SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 28***Sambil mengetuk pintu dengan semangat empat lima aku terus saja mengucapkan salam. Tak ada juga jawaban dari dalam. Masa iya belum pulang? Aku yakin betul istriku itu tertidur pulas karena pestanya selesai begitu larut malam.Ibu tua yang tinggal di sebelah rumah kami menghampiri.“Pak Reno!” panggil seseorang. Aku menoleh. Ternyata Ibu tua yang tinggal di sebelah rumah kami. Ia menghampiriku. “Kayaknya Bu Atik nggak ada di rumah ini. Soalnya dari pagi pintunya nggak kelihatan terbuka.”“Oh, ya!” Aku menurunkan tanganku dari daun pintu dan menghentikan niatku mengetuk kembali. Kemudian Ibu itu pergi lagi.Aku berinisiatif menghubungi Atik. Untung handphone Rena aku bawa. Suruh siapa saat aku pergi ke sekolah dia belum bangun.Segera aku merogoh telepon pintar di dalam tasku. Kemudian mencari nomorku sendiri di buku kontak dan menekannya.Berdering. Cukup lama aku menunggu, ternyata tak diangkat juga. Aku mendengus kesal. Kemudian memutuskan untuk me
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 29PoV: Atik***“Mas!” teriakku ketika aku turun dan sudah menutup pintu mobil Bu Ika.Aku tak tahan melihat kelakuan Mas Reno yang sudah terang-terangan bermesraan di depan umum.Kebetulan sekali memang, mobil Bu Ika dan mobil Melia konvoi memasuki jalan pulang. Aku yang gemas dari tadi melihat mereka, memutuskan turun lebih dulu, sudah tak tahan rasanya untuk melabrak. Padaku, Bu Weni dan Bu Ika mewanti-wanti diriku untuk tetap sabar menghadapi mereka.Mas Reno yang sedang menggamit lengan Melia terkejut menyadari kehadiranku yang tak ia sangka. Lalu ia mendorong tubuh Melia hingga perempuan itu terjatuh dan terduduk di jalan.Melia teraduh dan langsung segera bangkit, ia juga memukul lengan Reno.“Mas tega amat, sih, dorong aku! Sakit, nih, pant*atku!” Melia berteriak lalu meringis mengusap bempernya.“Eh, iya, maaf.” Reno membantu membersihkan pakaian Melia di bagian bok*ng Melia“Mas!” Aku kembali berteriak. Karena emosi, aku melepaskan sepasang sepa
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 30***“Silakan masuk!” Aku tersenyum ramah menyambut kedatangan keluarga Mas Reno.Kusembunyikan rasa jijik ketika melihat lengan Mas Reno digamit oleh Melia. Ish, ingin muntah rasanya melihat mereka tak punya malu di depan orang-orang menunjukan kemesraan. Seperti sudah jadi pengantin baru saja. Aku yakin Melia sengaja melakukan itu. Sedangkan Mas Reno, di depanku saja Ia tampak risih, sedangkan sebelum aku membuka pintu dan mengintip mereka di depan pintu, Mas Reno tak menolak jika Melia membenarkan kemejanya dan mengusap lengannya. Justru ia memberikan senyum terbaiknya untuk Melia. Dasar Mas Reno munafik.Aku mempersilakan mereka untuk duduk. Satu persatu mereka duduk di sofa kecuali Mas Reno.Mas Reno menilik penampilanku yang berbeda dari keseharianku. Hari di mana biasa aku memakai daster lusuh yang banyak jahitannya dan warnanya juga sudah memudar, sedangkan hari ini aku memakai pakaian terbaik yang dipilih Bu Ika untuk memperlihatkan bahwa aku pu
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3Bab 31“Hallo, Atik! Acaranya sudah selesai, ya? Tadi mobilku sedikit bermasalah. Maaf jadi bikin kamu nunggu.”Nunggu? Siapa yang nungguin dia. Aku melirik pada Mas Reno yang menutup gerbang Bu Weni sambil melirikku dan bermuka masam.Setelah menutup gerbang, Mas Reno segera mendekati kami dengan berjalan cepat.“Arlan!” panggil Reno pada pria di depanku.Pria yang tadi berbicara padaku langsung menoleh ke arah Mas Reno.“Hey, Reno, apa kabar?” Senyum ramah dan tawa renyah dari pria di hadapanku menyapa Mas Reno. Mereka saling berjabat tangan lalu berpelukan ala laki-laki. “Kamu ngapain malam-malam di sini? Jangan bilang kamu mau godain Atik, ya?”Kening Mas Reno mengkerut. “Lah, memanganya kenapa kalau godain Atik?”“Kamu kan sudah punya istri. Masa, iya, kamu lupa sama istrimu yang di rumah, mentang-mentang liat yang bening-bening sedikit.” Pria yang bernama Arlan itu menepuk pundak Mas Reno sambil tertawa.“Istri yang di rumah mana? Justru dia istriku.” Ma
