Share

BAB 6

Author: Aina D
last update Last Updated: 2022-09-07 08:28:01

Lembaga Pemasyarakatan.

Aku duduk dengan gelisah menunggu pertemuan pertamaku dengan kakakku Rizal Arifin yang sedang menjalani hukuman di Lapas ini. 

"Mas, kita pulang aja yuk.Aku nggak yakin dia mau bertemu denganku," ucapku lirih.

"Tenang, Dik, jangan berprasangka yang tidak-tidak. Lebih baik memastikan lebih dahulu dari pada menyimpulkan sendiri. Kita tunggu beliau keluar ya." Mas Andri meremas jemariku memberiku kekuatan.

"Saudara Rizal, Anda diberi waktu 30 menit sebelum kembali ke sel Anda." Suara tegas petugas Lapas membuyarkan lamunanku. Kulihat sesosok laki-laki dengan perawakan tinggi menatap ke arahku. Mataku berkabut, aku teringat ayah. Sungguh penampilan Kak Rizal di depanku mengingatkanku pada ayah. Kembali kurasakan jariku diremas lembut oleh Mas Andri, sepertinya ia memahami jika aku sedang tidak baik-baik saja.

"Kak Rizal ..." gumamku lirih sambil berdiri.

"Duduklah, Dek," ucapnya menyuruhku duduk kembali. Dek??? Apa dia memanggilku adek? Apa dia mengingatku yang dulu masih sangat kecil dan polos? Dia duduk di hadapanku dengan menatap tajam padaku. Aku menunduk menerima tatapan tajamnya.

"Aku tau suatu saat kau pasti datang menemuiku. Tapi aku tidak menyangka kita akan bertemu di tempat seperti ini. Aku tidak punya banyak waktu. Apa ada yang mau kau sampaikan padaku?" kata Kak Rizal tetap dengan menatap padaku.

"Tidak ada yang ingin kusampaikan, Kak. Aku hanya ingin bertemu dengan kakak kandungku. Apakah itu salah? Aku tidak mengerti apa yang terjadi di masa lalu, yang aku tau dan ku dengar dari cerita ayah aku mempunyai 2 kakak laki-laki. Aku menemuimu sekarang karena Allah baru memberikan petunjuknya sekarang." Aku tiba-tiba menemukan kekuatan untuk berbicara dan menatapnya. 

Kulihat di luar Mas Andri lagi mengobrol dengan petugas Lapas, dia memberikan waktu padaku dan Kak Rizal untuk bicara. 

Kak Rizal tersenyum. "Gaya bicaramu persis ayah, Dek. Kakak rindu pada ayah. Kakak sudah banyak dosa pada ayah. Kamu tau, kakak berada di sini mungkin ini hukuman yang Allah berikan karena Kakak sudah terlalu banyak melukai hati ayah." kak Rizal menyeka air matanya. Matakupun sudah basah dengan air mata. Kusodorkan tisu padanya tanpa kata. "Terima kasih," ujarnya.

"Apa sebenarnya yang terjadi pada Kak Rizal dan Kak Amir, mengapa sampai seperti ini? Aku merasa menyesal terlambat menjumpai Kakak. Bahkan aku cuma bisa mengunjungi pusara Kak Amir. Kenapa Kakak dulu tidak pernah mengunjungiku? Apakah kau tidak pernah menganggapku adikmu?" Kembali  kutatap matanya. Dia tertunduk, menarik nafas panjang.

