue yang sudah diatur rapi olehnya dari tangan pelayan. Ini karena memang jumlah orang yang membawa kurang. Mae membantu agar pekerjaan mereka cepat selesaiAcara makan sudah dimulai sejak dua jam lalu, dan kini saatnya dessert yang dihidangkan. Semua tamu ribut bicara dan menertawakan entah apa. Mereka sudah tidak lagi duduk, tapi berdiri berkelompok masing-masing. Beberapa mengerumuni Rowena sebagai tuan rumah untuk berterima kasih.“Mae.” Rowena menghentikan langkah Mae dengan meraih lengannya saat ia lewat untuk kembali ke dapur.“Kau tidak perlu bekerja lagi.” Kalimat Rowena itu terdengar seperti kalimat pemecatan, tapi Mae sudah menghapal kalau tujuan Rowena bukan itu. “Kau tidak terlihat baik-baik saja.”Kalimat Rowena yang menyusul berikut menjelaskan niatnya dengan lebih baik. Rowena sedang mengkhawatirkan keadaan Mae.“Ya, setelah ini aku akan beristirahat.” Mae tersenyum menenangkan, lalu meneruskan l

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 62 - Kau Disini?

    “Karena itu kalian bisa melapor pada—Oh? Sir.” Louis mengangguk saat melihat Ash mendekat.Tapi ia paham kenapa dan langsung bergeser, memperlihatkan sosok yang berdiri di sampingnya, lalu melanjutkan briefing. Tidak berkomentar saat Ash menarik kerah jas Ian, yang tentu saja sedang tersenyum lebar.“What the fuck are you doing here?” geram Ash, setelah mereka sampai di taman yang sepi, tidak termasuk area yang dipakai untuk menjamu tamu.“Tolonglah jangan banyak mengumpat. Untung saja tidak ada toples di sini—Oh, apa aku perlu menghitung berapa umpatan yang kau ucapkan? Jadi bisa membayar nanti?” Ian menepuk bahu Ash perlahan, menangkan sekaligus menikmati reaksinya. Ian memang sengaja tidak mengatakan apapun agar bisa menikmati reaksi itu.“Apa yang kau lakukan di sini?!” Ash mendesis sambil menatap Ian dari atas sampai ke bawah. Jas itu sangat baru, juga pin yang tersemat di dadanya—menandakan ia anggota RaSp.“Apa kau menyamar? Ada pekerjaan yang membuatmu harus menyamar di sini?

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 61 - Kau Juga Melihatnya?

    “Itu cara berpamitan yang unik.”Mae menggelengkan kepala dan tertawa. Sejenak meninggalkan spuit yang dipakainya untuk menghias cupcake untuk menatap Ash.Ia baru saja menceritakan keributan yang terjadi malam kemarin saat ayah Serena datang menjemput. Ash baru bisa menceritakannya sekarang, karena kesibukan Mae memang hampir tanpa henti. Tamu yang dimaksud Rowena tidak hanya berlangsung sehari, tapi datang bergilir selama dua hari ini. Ia menjamu para istri dari orang-orang berpengaruh yang kemarin mendukung dan berkontribusi pada kemenangan Dean. Sedikit membalas budi.Karenanya Mae juga memperlakukan pekerjaan itu dengan lebih serius. Ia tidak boleh mengacau.“Unik, tapi yang pasti aku bersyukur dia sudah kembali. Aku lelah dengan drama gila mereka.” Ash menghela napas sambil mengulurkan tangan—berusaha mencolek krim berwarna hijau yang disiapkan Mae.Tentu saja Mae mencekal lengan itu. Mae tidak mungkin mengizinkan ada yang menyentuh adonannya dengan tangan yang tidak jelas keber

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 60 - Kau Akan Selalu Menjadi Tuan Putri

    “Serena?”Ian menggoyangkan bahu Serena, cukup keras, dan masih tidak bergerak. Ian berencana memakai ponsel untuk menyuarakan alarm, tapi sepertinya percuma.Suara bentakan yang dikeluarkan Val tadi kerasnya melebihi alarm dan tidak mengganggu Serena. “Tuan Putri!”Ian akhirnya berseru agak keras dan mengguncang kedua bahu Serena. Baru setelahnya mendapat respon.“Lima menit lagi, Mom.” Gumaman yang kurang lebih menjelaskan kalau ia masih bermimpi.“I'm not your Mom, so please wake up. She's waiting for you.” (Aku bukan ibumu, jadi bangunlah. Dia menunggumu)Ian berbisik di telinganya, hampir tidak bisa menahan tawa saat melihat bagaimana mata Serena membuka lebar dengan tiba-tiba. Ia langsung berbalik mencari siapa yang berbicara padanya, dan menemukan Ian berbaring di sampingnya sambil menopang kepala menahan tawa.“Bangun tidur pun kau tampak mempesona, Tuan Putri. Hamba puas melihatnya,” kata Ian.“Just cut the crap! Apa maksudmu Ibuku menunggu?” Informasi itu masih diingat ole

