SUCI TAK PERAWAN 15"A-apa maksudmu, Kinan?" tanya Kak Alan terbata. "Kak Alan tahu maksud dari pertanyaanku." Aku melengos, antara percaya diri dan tidak. Bagaimana jika aku salah sangka, siapa tahu memang ada wanita lain selain aku, dan Mbak Vina di hati Kak Alan."Dari mana kamu bisa menyimpulkan hal seperti itu, siapa yang bilang?" tanya Kak Alan dengan suara yang begitu lembut.Pria itu tak pernah marah sama sekali, dia begitu sabar seperti Mama. Sangat jarang meninggikan suara."Mbak Vina yang bilang," jawabku tanpa berniat untuk menatap padanya."Kamu bertemu dengannya, kapan di mana?""Jangan mengalihkan pembicaraan, Kak!" Aku berteriak tak suka.Terdengar helaan nafas Kak Alan. Pria itu diam. Sedetik dua detik kutunggu jawaban tapi Kak Alan tak kunjung berbicara."Jadi benar kan, Kakak suka sama aku sebagai seorang perempuan bukan seorang adik," cecarku. "Kamu mau jawaban yang bagaimana, Kinan?" Kak Alan balik bertanya. "Jawab jujur.""Itu tidak akan mengubah apapun, Kina
SUCI TAK PERAWAN 16Aku tersenyum bahagia saat melihat kontak Cean di ponselku kembali menampakkan gambar dirinya. Sejak dia memblokirku, secara berkala aku melihat kontaknya, berharap suatu saat nanti dia akan membuka blokiran tersebut dan hari ini keinginanku itu akhirnya terkabul juga. Sejak Cean mengancam akan menyakiti dirinya sendiri dan anaknya waktu aku datang ke rumahnya dulu, aku tak lagi mendekatinya. Yang kulakukan hanya sesekali pergi ke outletnya dan melihatnya dari jauh. Aku benar-benar memenuhi janji untuk tidak mengganggunya asal dia bahagia.Pelan tapi pasti kulihat tubuhnya mulai berisi dan perutnya semakin membuncit. Sesekali dia datang juga ke restoranku, Cean selalu memesan Red Velvet untuk desert. Sengaja tak kuhapus nama itu dari daftar menu, namun jika ada yang memesan pasti kami akan bilang tidak ada karena memang tidak menyediakannya. Menu itu hanya special untuk Cean. Jika dia datang, karyawan akan kuminta untuk mencarinya di tempat biasa. Apa cake kesuka
SUCI TAK PERAWAN 17Suara detak jantung terdengar begitu kencang dan keras di telingaku, itu suara detak jantung calon anakku. Tadi aku juga sempat melihat sekilas wajahnya, dia tampan seperti ... aku. Bayi yang dikandung oleh Cean adalah seorang bayi laki-laki. Setelah berbulan-bulan lamanya, akhirnya aku bisa menemani Cean memeriksa kandungannya. Sejak aku menyetujui persyaratan yang diajukan oleh Cean, aku bisa lebih leluasa melihat perkembangan bayi itu. "Kakak pergi dulu ya, maaf tidak bisa menemani," ucap Kalan berpamitan. Pria itu mengusap kepala Cean dengan sayang, lalu pergi mengendarai motornya.Kulihat adegan itu tadi saat menjemput Cean di rumahnya. Kalan tidak bisa mengantarkan Cean check up ke dokter kandungan dan memintaku menemaninya. "Pergi sana jauh-jauh dan jangan kembali!" umpatku dalam hati.Baik Cean, Kalan, maupun Papa Mirza, mereka kompak mengijinkanku dekat dengan calon anakku meskipun dengan syarat. Entah apa sebenarnya yang direncanakan mereka. Aku tidak