"Itulah yang menjadi penyesalan terbesarku sekarang dek. Dulu kakak begitu terpukul dengan kehadiranmu, kau mengambil ayah dari kami. Kami merasa kasih sayang ayah pada kami memudar karena kamu. Ayah sangat jarang mengunjungi kami, bahkan semakin menjauh dari kehidupan kami. Setelah dewasa baru kuketahui bahwa ayah sama sekali tidak meninggalkan kami, bahkan seharusnya kehadiranmu menjadi kebahagiaan kami juga. Ibukulah yang melarang ayah menemuiku dan Kak Amir, ibu juga merubah surat-surat tanah dan rumah serta semua harta atas namanya, bahkan ibu yang membuat ayah dipecat dari Pegawai Negeri Sipil. Hidup ayah terlunta-lunta hingga akhirnya mencoba membuka usaha jahitan. Dan ibumulah yang setia di samping ayah menemani ayah memulai hidupnya kembali dari nol. Sebelum ibuku meninggal, beliau membeberkan semuanya. Tapi sudah terlambat, aku dan Kak Amir sudah terlanjur kehilangan sosok ayah yang membuat kami berdua tumbuh dengan jiwa kekerasan. Akhirnya di sini lah aku sekarang, aku beruntung masih diberi Allah kesempatan untuk merenung dan menyesali serta bertaubat pada-Nya. Tapi kak Amir ...." Dia terisak, kembali kusodorkan tisu yang kupegang.

"Pulanglah, Dek, terima kasih sudah mengunjungiku. Maafkan semua yang sudah terjadi sampaikan pula maafku pada ibumu. Kau adalah adikku, sekarang kau satu-satunya saudaraku. Kakak berharap hiduplah dengan baik, setidaknya ayah punya satu anak yang tidak tersesat sepertiku dan Kak Amir. Kulihat suamimu sepertinya orang baik dan soleh (dia menoleh ke arah Mas Andri) ikutilah dia, dia surgamu. Sering-seringlah mengirim doa pada ayah, semoga ayah diampuni dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya dijauhkan dari siksa kubur." Kak Rizal berdiri dan menepuk nepuk bahuku. Aku tergugu, tak sanggup berkata-kata.

Petugas Lapas kemudian masuk untuk membawa Kak Rizal kembali ke sel nya. 

Kuraih lengannya. "Aku pulang ya, Kak, Insya Allah aku akan sering mengunjungi Kak Rizal setelah ini. Semoga Allah memberi kekuatan pada Kak Rizal, pada kita semua." Aku mengucapkannya sambil mengingat masalahku dengan Mas Andri yang bahkan belum sempat kubahas.

***

"Dik, kemarin mau bahas apa dengan Rini?" Suara Mas Andri memecah kesunyian di mobil saat kami berdua pulang dari Lapas.

"Ada sesuatu yang ingin kupastikan padanya Mas, kenapa? Tumben mas jadi 'kepo' gini?" Aku menoleh padanya.

"Hehe gak boleh ngomong gitu, Dik. Bukankah Mas suamimu, Mas harap kamu tidak melakukan hal yang aneh-aneh ya, Dik." Tangan kirinya mengusap pahaku sedang tangan kanannya memegang stir. Aku kembali menoleh.

"Aneh-aneh gimana maksudnya, Mas? Kenapa juga aku harus aneh? Kurasa Mas deh yang aneh sekarang," sahutku ketus.

"Ya sudahlah, Dik. Kita nggak usah bahas 'keanehan' lagi," katanya sambil tertawa. Aku terdiam, tidak ada yang lucu menurutku, malah sekarang aku merasa makin tertantang untuk menyelidiki ada apa sebenarnya antara Mas Andri dan Rini.

***

Drrrtttt... ddrrtttt... Ponselku berbunyi. Kulihat Rini memanggil.

[Asalamualaikum, Rin.]

[Walaikumsalam Mbak Nuri. Mbak sibuk kah? Rini mau ketemu Mbak ada yang ingin Rini sampaikan,] ucapnya 

[Mbak masih di kantor Rin? Rini mau ketemunya kapan dan di mana? Nanti mbak usahakan waktunya. Mau ngomongin apa sih, Rin? Sudah ada yang ngelamar kah?] sahutku bercanda. Kudengar helaan nafasnya di telpon.

[Hehe kalau sekarang masih rahasia Mbak, Insya Allah ini salah satunya yang mau Rini ceritakan pada Mbak Nuri]

[Oke Rin, gini aja. Besok sepulang kantor Mbak ke rumahmu ya.]

[Dengan senang hati, Mbak. Rumah itu rumah Mbak Nuri juga karena itu pemberian perusahaan. Rini akan sangat senang kalau Mbak Nuri mau mengunjungi rumah Rini. Jangan lupa ajak anak-anak ya Mbak,] sahutnya.

