"Apakah selama ini kau telah bermain di belakangku? Apa kau sudah mengkhianati pernikahan kita? Adakah laki-laki lain di dalam kehidupanmu? Atau kau hanya memanfaatkan kekayaanku saja? Jadi selama ini kau hanya membohongiku?" cecar Aditya, dengan tatapan tajam dan kedua mata yang berkaca-kaca.Lisa hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan pelan untuk menjawab pertanyaan dari Aditya, bahwa semua itu tidaklah benar, terlebih melihat kesedihan yang begitu mendalam terukir jelas dari kedua mata suaminya itu, menimbulkan kekhawatiran tersendiri pada dirinya, takut dibenci dan ditinggalkan."Apa aku memang bukan satu-satunya lelaki di dalam hidupmu? Apa kehadiranku tidak ada artinya lagi untukmu?"Rasa sesak begitu menghimpit relung hati Aditya saat ini, tak pernah menyangka ternyata ada sosok laki-laki lain di kehidupan Lisa selain dirinya, bahkan sudah berani memanggil istrinya dengan panggilan sayang di surat tersebut. Meskipun hanya tulisan, tapi sukses membuat hatinya begitu pedih tak
"Rencana apalagi? Aku mengakui jika rencanamu selama ini selalu berhasil Rangga, tapi ingatlah! Kamu harus berhati-hati juga dalam menyusun rencana, sekarang mereka sedang menuju ke toko buket bunga itu, aku berharap kamu tidak meninggalkan jejak identitas atau apapun di sana!"Rangga tersenyum, ia mengingat saat memesan bunga tersebut pagi-pagi sekali tadi sebelum Aditya dan Lisa bangun. Bahkan Rangga begitu berani menggunakan mobil mewah Aditya dengan alasan membawanya ke montir, hanya untuk menuju toko buket bunga itu, memakai kacamata hitam dan juga berpakaian rapi dengan menggunakan jas, ia juga sama sekali tidak menyebutkan namanya, terlebih meninggalkan identitasnya. Semua itu Rangga lakukan supaya dilihat oleh pegawai toko bahwa yang memesankan bunga untuk Lisa memang seorang laki-laki yang kaya dan sangat keren sekali, sehingga saat mereka merasa curiga dan langsung mengecek dan menanyai pegawai tokonya, ia tidak perlu khawatir kalau sampai ketahuan."Aku tidak meninggalkan j
"Mohon maaf sekali Pak, untuk Cctv di toko kami belum disediakan," jawab Pegawai toko singkat, tapi cukup menghujam hati Lisa, karena itu artinya ia tidak dapat membuktikan kalau ia tidak berselingkuh. "Tapi tadi yang pesan memang laki-laki? Anda tidak salah lihat 'kan?" tanya Aditya untuk lebih memastikannya lagi. Pegawai toko tersebut mengangguk dengan mantap, mengiyakan kalau memang yang memesan adalah laki-laki."Betul Pak, saya tidak salah lihat." Aditya mengarahkan pandangannya kembali kepada Lisa."Yang memesan buket bunga itu memang seorang laki-laki, kalau seperti ini, bukti apa yang bisa kau berikan untuk mematahkan dugaan bahwa kau tidak punya laki-laki lain?!" "Aku berani sumpah Adit, aku sama sekali tidak ada laki-laki lain selain kamu! Yang aku cinta hanya kamu!" "Percayalah, ini pasti kerjaan orang yang tidak bertanggung jawab, pasti ada orang yang sedang berusaha untuk memisahkan kita, siapa tahu dia memang menginginkan aku, maka dari itu berusaha untuk memisahkan