SUCI TAK PERAWAN 18Mata bulat itu mengerjab beberapa kali, segera kutarik bibirku dari pipinya, namun wajah ini enggan beranjak menjauhi wajahnya. Pasrah menerima tamparan jika Cean akan melakukannya. "Kita sudah sampai?" tanya Cean seraya mendorong dadaku agar kami kembali berjarak.Aku cukup terkejut dengan reaksinya, dia tidak marah padaku dan terlihat biasa saja. Seperti tak memiliki rasa. "Sudah, ayo turun," ajakku. Kugaruk pelipis untuk menenangkan perasaan. Aku segera turun, dengan setengah berlari berjalan memutari mobil lalu membukakan pintu untuk Cean. Kami segera ke dapur yang terpisah dengan dapur untuk memasak pesanan pelanggan. "Mau masak apa?" tanya Cean saat kami sudah berada di dapur yang menjadi saksi bisu kebersamaan kami dulu."Oxtail soup," jawabku."Sop buntut?" tanya Cean.Aku mengangguk, dia tertawa. Tawa yang sangat aku rindukan selama ini."Kenapa pakai bahasa inggris?""Biar terdengar keren," jawabku sekenanya. "Lagian tema restoranku western dan Asian
Wajah itu terlihat lelah dan kesakitan, butiran keringat membasahi dahinya. Tangannya sesekali mencengkram erat tanganku. Hingga sekarang, aku belum sempat untuk memberi kabar pada orang tua Cean jika putrinya hendak melahirkan. Aku hanya peduli pada wanita ini dan ingin terus bersamanya. Pembukaan yang terjadi begitu lama kurasakan, aku tidak tega melihatnya sekaligus tidak sabaran. Cean terlihat begitu menderita dan kesakitan. "Kak ... sakit," rengek Cean. Tangannya kembali meremas tanganku, matanya terlihat berkaca-kaca.Begitu besar pengorbanannya untuk melahirkan sebuah kehidupan baru ke dunia, bagaimana bisa setelah ini aku berjanji meninggalkan mereka berdua, yang ada aku semakin jatuh cinta dan tak ingin pergi darinya."Maafkan aku, Cean," ucapku sambil mengengam erat tangannya. Kekecup berulang kali tangan itu. Kuseka keringat di dahinya.Andai bisa diganti, aku rela menggantikan sakitnya. Sungguh aku tidak tega melihatnya terlihat begitu tersiksa. Konon katanya orang melah
SUCI TAK PERAWAN 20"Kalian tidak tahu kan rasanya sakit dipisahkan dengan anak sendiri.Ada darahku yang mengalir di tubuhnya, aku yang mendengar tangisnya pertama kali, aku yang pertama mengendongnya, aku yang menemani proses kelahirannya, tapi setelah itu aku diusir tanpa diberi waktu lagi. Aku ingin marah tapi tak tahu pada siapa!" Aku berteriak pada ketiga temanku.Kulayangkan tinju pada meja yang biasa di pakai untuk makan pelanggan untuk meluapkan emosi, aku hancur sangat hancur. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana perasaanku saat ini. Aku mengoceh sejak tadi, dan mereka bertiga hanya bisa diam mendengarkan ocehanku. Restoran sudah tutup selama satu bulan karena hal ini. Jangankan untuk menyiapkan menu, aku enggan melakukan apapun sekarang ini. "Ini semua karena kalian berdua!" Dengan berang, aku menuding Putra dan Adrian. "Kai," sela Nicholas, berusaha meredam amarahku."Istrimu saja yang sok-sokan, cuma begitu saja ngambek sampai berbulan-bulan. Banyak wan
SUCI TAK PERAWAN 21Tubuhnya mungil, tingginya hanya sebatas dadaku, pipinya chubby mengemaskan, kulitnya putih bersih, matanya selalu berbinar jika berbicara. Oceana, dia adalah adikku, bagiku dia adalah samudra kebahagiaan yang tak memiliki tepian. Meskipun bukan adik kandung, kami tumbuh besar bersama dalam canda dan tawa. Aku jatuh cinta padanya saat dia mengatakan, "Aku ingin memiliki suami seperti Kak Alan, tampan, penyayang dan perhatian." Dia berkata sambil memeluk erat tubuhku yang tengah memboncengnya.Ucapan itu dikatakan saat dia masih remaja yang baru lulus SMP, saat itu aku juga juga baru lulus SMA. Ucapan anak gadis yang beranjak dewasa harusnya tidak kumasukkan ke dalam hati. Hari yang kami lalui bersama begitu menyenangkan, seperti layaknya saudara kami saling memberi perhatian. Cintaku padanya tentu saja tidak mungkin aku ungkapkan, hanya berharap suatu saat nanti Papa menjodohkan kami entah bagaimana caranya. Kadang juga aku merasa tidak pantas jika berharap menj