[Aduh kalau itu belum bisa Rin, Mbak kan rencananya besok sepulang kantor langsung mampir, jadi gak pulang kerumah dulu. Lain kali lah Mbak bawa anak-anak berkunjung.]

Entah kenapa hatiku merasa kali ini aku tak boleh melibatkan anak-anakku, apalagi Aldy. Aku kembali teringat pernyataan Aldy yang merasa ayahnya dan Rini ada hubungan khusus.

***

Kunyalakan sambungan g****e map pada ponsel ku dengan memasang alamat Rini yang dikirimnya beberapa hari yang lalu. Memasuki perumahan yang lumayan bagus menurutku. Sepertinya ini perumahan baru, penataannya rapi dan bangunan-bangunannya masih terlihat baru. Aku membuka kaca mobilku ketika melewati pos satpam, kusampaikan detail alamat blok yang kutuju.

"Ohh ... rumah Nyonya Rini ya, silahkan Bu," kata pak satpam. 

Nyonya Rini??? Bukankan Rini belum menikah? Seharusnya satpam menyebutnya Nona Rini atau Mbak Rini. Setauku Nyonya adalah sebutan bagi perempuan yang sudah menikah. Ah ... entah kenapa aku semakin takut dengan kenyataan yang akan kuhadapi. Apakah Rini memang sudah menikah? Apakah suaminya adalah Mas Andri? Aku bertanya-tanya dalam hati. Hatiku tiba-tiba menciut, aku merasa takut jika apa yang ada dipikiranku menjadi kenyataan.

"Bu, kok malah melamun. Silahkahkan Bu ..." kata pak satpam terkekeh membuyarkan lamunanku.

Kuedarkan pandanganku mencari blok dan nomor rumah Rini. 

Degggg!!! 

Aku terkejut ketika kulihat di depan rumah bernomor 17 tepat dengan alamat yang diberikan Rini padaku ada mobil Mas Andri parkir di sana. Jantung serasa memompa dengan cepat, telapak tanganku dingin, perasaanku tidak enak. Aku memang tipe orang yang cepat gugup. Ada apa ini ya Allah? Dengan tangan gemetar aku mencari celah yang aman untuk memarkirkan mobilku.

Bersambung.

Related chapters

  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 7

    Kumatikan mesin mobil kemudian menghela nafas untuk menguatkan hatiku. Aku melangkah ke arah rumah Rini. Kulihat Mas Andri duduk di kursi teras depan sedangkan Rini langsung berjalan ke arah pagar menyambutku."Assalamualaikum," sapaku. Aku merasakan suaraku bergetar saat mengucapkan salam."Walaikumsalam Mbak Nuri, ayo masuk mbak. Pak Andri ada di dalam," kata Rini."Walaikumsalam, Dik," sahut mas Andri hampir berbarengan dengan jawaban Rini.Aku berdiri tepat didepan suamiku. "Kok ada di sini mas?" tanyaku menyelidik."Ayo kita masuk dulu, Sayang, tidak enak mengobrol di luar," kata mas Andri.Akupun melangkah memasuki rumah Rini. Rumah yang menurutku lumayan bagus, sangat nyaman walaupun tidak begitu luas. Rumah ini terkesan elegan dengan penataaannya, dan yang pasti rumah ini bersih, rapi dan masih kelihatan baru.Aku duduk di sofa di ruang tamu, empuk sekali, sofanya pun terlihat masih baru. Beruntung sekali Rini dihadiahi rumah senyaman ini oleh perusahaan. Tentu saja pencapaian

    Last Updated : 2022-09-07
  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 8