Kepanikan mulai mendera Naina, tanpa sadar ia terlalu banyak menghabiskan waktu di dalam kamar itu, menangis dan meratapi nasibnya yang sungguh tidak beruntung karena sudah tertipu oleh dua orang yang begitu ia percayai selama ini. "Lisa tidak boleh melihat aku berada disini! Tapi sekarang harus bersembunyi dimana?" tanya Naina pada dirinya sendiri dalam hati, melihat ke arah sekeliling, tapi tidak kunjung menemukan tempat yang tepat untuk bersembunyi. Naina sedang berpikir keras, bagaimana caranya ia tidak terlihat oleh Lisa, juga berusaha untuk tetap tenang meskipun saat ini kekhawatirannya begitu memuncak. Sedangkan di luar kamar, sekarang terdengar suara Rangga yang sedang menyamar sebagai Kevin, berusaha untuk membujuk Lisa supaya tidak terburu-buru untuk masuk terlebih dahulu ke kamarnya."Bu, kamarnya belum dibersihkan, jadi mohon sekali untuk tidak masuk, nanti setelah dibersihkan saja, Bu!" Lisa mengernyit mendengar perkataan yang baru saja Rangga lontarkan, sembari tangan
Rangga masuk ke dalam Club dengan melepas segala atribut penyamarannya yang sebelumnya, tapi tetap menyamar sebagai orang lain dengan memakai topi, kacamata hitam dan juga memakai kumis palsu tipis, menamainya sebagai mister 'R' dengan tujuan untuk membuat Lisa jatuh hati padanya dan membuat keretakan yang begitu besar di rumah tangga mereka. "Sungguh sangat buruk kelakuan wanita itu, penggoda dan perebut suami orang, sekarang menjadi istri yang durhaka dengan clubbing tanpa sepengetahuan suaminya lagi!" gumam Rangga sedang menatap nanar oke arah Lisa yang sedang asyik berjoget sambil meneguk wine. Sudah menjadi kebiasaan Lisa ketika menjelang malam, saat menghadapi masalah, yang dilakukannya pertama kali adalah mengunjungi Club malam, sekalipun sudah menikah dengan Aditya, dia tetap melakukannya, tapi dengan cara diam-diam tanpa sepengetahuan suaminya itu. Keahlian Lisa dalam meneguk minuman berakohol tidak bisa terbantahkan lagi, dia tentu sangat lihai, meskipun semenjak menikah d
Hampir tengah malam, akhirnya Aditya pulang juga, Naina yang memang sengaja mengintipnya dari ruang tamu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah suaminya itu, tetap saja pulang malam, padahal ia tahu betul kalau Aditya sebenarnya tidak lembur di kantornya.Bukan hanya karena sudah menjadi kebiasaan suaminya yang sering pulang malam, namun juga karena saat ini ekspresi wajahnya yang tidak menampakkan lelah sedikitpun seperti orang yang baru pulang setelah lembur, sehingga patut dicurigai kalau pria yang saat ini masih berstatus suaminya itu bermain dengan wanita lain lagi."Bagaimana bisa, dulu aku selalu saja percaya bahwa ia lembur, dan sekarang setelah kebusukannya terbongkar, baru tahu kalau selama ini ia menghabiskan waktu bersama Lisa, dan sekarang sudah bersama Lisa dia masih pulang malam juga?! Jangan-jangan dia jajan lagi di luar, dasar pria hidung belang!" gumam Naina dalam hati.Ceklek!Pintu ruang tamu dibuka, Aditya masuk ke dalam rumah, dan tentu saja la
"Tidak! Aku tidak akan mengangkat telfon dari Aditya, terlebih dalam keadaan seperti ini, tidak akan! Kalau aku angkat pasti akan dicecar Adit seribu pertanyaan memilukan, rasanya aku tak sanggup mendengarnya!" gumam Lisa, menggeleng sambil menangis tanpa suara.Dirinya semakin kalut membayangkan, bagaimana jika nanti Aditya tahu apa yang telah terjadi padanya, pasti suaminya itu sangat murka dan membencinya.Lisa sangat marah pada dirinya sendiri, dalam kondisi yang sadar, langsung membanting benda pipih itu dengan kencang ke lantai, tidak peduli rusak saat itu juga, karena baginya melampiaskan amarahnya adalah yang paling utama.Dengan membanting ponsel, ia tidak akan lagi mendengar getaran ponsel dan melihat nama Aditya yang semakin membuatnya takut."Maafkan aku, Adit! Aku tidak sengaja melakukan semua ini, ada yang sudah memanfaatkan aku! Malam ini aku juga tidak bisa pulang, masih dalam keadaan terkejut dan kepala yang rasanya seperti hampir pecah ini, aku harap kamu bisa mengert