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 32“Jadi, Atik itu karyawan Bu Ika? O ….” Mas Arlan membulatkan bibirnya. Lalu melirik pada Bu Weni.Bu Weni mendelik, entah apa yang dipikirkannya.“Waduh, kok jadi ribet begini? Reno! Kamu jangan macem-macem sama karyawan saya, ya? Mbak Atik itu sudah jadi tanggung jawab saya.” Bu Weni terlihat geram pada Mas Reno.“Tapi Atik itu istri saya, Bu Weni. Saya lebih berhak atas dirinya.” Mas Reno masih tetap mempertahankan ucapannya.Secara administrasi aku memang istri Mas Reno. Jika Masalah ini sampai membawa RT, tentu RT membenarkan ucapan Mas Reno. Aku jadi bingung harus bersikap apa. Menginap di rumah orang tua Mas Reno aku tidak mau. Pulang sendiri ke rumah juga sudah terlalu larut malam. Sebenarnya hatiku lebih menginginkan menginap di rumah Bu Weni. Karena tidak perlu bulak balik lagi untuk bekerja di rumah ini. Bangun subuh, shalat, lalu langsung mengerjakan pekerjaan rumah.Tapi, karena ada Mas Arlan, Mas Reno tidak akan mungkin tinggal diam, sepert
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 33“Rena! Jangan nggak sopan kamu sama Mas-mu. Pulang, pulang!” Ibu mertua membentak anak gadisnya. “Sudah malam bikin keributan.”“Kamu juga Reno, pulang!” Telunjuk Ibu mertua mengarah pada rumahnya.“Tapi, Bu ….”“Pulang! Masalah ini nggak akan ada habisnya jika kamu masih berdiri di sini!” kali ini Ibu menarik tangan anak laki-lakinya sambil melirik sinis padaku.Aku menganggap wajar. Namanya juga seorang Ibu. Seberapa besar kesalahan anak laki-lakinya pasti akan tetap berpihak pada darah dagingnya sendiri dibanding aku menantunya.Kemarin waktu di rumahku mungkin Ibu mertua di depanku mendukung untuk aku dan Mas Reno bersatu kembali. Tapi yang kulihat cara dan sikapnya tidak melarang Melia menjauhi anaknya. Entah apa yang membuat mereka tetap selalu dekat. Bahkan aku merasa tidak pernah sedekat Melia dengan ibu mertuaku. Apa kastaku yang rendah dan tidak berpendidikan ini yang menjadi jarak antara aku dengan mereka?***Semenjak kejadian malam itu, aku
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 34***Setelah Rena menyampaikan berita itu, tak ada hari yang beda dalam hidupku. Bangun subuh, shalat, bersih-bersih bersenda gurau dengan Bu Weni, begitu setiap harinya, tapi aku sangat bersyukur dengan apa yang kudapat hari ini. Keluarga baru. Ya, kebersamaan dan kekeluargaan dari Bu Weni yang membuatku bahagia. Beliau tidak mengangapku seperti pembantunya, justru Bu Weni terang-terangan mengatakan bahwa aku dianggap sebagai anaknya.Walau begitu ucapan Bu Weni, tidak membuat aku lupa diri, apa yang terjadi dan ia beri sampai saat ini, aku menganggapnya sebagai hutangku yang harus aku bayar dengan pengabdianku di sisinya. Karena jika aku harus membayar, maka tidak akan cukup dengan gajiku. Aku sadar betul, berapalah gaji seorang pembantu. Apa lagi kami tinggal di Desa. Pasti tidaklah sama dengan upah pembantu di kota.Sampai suatu hari Bu Weni membahas Arlan–anaknya ketika aku sedang menemani Bu Weni menonton acara favoritnya di televisi.“Menurut Mbak
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 35***PoV: Reno“Kamu yakin, Reno?” Ibu menatapku dalam.Aku tak berani membalas tatapan Ibu berlama-lama. Karena pasti itu akan membuatku ragu kembali. Ragu melamar Melia yang sudah mendesakku untuk menikahinya.Rencananya besok pagi setelah memberi talak pada Atik, kami langsung ke rumah orang tua Melia. Aku juga sudah mempersiapkan uang lima puluh juta seperti yang Melia minta. Uang yang aku dapatkan dari hasil menggadaikan SK P3K-ku.Sebenarnya Melia meminta semua yang yang kudapatkan dari meminjam uang di Bank, yaitu seratus juta sebagai biaya untuk pesta pernikahan nanti, tetapi, aku menolak keinginan Melia. Karena menurutku sebagainya uang itu akan aku belikan perhiasan sebagai mahar. Melia pun setuju.“Iya, Mas, apa nggak terlalu cepat Mas mengambil keputusannya. Siapa tahu Mbak Melia berubah pikiran.” Sama halnya dengan Ibu. Rena juga berbicara menambah keraguanku.“Tapi kan Rena tahu sendiri, jawaban Atik waktu itu setelah Rena menceritakan renc