    Lembaga Pemasyarakatan.Aku duduk dengan gelisah menunggu pertemuan pertamaku dengan kakakku Rizal Arifin yang sedang menjalani hukuman di Lapas ini. "Mas, kita pulang aja yuk. Aku nggak yakin dia mau bertemu denganku," ucapku lirih."Tenang, Dik, jangan berprasangka yang tidak-tidak. Lebih baik memastikan lebih dahulu dari pada menyimpulkan sendiri. Kita tunggu beliau keluar ya." Mas Andri meremas jemariku memberiku kekuatan."Saudara Rizal, Anda diberi waktu 30 menit sebelum kembali ke sel Anda." Suara tegas petugas Lapas membuyarkan lamunanku. Kulihat sesosok laki-laki dengan perawakan tinggi menatap ke arahku. Mataku berkabut, aku teringat ayah. Sungguh penampilan Kak Rizal di depanku mengingatkanku pada ayah. Kembali kurasakan jariku diremas lembut oleh Mas Andri, sepertinya ia memahami jika aku sedang tidak baik-baik saja."Kak Rizal ...," gumamku lirih sambil berdiri."Duduklah, Dek," ucapnya menyuruhku duduk kembali. Dek??? Apa dia memanggilku adek? Apa dia mengingatku yang d

    Last Updated : 2022-10-03
  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 9

    "Dik, kemarin mau bahas apa dengan Rini?" Suara Mas Andri memecah kesunyian di mobil saat kami berdua pulang dari Lapas."Ada sesuatu yang ingin kupastikan padanya, Mas. Kenapa? Tumben mas jadi 'kepo' gini?" Aku menoleh padanya."Hehe gak boleh ngomong gitu, Dik. Bukankah Mas suamimu, Mas harap kamu tidak melakukan hal yang aneh-aneh ya, Dik." Tangan kirinya mengusap pahaku sedang tangan kanannya memegang stir. Aku kembali menoleh."Aneh-aneh gimana maksudnya, Mas? Kenapa juga aku harus aneh? Kurasa Mas deh yang aneh sekarang," sahutku ketus."Ya sudahlah, Dik. Kita nggak usah bahas 'keanehan' lagi," katanya sambil tertawa. Aku terdiam, tidak ada yang lucu menurutku, malah sekarang aku merasa makin tertantang untuk menyelidiki ada apa sebenarnya antara Mas Andri dan Rini.***Drrrtttt... ddrrtttt... Ponselku berbunyi. Kulihat Rini memanggil."Asalamualaikum, Rin.""Walaikumsalam Mbak Nuri. Mbak sibuk kah? Rini mau ketemu Mbak ada yang ingin Rini sampaikan," capnya "Mbak masih di kant

    Last Updated : 2022-10-03
  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 10

    Kumatikan mesin mobil kemudian menghela napas untuk menguatkan hatiku. Aku melangkah ke arah rumah Rini. Kulihat Mas Andri duduk di kursi teras depan sedangkan Rini langsung berjalan ke arah pagar menyambutku."Assalamualaikum," sapaku. Kurasakan suaraku bergetar saat mengucapkan salam."Walaikumsalam Mbak Nuri, ayo masuk, Mbak. Pak Andri ada di dalam," kata Rini."Walaikumsalam, Dik," sahut mas Andri hampir berbarengan dengan jawaban Rini.Aku berdiri tepat di depan suamiku. "Kok ada di sini mas?" tanyaku menyelidik."Ayo kita masuk dulu, Sayang, tidak enak mengobrol di luar," kata mas Andri.Akupun melangkah memasuki rumah Rini. Rumah yang menurutku lumayan bagus, sangat nyaman walaupun tidak begitu luas. Rumah ini terkesan elegan dengan penataaannya, dan yang pasti rumah ini bersih, rapi dan masih kelihatan baru.Aku duduk di sofa di ruang tamu, empuk sekali, sofanya pun terlihat masih baru. Beruntung sekali Rini dihadiahi rumah senyaman ini oleh perusahaan. Tentu saja pencapaianny

    Last Updated : 2022-10-04
  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 11