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Lisa langsung bergegas menuju ke resepsionis untuk menanyakan perihal siapa yang sudah membawanya ke kamar hotel tersebut juga untuk mendapatkan bukti Cctv yang rencananya akan ia berikan kepada Aditya."Permisi, saya mau tanya Mbak, siapa ya yang sudah membawa saya ke hotel ini, mungkin mbaknya masih ingat? Karena informasi ini sangat penting untuk saya!" tanya Lisa."Seingat saya yang bawa Anda laki-laki," jawab resepsionis itu dengan mantap.Seperti sudah menjadi dugaannya sebelumnya kalau yang membawanya memang laki-laki."Kalau begitu saya boleh tahu identitas orang tersebut? Pasti dia check in menggunakan namanya 'kan?""Mohon maaf sekali, sudah kebijakan di hotel kami untuk tidak membocorkan data siapapun kepada siapapun!"Lisa mulai panik sekarang, bagaimana caranya ia bisa membela diri di depan Aditya nanti karena tak ada bukti yang bisa ia tunjukkan."Apakah saya boleh ke ruangan Cctv untuk mengecek wajah pria yang sudah membawa saya? Minta tol
Malam harinya di dalam kamar Naina tampak gusar, mondar mandir melangkahkan kaki ke sana ke mari di dalam kamarnya, sesekali menggigit kuku hingga memilin baju akibat gugup.Hingga suara ketukan pintu mengejutkannya sekaligus membuat degup jantungnya berdetak kencang.Segera dibuka pintu kamar hingga kepala Rangga menyembul, semakin mengejutkannya.Rangga berjalan terus mendekat ke arah Naina, membuat wanita itu langsung mundur beberapa langkah.Naina terus saja melangkah mundur hingga terbentur tembok.Rangga semakin mendekat hingga berhasil mengurung dirinya, pria itu tampak menyeringai dan mulai mendekatkan wajahnya."A-pa yang hendak kamu lakukan?" tanya Naina tergagap akibat gugup dan seketika dibuat membeku dengan sikap suaminya."Kenapa, kamu takut? Bukankah kamu sudah tahu kewajiban sebagai seorang istri yang utama? Boleh 'kan aku melakukannya? Aku menginginkanmu malam ini."Naina mengangguk dengan kikuk. "Boleh, tapi pelan-pelan ya.""Tentu saja sayangku, aku akan pelan-pelan
Tak terasa sudah satu minggu berlalu, pernikahan Naina dan Rangga yang sudah dirancang sedemikian rupa dan jauh-jauh hari sebelumnya akhirnya dilaksanakan juga.Di hari pernikahan, jantung Naina berdebar tak santai, meskipun bukan pengalaman yang pertama untuknyq, tetap saja wanita itu saat ini tengah dirundung kegugupan yang teramat sangat."Naina, lihatlah dirimu Nak! Kamu sungguh cantik sekali!" puji Sashmita begitu bahagia saat mendapati penampilan calon menantunya yang luar biasa.Nauna memandangi dieinya di deoan cermin, sedang dalam keadaan terkejut setelah mendapati penampilannya yang tudak seperti biasanya, sekarang ia tampak lebih cantik juga segar."Anda memang sangat cantik, Nona Naina." Perias yang berada di samping ya tak mau kalau untuk memuji kecantikan Naina yang bisa ia buka dengan polesan make up yang diberikan pada wajahnya."Dengan penampilanmu seperti ini, yakin sekali kalau Rangga pasti akan langsung terpesona dengan kecantikanmu dan tidak bisa melepaskan pandang