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 59 - Kau Tidak Bisa Membunuhku

    “Miss, ada tamu untuk Anda.” Louis dengan sopan mengetuk pintu kamar Serena.“Lebih keras lagi. Dia tidak akan terbangun kalau kau mengetuk selembut itu.” Val menyarankan karena tahu kebiasaan Serena. Biasanya hanya gempa yang bisa membangunkannyaLouis mengangguk dan mengetuk lebih keras lagi. “Miss?” Pintu itu terbuka, tapi yang muncul adalah Ian. “Kau mau apa?” Ian separuh membentak dengan wajah jengkel.Tapi hanya bertahan satu detik, karena wajah itu terhantam oleh kepalan tangan Val setelahnya. Ian tidak mungkin menghindar dan nyaris terpelanting.Dengan gerakan yang terlatih, Ian langsung menegakkan tubuh dan melayangkan tendangan balasan pada siapapun yang menyerangnya. Tapi kakinya berhasil ditepis dan saat itu Ian akhirnya melihat mata amat biru yang sekarang menjadi mimpi buruknya.“Oh, shit!” makinya, sambil menurunkan tangan—membatalkan serangan, tapi tetap waspada dan bergerak menghindar saat Val menggembor marah dan melayangkan pukulan lain.“Dasar setan!” Val berseru d

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 58 - Kau Datang Sekarang?

    “Aku bilang jangan berpikir ke arah sana!” sergah Serena, sambil mengibaskan rambut dan tengkuknya kembali tertutup.“Oh…” Ian tentu saja kecewa, tapi tidak bisa lama. Saat Serena mengangkat sepuluh jarinya, ia langsung paham masalahnya apa. “Kau tidak bisa membukanya.” Serena berbalik sambil mengangguk. Masih ada sisa pink di wajahnya tapi tidak lagi amat merah. “Aku tidak bisa memaksa membuka ini. Aku perlu sembuh cepat. Harus latihan.” Serena menunjukkan perbannya lagi. Ia bisa memaksakan untuk membuka perban itu, tapi khawatir akan memperburuk lukanya. Serena membutuhkan tangan itu untuk berlatih sebentar lagi.“Seharusnya kau mengatakannya sejak tadi. Aku akan membantu. Ini mudah.” Ian memutar tangannya. Isyarat agar Serena kembali berbalik memunggunginya.“Aku akan meminta bantuan Mae kalau dia tidak sibuk!” cetus Serena. Masih ingin menegaskan kalau Ian adalah pilihan terakhir.“Itu tidak akan seru. Seharusnya kau langsung datang padaku. Masalahnya akan cepat selesai.” Ian te

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 57 - Kau Jangan Berpikir yang Aneh

    “Kenapa susah sekali!” Serena mengeluh karena jarinya tidak bisa menyentuh zipper yang sebenarnya mudah.Kalau bisa melepaskan kuncian, Serena bisa mendorong turun, tapi gerakan sederhana itu sangat membutuhkan jari. Serena menghela napas. Menyerah, ia memerlukan bantuan.Serena bisa saja melewatkan mandi, tapi tetap ingin mengganti baju. Ia sudah memakainya seharian berkeliling.Serena keluar dari kamar—mencari Mae, tapi belum sampai di kamarnya, Serena sudah melihat Mae berlari kecil ke arah dapur. Serena mengintip, dan terlihat Mae—dibantu beberapa orang pelayan yang memang bekerja di rumah itu sedang sibuk menyiapkan kue.Mae tadi hanya keluar sebentar, kini melanjutkan pekerjaannya menggiling adonan croissant berwarna merah yang harus dilipat berulang kali. Bukan saat yang tepat untuk meminta bantuan, karena Serena perlu membawa Mae ke kamar. Tidak mungkin ia membuka bajunya di dapur.“Ian ada di sana—belum pulang. Menerima panggilan.”Ash yang berusaha membantu Mae—dengan menga

DMCA.com Protection Status