    "Meminta penjelasan katamu, Mas? Kamu mengaku menikahi Rini dan mempertanyakan apakah aku akan meminta penjelasan? Aku tak butuh penjelasan dan pembelaan atas nafsu kalian. Kamu gila Mas. Kamuuu ...." Aku kembali kehilangan kata-kata. "Dan kamu Rin ... kamu sudah kuanggap adikku bahkan kuanggap sahabatku, kenapa kamu tega berbuat seperti ini padaku? Apa sebenarnya yang ada di pikiran kalian berdua." Aku menatap tajam pada Rini kemudian pada Mas Andri. Mas Andri bergeser berpindah duduk ke sampingku, tangannya terulur hendak meraih pundakku. Segera kutepis tangannya menjauh."Jangan seperti ini, Sayang, Mas benar-benar minta maaf jika ini menyakitimu.""Jika ini menyakitiku? Kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan, Mas? Kamu menikahi Rini, kalian mengkhianatiku!!!" Aku berteriak dengan lantang.Mas Andri kembali ingin menggapai pundakku dan kembali kutepis tangannya, kali ini dengan hentakan kasar aku menepisnya. Mas Andri menatapku, matanya terlihat sayu.Aku menoleh ke arah Rini, kul

    Last Updated : 2022-10-04
  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 12

    "Dik, masuklah ke mobil Mas. Jangan menyetir dalam kondisi seperti ini, sangat membahayakan keselamatanmu," ajaknya."Sudahlah, Mas. Jangan pedulikan aku lagi. Uruslah istri mudamu yang lagi menangis itu, dia pasti membutuhkan belaianmu," ucapku sinis.Mas Andri menggeleng, kemudian tangan kanan memegang keningnya dan tangan kirinya di pinggang, lalu memejamkan matanya sesaat. Gaya khas mas Andri jika lagi ada masalah, lagi berpikir keras atau lagi pusing. Hahhhh ... pusing ... dia pusing karena kelakuannya sendiri, karena nafsunya. Aku berlalu dari hadapannya. Kumasukkan kunci mobil dan menyalakan mesin. Kuremas kuat-kuat setir mobilku berusaha mengumpulkan kekuatan. Aku beristighfar berkali-kali mengharapkan kekuatan dari Tuhanku. Aku harus fokus, jarak dari sini ke rumahku memerlukan waktu sekitar 20 menit. Kujalankan mobilku perlahan setelah membaca Bismillah. Saat mencapai jalan besar setelah keluar dari kompleks perumahan Rini aku melihat dari spion ada mobil Mas Andri mengiku

    Last Updated : 2022-10-04
  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 13

    “Abang .…” Kulihat ekspresi terkejut Mas Andri tepat di depan pintu kamarku.Tanpa harus melihat keluar aku yakin di balik pintu itu ada putraku Aldy. Kututup pintu kamar pelan, aku belum siap berhadapan dengan Aldy dalam situasi dan kondisi kacau seperti ini. Kujatuhkan tubuhku hingga terduduk di karpet kamar, lalu menyandarkan punggungku pada tempat tidur.Tiba-tiba terlintas di benakku cerita Kak Rizal tempo hari sewaktu mengunjunginya di Lapas. Aku merasa de javu dengan kondisi ini. Dulu, ayah dan ibuku pun terlibat hubungan rumit seperti ini. Hubungan yang kemudian menghancurkan masa depan kedua kakakku. Waktu itu ibunya Kak Amir dan Kak Rizal begitu membenci ayah dan ibuku. Kebencian yang kemudian ditularkannya kepada anak-anaknya yang akhirnya dikemudian hari membawa kak Amir dan kak Rizal salah langkah.Selama 30 menit aku duduk terpekur di atas karpet kamar. Berkali-kali kutarik napas panjang. Aku harus bisa mengendalikan emosiku. Aku harus bisa menahan egoku. Bukan untuk mem

    Last Updated : 2022-10-05
  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 14