SUCI TAK PERAWAN 22Pov AlanBocah manis itu tertidur pulas di pangkuanku, kami tidak memberitahu pada Papa ataupun Mama hendak pulang, jadi kami menggunakan taksi dari bandara ke rumah. Kairav, dia putra Cean dengan Kairo. Sepintas kulihat wajahnya sangat mirip dengan pria itu. Mereka bagaikan pinang dibelah dua, meskipun Kinan pergi jauh darinya, tapi wajah anak itu kupikir tetap saja mengingatkannya pada pria tersebut. "Apa Kairav bisa disembuhkan, Kak?" Cean bertanya dengan suara bergetar. "Tidak ada penyakit yang tidak bisa diobati, Kinan. Tiap penyakit ada obatnya," jawabku berusaha sebijak mungkin.Mata Kinan selalu berembun jika membahas tentang penyakit anak itu. Bocah sekecil itu harus menderita penyakit yang tidak ringan. Dokter mendiagnosa Kairav terkena acute lymphocytic leukemia. Leukemia limfoblastik akut adalah kanker anak yang paling umum terjadi. Suatu jenis kanker darah dan sumsum tulang yang memengaruhi sel-sel darah putih. Ini terjadi ketika sel sumsum tulang
SUCI TAK PERAWAN (36)'Duo pasangan Chef Kairo dan Chef Kinan juga berniat membuka restoran lain. Restoran dengan konsep private dinning akan diperuntukkan bagi selebriti top, sosialita, dan foodies. Berlokasi di sebuah Mall terkenal di kota ini, restoran ini memang sangat mewah dan menurut pengakuan dari Chef Kairo punya sajian makanan yang tidak perlu diragukan lagi.'Aku membaca penggalan wawancaraku yang sudah tayang di situs berita online dengan seksama.'Piawainya Chef Kairo dalam membuat menu western dan Asian, berpadu dengan sang istri yang ahli di bidang cake dan pastry.'Aku kembali tersenyum membaca alenia ini. Semua orang mengakui kami adalah pasangan yang sempurna. Aku yang ahli dalam menu utama dan Cean yang ahli di dessert."Kenapa sih, Kak? dari tadi kulihat kakak terus saja tersenyum gak jelas sambil lihatin ponsel." Cean berkata sembari menghempaskan bobot tubuhnya di sampingku yang sedang duduk di sofa panjang di ruang santai. Hari ini aku tidak ke restoran dan men
SUCI TAK PERAWAN 35Pria itu menghampiriku yang sedang duduk menghadap dinding kaca dengan senyuman yang mengembang. Di tangannya terdapat makanan yang aku inginkan. Dia pria yang sejak kecil sudah menjadi penjagaku. Tuhan mendatangkan dirinya sebelum memberikan aku pada kedua orang tuaku. Dia Kakak satu-satunya yang aku miliki selama ini, Kak Alan. Tadi setelah dia mengantar Kairav ke sekolahnya bersamaku, kami sengaja mampir ke minimarket khas dari negeri matahari terbit. Setelah dua malam menginap di rumah Kak Alan dan tak mau ke sekolah juga, Kairav akhirnya mau juga kembali padaku. Di minimarket ini, tidak hanya menjual makanan ringan dan camilan, tapi juga berbagai desert dan juga makanan berat. Aku sendiri meminta Roll Cake Vanilla dan hot cappucino. Sedangkan Kak Alan, aku tak tahu dia membeli apa. Tapi tampak di tangannya ada nampan penuh dengan makanan. "Tadi aku sengaja gak sarapan di rumah biar bisa sarapan denganmu di sini," terang Kak Alan, dia meletakkan bawaannya ke