Gariendra langsung mengernyit. "Iya, tapi menurut Papa, lebih baik kamu cari yang lain Rangga, karena Papa kurang setuju rasanya jika kamu bersama dengan wanita yang pernah menikah sebelumnya," ungkapnya.Seperti yang sudah Rangga duga sebelumnya, jika Papabya itu tidak akan setuju dengan pernikahannya dengan Naina."Tapi kalau menurut Rangga janda atau tidak sama saja, karena yang paling terpenting adalah hati Naina yang bersih, tidak seperti wanita jahat yang lain," ungkap Rangga, berusaha untuk sesopan dan selembut mungkin saat berkata pada sang Papa.Sedangkan Gariendra sendiri tampak menatap ke arah Sashmita untuk meminta penjelasan, karena selama ia tak ada hanya istrinya itu yang selalu ada dan menjaga putra mereka.Menurutnya sayang sekali jika putra sematawayangnya harus mendapatkan janda tidak seperti yang seharusnya ia dapatkan."Kamu belum bertemu dengannya Pah, Mama jamin setelah bertemu dengannya nanti, kamu akan bangga karena Rangga bisa dapatkan wanita sebaik Naina!"Me
Mendengar pertanyaan dari Rangga, Sashmita langsung diam tak berkutik, baru sadar kalau suaminya belum tahu status Naina yang sebenarnya."Entahlah, Mama juga batu sadar kalau Papamu tak tahu soal statusnya, Mama juga tidak bisa menjamin Papamu bisa menerima Naina jika mengetahui yang sebenarnya," ungkap Sashmita semakin membebani pikiran Rangga.Bagaimana tidak, kalau Papanya tidak setuju, makan rencana pernikahannya dengan Naina pasti gagal dilaksanakan.Mereka jadi dirundung kepanikan yang sangat, entah kenapa tiba-tiba merasa ketakutan kalau Garuendra akan marah besar jika mengetahui calon menantunya sebelumnya pernah menikah."Apa sebaiknya kita sembunyikan status Naina yang sebenarnya dari Papa ya, Mah?"Sashmita terdiam sejenak lanjut menggeleng pelan untuk menolaknya."Sebaiknya jangan karena yang namanya menyembunyikan sebuah kebenaran itu tidaklah dibenarkan, katakan saja sejujurnya pada Papamu, beri alasan kuat kamu menikahi Naina agar bisa menerimanya," ungkap Sashmita.Uca
Pagi harinya, Rangga sangat bersemangat untuk menuju ke meja makan, dengan terus melebarkan senyuman seperti sedang menunggu kedatangan seseorang hingga datang Mamanya."Tumben habis bangun langsung ke sini?" tanya Sashmita yang sudah menaruh curiga.Karena sebagai orang yang paling dekat dengan Rangga, Sashmita paham betul dengan kebiasaan anak laki-lakinya itu yang selalu datang telat jika sarapan karena susah untuk bangun."Mana Naina Ma?" tanya Rangga semakin penasaran.Sashmita tersemyum lebar sembari duduk tepat di hadapannya Rangga."Naina sedang berada di resort sekarang, pagi-pagi sekali Mama menyuruhnya untuk berangkat, sengaja memang agar kamu tidak membuat drama lagi," ungkap Sashmita.Mendengar pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut anaknya, Sashmita jadi paham jika alasan utama Rangga bangun pagi hanya karena ingin melihat Naina, sungguh anak laki-lakinya memang sifatnya jadi berubah drastis saat sudah jadi budak cinta.Mendengar kenyataan yang tidak diinginkannya
"Hanya bercanda Ma! Tak sungguhan, " ucapnya seraya melebarkan senyumnya dengan sangat ke arah Sashmita yang ternyata sedari tadi belum benar-benar pergi dari sana.Meskipun ekspresi wajahnya masih kocak seperti biasanya, tapi sebetulnya Rangga teramat malu setelah kepergok Sashmita sedang menggoda Naina.Sedangkan Naina sendiri terlihat sedang menertawakannya seolah ia adalah badut yang sudah menghiburnya di malam yang seharusnya menyipitkan kedua mata karena mengantuk kini menjadi terbuka lebar karena efek tertawa."Apa yang kamu katakan Rangga? Ayo ulangi?"Sashmita terlihat sangat menyeramkan, sedamgkan Rangga terlihat semakin ketakutan karena tak biasanya Mamanya seperti itu."Mama ingin dengar apa yang kamu bicarakan tadi? Berani ya berkata seperti itu padahal posisi kalian belum menikah?!" Rangga langsung mengernyitkan dahinya dibuat tak paham dengan ibunya yang menganggap hal itu sebagai keinginannya sungguhan padahal yang sebenarnya tadi hanya sebuah bercandaan."Astaga, Mama