    "Aldy benar kan, Ma? Papa sudah jahat pada Mama," serunya."Jangan berkata seperti itu, Nak. Papa dan Mama sangat menyayangi kalian. Masalah apapun yang terjadi tidak akan mengurangi rasa sayang Papa dan Mama pada Nanda dan Aldy. Hilangkan prasangka buruk pada Papamu, Nak. Untuk masalah ini biarlah Mama dan Papa yang mencari jalan keluarnya, Aldy dan Nanda cukup mendoakan. Insya Allah akan ada hikmah dari semua kejadian ini. Jangan lupa baca Robbighfirlii Waliwaalidayya Warhamhuma Kamaa Robbayaanii Shogiiroo dalam doamu, Nak. Yakinlah bahwa dengan doa yang menembus langit akan mampu mematahkan masalah seberat apapun. Aku memeluk pundaknya lembut.Aldy pun tersenyum padaku. "Iya, Ma. Aldy sayang Papa dan Mama""Mama juga minta maaf jika tadi Aldy sempat melihat kekacauan komunikasi antara Mama dan Papa. Kami berdua tidak ada niat saling menyakiti, tapi Aldy tau kan setan selalu mencari celah untuk membuat manusia jatuh ke dalam dosa. Oiya, siapkan beberapa pakaianmu ,ya, Nak. Besok so

    Last Updated : 2022-10-05

Latest chapter

  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 190

    “Bang, pulang yuk! Kita nggak dianggap di sini. Dunia serasa milik mereka berdua tuh.” Andin menyebikkan bibirnya sambil menoleh pada Rizal.“Jangan pulang dulu dong, Ndin. Aku boleh minta sesuatu nggak?” tanya Nuri.“Apaan? Asal jangan meminta bayi dalam kandunganku. Kamu kan udah dapat bonus bayi dari Mas Andri.”“Sayang!” Rizal menegur lembut istrinya sambil menggelengkan kepalanya. Dia takut Andri tersinggung dengan ucapan istrinya.“Nggak apa-apa. Aku sangat terhibur dengan kalian berdua,” ucap Andri yang mengerti maksud Rizal.“Jadi minta apa, Ri?” tanya Andin.“Untuk beberapa hari kedepan bisa nggak kalian menginap di sini dulu menemani Ibu dan anak – anak.”“Maksud kamu, Ri?”“Aku dan Mas Andri berencana untuk berlibur keluar kota beberapa hari.”“Jadi kamu setuju, Dik?” tanya Andri dengan tatapan berbinar –binar.“Iya, Mas. Semoga anak-anak juga mengizinkan, ya.”“Wuihhh, aku cemburu pada kalian berdua. Yang pengantin baru siapa yang bulan madu siapa!” Andin kembali mengerucu

  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 189

    “Tapi kita bukan pasangan pengantin baru, Mas.” Protes Nuri. Wajahnya sedikit bersemu merah menerima tatapan menggoda dari suaminya.“Bagiku kita adalah pengantin baru, Sayang. Dan akan selalu begitu. Kita akan menjalani hari-hari kedepan seperti pengantin baru setiap harinya. Kamu mau kan?” Andri menarik mengencangkan pelukannya di bahu Nuri yang membuat tubuh wanita itu masuk kedalam dekapannya. Andri mencium pucuk kepala Nuri. “Boleh minta lagi nggak?” tanyanya mengedipkan mata.“Aku ke sini buat manggil sarapan, Mas. Ayo, sepertinya yang lain sudah menunggu kita.” Nuri menjauhkan tubuhnya. Dia pun sebenarnya susah payah menahan hasratnya untuk tetap berada dalam dekapan hangat suaminya.“Ah, padahal aku ingin sarapan yang lain.” Andri masih menggodanya.“Udah ah, Mas!”“Makanya kamu ambil cuti ya, Dik. Kita liburan berdua.”“Kita bicarakan nanti ya, Mas. Yuk, sarapan dulu.” “Morning kiss dulu, dong,” pinta Andri memajukan bibirnya.Cup! Nuri mengecupnya sekilas. Mata Andri berbin