SUCI TAK PERAWAN 34Dengan anggun, Cean berjalan perlahan ke arahku yang masih berdiri terpaku tak jauh dari pembaringan. Wanita yang masih berstatus sebagai istriku itu berhenti tepat di depanku saat jarak kami hanya tinggal sejengkal saja."Terima kasih untuk semuanya, Kak," lirih Cean, jarinya yang lentik mengusap dadaku yang masih terbalut kemeja berwarna mint. Jantungku seketika berdebar kencang, apakah malam ini kami akan menyatu kembali. Cean sudah memaafkanku dan kami bisa bersama secara sempurna. Aku ulurkan tangan dan memeluk pinggangnya yang ramping. "Sudah seharusnya kakak melakukannya semuanya," balasku tanpa mengalihkan pandangan dari wajahnya yang selalu kudamba. "Apa kamu masih penasaran kenapa aku tidak berdarah saat pertama kali kita melakukan hubungan suami istri?" Cean bertanya sambil memainkan kancing kemejaku. "Tidak, tolong jangan bahas itu lagi. Kakak minta maaf sudah melakukan tindakan bodoh itu."Aku tidak ingin tahu lagi hal-hal seperti itu, dan tidak i
SUCI TAK PERAWAN 33Kamar Cean masih seperti yang dulu, tidak ada yang berubah meskipun tahun sudah berganti. Kamar yang baru kumasuki sekali, lalu kutinggalkan pergi, hingga menimbulkan banyak penyesalan dalam hati. "Kakak tidur di sebelah sana, aku sebelah sini," ucap Cean sambil menunjuk dua sisi yang berjauhan. Meskipun tempat tidur Cean berukuran queen, tapi cukup membuat jarak di antara kami jika memang dia menginginkan seperti itu. Padahal otakku sudah mengembara kemana-mana. "Mau ganti baju? Baju Kakak masih ada di dalam situ." Cean menunjuk pada sebuah lemari pakaian. Baju yang aku bawa bertahun-tahun yang lalu saat datang ke tempat ini pertama kali. Jika mau, harusnya Cean sudah membakarnya sejak lama. Semua yang ada di tempat ini membuat ingatanku kembali ke masa lalu. Masa lalu yang aku sesali hingga saat ini, membuat hatiku merana dan mata memanas."Tidak perlu, Kakak pakai baju ini saja," jawabku. Aku memakai celana kain panjang dan kaos pendek. Tidak masalah jika ti
SUCI TAK PERAWAN 32Untuk beberapa saat, hanya keheningan yang menyelimuti kami. Cean hanya diam, tak menjawab ucapanku sama sekali. "Apalagi yang membebanimu untuk kembali padaku, kakak akan mengangkatnya agar kita bisa kembali bersama, Cean." "Aku khawatir Kakak akan mengulangi kesalahan yang sama. Mengambil keputusan saat dalam keadaan marah," balas Cean. Aku mengurai pelukan, pelan kuputar tubuhnya agar menghadap padaku. "Kakak janji gak akan mengulangi hal-hal bodoh lagi. Kasian Kairav kalau kita terus terpisah seperti ini," ucapku sambil membingkai wajahnya. Mata bening itu menatap dalam padaku, seakan mencari kejujuran di mataku. Sudah beberapa lama kami tidak pernah saling memandang seperti ini. Aku merindukan segala hal yang ada dalam diri Cean. "Kakak boleh ...." Aku tidak berani meneruskan ucapanku, hanya memandangnya dengan tatapan mendamba. Ya, aku ingin menikmati bibir ranum itu, dia istriku tapi untuk menyentuhnya aku harus meminta izin seperti ini. Mata Cean meme
SUCI TAK PERAWAN 31Aku seakan mengulang masa kebersamaan dulu dengan Cean. Sama persis, hanya saja lebih berjarak sekarang, padahal dulu hubungan kami sebatas tunangan bukan suami istri seperti sekarang. Tapi sekarang malah kami lebih berjarak meskipun sudah menjadi suami istri. Cean mulai membantuku lagi di restoran seperti janjinya waktu di acara pernikahan Kalan, Kairav sudah mulai masuk ke taman kanak-kanak. Cean akan ke restoran setelah mengantarkan putranya. Di memilih sekolah yang tak jauh dari restoran. "Lagi buat apa?" Tanyaku saat melihatnya sibuk membuat sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Hari ini aku yang mengantarkan Kairav karena Cean ingin cepat-cepat ke dapur.Ini masih pagi, restoran belum buka tapi Cean memang lebih dulu sibuk di dapur untuk membuat dessert, cake dan pastry tak bisa dibuat secara mendadak, tapi aku pastikan semua dessert yang dijual di restoran ini fresh. Depannya saat ini terdapat sebuah kue dilapisi dengan coklat di seluruh bagiannya