Rangga mengernyit untuk menanggapi ucapan Mamanya yang terdengar aneh di telinga, seumur hidup tak oernah Rangga mendengar ketakutan Sashmita sebekumnya, entah apa yang Mamanya takutkan, tapi dengan pertanyaan itu justru membuat Rangga jadi bersedih.Baru menyadari jika sudah menikah dengan Naina, otomatis ia akan meninggalkan kekuarganya, sehingga wajar saja kalau Sashmita berpikiran seperti itu. Mungkin takut kesepian karena akan ia tinggal di rumah terpisah."Tentu masih boleh meluk dong! Bagaimana bisa Mama berkata seperti itu? Jangan berpikiran sempit Ma, karena sampai kapanpun Rangga akan dekat terus dengan Mama kerena setelah menikah kita akan tinggal di sini bersama kalian," ungkap Rangga membuat Sashmita langsung lega.Akhirnya anak laki-lakinya itu tahu penyebab ia bersedih seperti ini karena apa, sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah yang sama setelsh menikah dengan Naina."Nah! Begitu dong, kalau kalian tinggal di rumah ini 'kan jadi rame nanti belum lagi kalau sudah
"Bagaimana Naina, kamu maunya acara pernikahan kita dilangsungkan kapan? Secepatnya 'kan? Kalau besok bagaimana? Hari ini jug aku akan mempersiapkan semuanya!"Naina masih terdiam sembari menatap heran pada Rangga, betapa semangatnya pria itu hendak menjadikannya istri secepatnya, terlihat sekali sudah sangat tidak sabar."Naina memang wanita yang kau cinta dan ingin kau nikahi secepatnya, tapi tidak besok juga! Kau pikir menikah itu cuma pakai ucapan? Tentu saja harus ada persiapan!"Sashmita yang tidak setuju langsung buka mulut, cukup tergelitik dengan ucapan Rangga, yang mengira melangsungkan acara pernikahan bisa secepat itu tanpa persiapan apapun. Padahal Sashmita inginnya pernikahan anak sematawayangnya dikaksanan secara meriah dan diketahui banyak orang."Kamu bersabarlah sedikit, jangan terburu-buru karena yang namanya terburu-buru tidak baik, jalani dengan biasa saja tapi fokus pada tujuan."Rangga menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung hendak mengatakan apa, tap
Mendengar pertanyaan dari Naina yang tidak pernah ada dalam pikirannya, membuat Rangga saat itu juga menjadi tersedak akibat makanan yang masih ada dalam mulutnya.Naina tentu tahu respon yang baru saja Rangga berikan merupakan sebuah keterkejutannya saat mendengar apa yang baru saja ia ungkapkan."Minum dahulu, kemudiwn coba untuk rileks dan setenang mungkin. Jangan sampai karena pertanyaanku tadi kamu menjadi terkejut," ujar Naina dengan segera mengambilkan segelas air minum untuk Rangga.Setelah tenggorokannya lega, Rangga kembali menggenggam kedua tangan Naina, sedang dalam keadaan menenangkan wanita itu dari ketidakkepercayaannya pada dirinya sendiri."Sekarang dengarkan perkataanku ini baik-baik Naina, jangan terlalu berpikir buruk pada dirimu sendiri, memangnya kenapa kalau aku mssih muda dan punya segalanya? Lagipula umur kita juga tidak terlalu terpaut jauh, kamu lebih dewasa dua tahun di atasku dan untuk punya segalanya, itu tidaklah benar!""Karena aku belum mendapatkan kamu