  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 188

    Kembali Andri dan Nuri tak sanggup menahan keharuan ketika mereka bersujud dalam salat, sajadah keduanya basah dengan air mata penuh rasa syukur atas semua yang sudah mereka lalui.“Aku mencintaimu, Nuri-ku. Perasaanku tidak pernah berkurang meski takdir memisahkanku darimu,” ucap Andri lembut dan memberi kecupan pada kening Nuri setelah mereka melewati malam panjang berdua.“Aku juga mencintaimu, Mas,” jawab Nuri manja sambil menyandarkan kepalanya di dada lelaki yang tak pernah pergi dari hatinya itu.“Sarapan apa pagi ini, Bi?” tanya Nuri pada Bi Ina yang sedang sibuk di dapur.“Ini lagi bikin nasi goreng, pancake dan roti bakar, Bu.”“Ooh, ada yang pesan nasi goreng, Bi? Nggak biasanya sarapan nasi goreng.”“Nggak ada yang pesan, Bu. Bibi hanya membuat nasi goreng kesukaan Pak Andri.”Nuri tersenyum. Beruntung sekali dia dulu menerima Bi Ina ketika seorang keluarga jauhnya merekomendasikan Bi Ina saat Nuri sedang mencari tenaga ART. Bi Ina orang yang jujur, baik dan sangat menyaya

  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 187

    Andri mengetuk pintu kamar Nuri kemudian membukanya perlahan. Nuri yang sedang merapikan beberapa barang diatas meja riasnya menoleh ke arah pintu dan tersenyum melihat kehadiran Andri di sana.“Silakan masuk, Mas. Maaf aku masih merapikan beberapa barang yang tadi berantakan di sini,” ucapnya.“Mau kubantu, Dik?” tanya Andri.“Nggak usah, Mas. Sebentar lagi beres kok. Oiya, ibu masih nginap di sini?”“Ibu sudah pulang ke rumah, Dik. Katanya nggak bawa baju ganti jadi tadi minta antar pulang. Maaf nggak sempatin pamit, tadi ibu nyari kamu untuk berpamitan tapi sepertinya kamu sedang mandi tadi.”“Oh, nggak apa-apa, Mas. Insya Allah besok kita jemput ibu lagi ke sana. Kasian beliau sendirian di sana.”“Iya, Dik. Besok aku ada janji dengan perawat Bilqis juga dan ibu juga ingin ikut menengok Bilqis.”Nuri mengangguk tersenyum. “Besok kita ke sana bersama-sama ya, Mas.”“Teririma kasih, Sayang,” ucap Andri dengan suara serak. Nuri tersipu malu mendengar kata ‘sayang’ bibir lelaki itu. P

  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 186

    Rizal tersenyum bahagia melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah Nuri. 'Aku akan menebus kesalahanku padamu dengan menjaga Nuri, Ayah. Aku melihat senyummu di balik senyumannya,' batin Rizal. Setelah tamu satu persatau mulai meninggalkan rumah Nuri, Andri dan Nuri yang sedang duduk bersantai di ruang tengah terkejut dengan kemunculan Bi Ina dengan deraian air mata di sana.Bi Ina sedari tadi tidak kelihatan diantara para tamu karena sibuk di belakang. Dengan deraian air matanya, Bi Ina memberi selamat pada kedua majikan yang begitu dihormatinya itu.“Bi Ina kok nangis gitu? Nggak suka saya balik ke rumah ini lagi?” tanya Andri sengaja bercanda. Dia tau Bi Ina dari dulu sangat berharap dia kembali ke rumah ini. Bi Ina bahkan beberapa kali menangis memohon padanya agar majikannya itu kembali bersama seperti dulu lagi.“Tidak, Pak. Justru sebaliknya saya sangat bahagia. Saya bahagia melihat keluarga Pak Andri dan Bu Nuri kembali bersatu. Ini adalah impian saya selama ini. Saya hanya

  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 185

    Andri dan Nuri serta Aldy dan Nanda masih berkeliling menyapa semua keluarga mereka yang hadir di rumah Nuri. Bu Susi yang dari tadi hanya diam menyaksikan semua yang terjadi di sana memeluk Nuri dengan erat ketika Nuri dan Andri serta kedua anak mereka menghampirinya.Tak ada kata yang keluar dari bibir wanita tua itu, hanya terdengar tangisan lirih membungkus keharuan yang dirasakannya. Nuri pun kembali menitikkan air mata harunya dalam dekapan ibu mertuanya itu.“Ibu tak bisa berkata apa-apa, Nak. Kebahagiaan yang ibu rasakan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pemandangan ini membuat perasaan ibu sesak dengan rasa bahagia. Sayang sekali Bapak dan adikmu Nindya tak bisa menyaksikan ini,” ucap Bu Susi sambil menyeka air matanya.“Iya, Bu. Kita akan mengabari Bapak dan Nindya nanti,” sahut Nuri lembut.“Terima kasih, Bu. Andri yakin ini semua juga tak lepas dari doa – doa ibu selama ini. Terima kasih untuk selalu meminta kebahagiaan anakmu ini dalam setiap doamu Ibu,” ucap Andri d