SUCI TAK PERAWAN 30Pagi ini, perasanku terasa lebih ringan. Satu beban rasanya seperti terangkat. Dengan semangat kukenakan baju seragam berwarna senada dengan pakaian yang akan di pakai oleh Cean di acara pernikahan Kalan. Hari ini aku akan pergi ke pernikahan Kalan. Akhirnya pria itu benar-benar memenuhi janjinya untuk menikah, dia menikah dengan wanita yang waktu itu makan di restoranku, Vina. Kujalankan kendaraan roda empat dengan perlahan menuju rumah Cean, Kairav memintaku menjemputnya, dia ingin pergi ke pernikahan papanya dengan naik mobil bersamaku. Tak terkecuali dengan Cean, kupikir dia akan ikut bersamaku juga. Pasti dia tak akan tega membiarkan Kairav berdua saja di mobil bersamaku."Dad," teriak Kairav saat aku turun dari mobil. Semua orang terlihat sudah siap menuju tempat diadakan acara akad nikah dan sekaligus resepsi. Berbeda dengan pernikahanku dengan Cean dulu yang terpisah antara akad dan resepsi, pernikahan Kalan dan Vina dilakukan di waktu dan tempat yang sam
SUCI TAK PERAWAN 29POV Kairo Dari kejauhan kulihat Cean seperti sedang berbicara dengan seorang teman, Kairav berteriak memanggil namaku saat bocah itu sadar aku memperhatikan mereka. Aku mendekat dan mempertanyakan siapa wanita itu, ternyata dia adalah teman Cean juga temannya Kalan. Hal yang membuatku terkejut adalah, Cean memperkenalkanku sebagai suami sekaligus daddy dari Kairav. Saat itu juga, mendadak hatiku sangat bahagia, dia mengakuiku sebagai suami di depan temannya. Kupikir Ini adalah sebuah kemajuan dalam hubungan kami. Aku mulai memiliki harapan banyak padanya lagi. Namun harapanku mendadak kembali musnah saat dia tak mau menginap di restoran dan menolak saat aku menyentuhnya, padahal hanya genggaman tangan saja. Aku pikir Cean sudah mulai melunak saat mau kami bersama merawat Kairav di rumah sakit. Kesalahanku waktu itu memang sangatlah fatal, aku mencurigainya, lalu meninggalkan dirinya padahal besok masih resepi. Aku mengabaikan ancaman Papa dan pergi begitu saja
SUCI TAK PERAWAN 28"Kami akan pergi dari Kak Alan, Mbak. Aku tidak akan menganggu hubungan kalian lagi." Kuutarakan janji padanya. "Mungkinkah?" tanya Mbak Vina seakan tidak percaya."Mungkin, Mbak," jawabku meyakinkan. "Aku sudah memutuskan bahwa mencintai tak harus memiliki, Kinan. Mencintai adalah melihat orang yang kita cintai bahagia entah dia berada di mana dan dengan siapa," terang Mbak Vina. "Tapi aku yakin, Kak Alan akan bahagia jika bersamamu. Lagipula kalau bersama kami, Kak Alan bukan menjadi suami dan ayah. Dia tetap menjadi Kakak dan Om. Kalian berdua adalah orang yang sama-sama tulus dalam hal perasaan, jika kalian bersama pasti akan bahagia." Aku berusaha meyakinkan Mbak Vina."Daddy," teriak Kairav sambil berdiri. Sejak tadi aku berbicara dengan Mbak Vina sampai melupakan Kairav ada di antara kami, dan juga lupa kalau Mbak Vina ke tempat ini untuk makan. Kak Kai berjalan ke arah kami, sepertinya dia baru saja menyapa pelanggannya. Pria itu tersenyum pada Mbak Vi