  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 184

    Andri terpaku mendengar ucapan Nuri, ucapan Nuri membuatnya merasa terbang ke awan – awan. Hatinya yang tadinya sesak dengan kepedihan kini berganti sesak dengan kebahagiaan.Begitu mudahnya Allah membolak – balikkan keadaan dan hati seseorang, maka sesungguhnya kita hanya perlu berpasrah pada ketentuan-Nya. Kun Fayakun, tidak ada satu hal pun yang mustahil bagi Allah jika Dia menghendakinya.Setelah semuanya setuju, Andri duduk dengan gagahnya menggantikan posisi yang tadinya diisi Adit. Kemeja kuning pucat hadiah dari Nuri yang dikenakannya tampak serasi dengan kebaya putih kombinasi kuning gading yang digunakan Nuri.Jika dilihat sekilas, tidak akan ada yang menyangka jika posisi Andri ada di sana untuk menggantikan Adit. Semua tampak serasi, seperti telah direncanakan dengan sempurna. Ya, semua rencana Allah. Itulah yang membuat semua terlihat sempurna.“Andri Firmansyah, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan adik kandung saya yang bernama Nuri Wulandari binti Muhammad Rasyid d

  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 183

    Ayah Andin, yang merupakan pemuka agama khusus datang dari Kalimantan memenuhi undangan anak dan menantunya untuk memberi khutbah dan wejangan pada calon pengantin. Jantung Adit berdegup kencang ketika tiba saatnya Rizal menatap tajam padanya dan menggenggam erat tangannya, sedangkan Nuri hanya duduk tertunduk di sampingnya sambil sesekali menghela napas pelan.“Danis Raditya, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan adik kandung saya yang bernama Nuri Wulandari binti Muhammad Rasyid dengan maskawinnya berupa uang sebesar Lima Ratus Ribu Rupiah dan seperangkat alat sholat dibayar TUNAI!”Hening. Tidak ada jawaban dari Adit. Ujung mata pria itu melirik pada sesosok pria di sudut ruangan yang tertunduk dengan bahu terguncang naik turun sambil memangku gadis kecil yang terlihat heran melihat pria itu menangis. Bola mata Adit menatap tajam pada Rizal kemudian kembali melirik ke sudut ruangan lalu melirik Nuri yang hanya menunduk dan menunggunya mengucapkan ijab kabul.Rizal menyipitkan m

  • SUAMIKU SUAMIMU   BAB 182

    Andri membuka lemari pakaiannya dan memilih kemeja berwarna kuning pucat yang merupakan kemeja favoritnya. Kemeja itu menjadi hadiah ulang tahun terakhir yang dihadiahkan Nuri padanya sebelum akhirnya takdir memisahkan mereka. Bu Aisyah, Aldy dan beberapa kerabat Nuri menyambut kehadiran Bu Susi dan Andri ketika mereka ibu dan anak itu tiba di sana. Bu Aisyah tampak ramah seperti biasanya mengajak Bu Susi mengobrol membicarakan beberapa hal. Sementara perhatian beberapa orang yang ada disana terpusat pada Andri ketika pria itu datang. Nuri hanya mengundang beberapa keluarga dekatnya, dan mereka semua yang ada disana mengetahui siapa Andri. Aldy yang menyambut kedatangan papanya mengajak Andri masuk kedalam rumah dan memilih menemani papanya itu duduk di pojok ruangan. Beberapa orang terlihat hilir mudik mempersiapkan keperluan acara. Rizal menghampiri Andri ketika melihat lelaki itu duduk di pojok ruangan ditemani Aldy. Rizal dan Andri terlibat perbincangan ringan beberapa saat sebe

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status