Kepanikan mulai mendera Naina, tanpa sadar ia terlalu banyak menghabiskan waktu di dalam kamar itu, menangis dan meratapi nasibnya yang sungguh tidak beruntung karena sudah tertipu oleh dua orang yang begitu ia percayai selama ini. "Lisa tidak boleh melihat aku berada disini! Tapi sekarang harus bersembunyi dimana?" tanya Naina pada dirinya sendiri dalam hati, melihat ke arah sekeliling, tapi tidak kunjung menemukan tempat yang tepat untuk bersembunyi. Naina sedang berpikir keras, bagaimana caranya ia tidak terlihat oleh Lisa, juga berusaha untuk tetap tenang meskipun saat ini kekhawatirannya begitu memuncak. Sedangkan di luar kamar, sekarang terdengar suara Rangga yang sedang menyamar sebagai Kevin, berusaha untuk membujuk Lisa supaya tidak terburu-buru untuk masuk terlebih dahulu ke kamarnya."Bu, kamarnya belum dibersihkan, jadi mohon sekali untuk tidak masuk, nanti setelah dibersihkan saja, Bu!" Lisa mengernyit mendengar perkataan yang baru saja Rangga lontarkan, sembari tangan
Rangga masuk ke dalam Club dengan melepas segala atribut penyamarannya yang sebelumnya, tapi tetap menyamar sebagai orang lain dengan memakai topi, kacamata hitam dan juga memakai kumis palsu tipis, menamainya sebagai mister 'R' dengan tujuan untuk membuat Lisa jatuh hati padanya dan membuat keretakan yang begitu besar di rumah tangga mereka. "Sungguh sangat buruk kelakuan wanita itu, penggoda dan perebut suami orang, sekarang menjadi istri yang durhaka dengan clubbing tanpa sepengetahuan suaminya lagi!" gumam Rangga sedang menatap nanar oke arah Lisa yang sedang asyik berjoget sambil meneguk wine. Sudah menjadi kebiasaan Lisa ketika menjelang malam, saat menghadapi masalah, yang dilakukannya pertama kali adalah mengunjungi Club malam, sekalipun sudah menikah dengan Aditya, dia tetap melakukannya, tapi dengan cara diam-diam tanpa sepengetahuan suaminya itu. Keahlian Lisa dalam meneguk minuman berakohol tidak bisa terbantahkan lagi, dia tentu sangat lihai, meskipun semenjak menikah d
Hampir tengah malam, akhirnya Aditya pulang juga, Naina yang memang sengaja mengintipnya dari ruang tamu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah suaminya itu, tetap saja pulang malam, padahal ia tahu betul kalau Aditya sebenarnya tidak lembur di kantornya.Bukan hanya karena sudah menjadi kebiasaan suaminya yang sering pulang malam, namun juga karena saat ini ekspresi wajahnya yang tidak menampakkan lelah sedikitpun seperti orang yang baru pulang setelah lembur, sehingga patut dicurigai kalau pria yang saat ini masih berstatus suaminya itu bermain dengan wanita lain lagi."Bagaimana bisa, dulu aku selalu saja percaya bahwa ia lembur, dan sekarang setelah kebusukannya terbongkar, baru tahu kalau selama ini ia menghabiskan waktu bersama Lisa, dan sekarang sudah bersama Lisa dia masih pulang malam juga?! Jangan-jangan dia jajan lagi di luar, dasar pria hidung belang!" gumam Naina dalam hati.Ceklek!Pintu ruang tamu dibuka, Aditya masuk ke dalam rumah, dan tentu saja la
"Tidak! Aku tidak akan mengangkat telfon dari Aditya, terlebih dalam keadaan seperti ini, tidak akan! Kalau aku angkat pasti akan dicecar Adit seribu pertanyaan memilukan, rasanya aku tak sanggup mendengarnya!" gumam Lisa, menggeleng sambil menangis tanpa suara.Dirinya semakin kalut membayangkan, bagaimana jika nanti Aditya tahu apa yang telah terjadi padanya, pasti suaminya itu sangat murka dan membencinya.Lisa sangat marah pada dirinya sendiri, dalam kondisi yang sadar, langsung membanting benda pipih itu dengan kencang ke lantai, tidak peduli rusak saat itu juga, karena baginya melampiaskan amarahnya adalah yang paling utama.Dengan membanting ponsel, ia tidak akan lagi mendengar getaran ponsel dan melihat nama Aditya yang semakin membuatnya takut."Maafkan aku, Adit! Aku tidak sengaja melakukan semua ini, ada yang sudah memanfaatkan aku! Malam ini aku juga tidak bisa pulang, masih dalam keadaan terkejut dan kepala yang rasanya seperti hampir pecah ini, aku harap kamu bisa mengert
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Lisa langsung bergegas menuju ke resepsionis untuk menanyakan perihal siapa yang sudah membawanya ke kamar hotel tersebut juga untuk mendapatkan bukti Cctv yang rencananya akan ia berikan kepada Aditya."Permisi, saya mau tanya Mbak, siapa ya yang sudah membawa saya ke hotel ini, mungkin mbaknya masih ingat? Karena informasi ini sangat penting untuk saya!" tanya Lisa."Seingat saya yang bawa Anda laki-laki," jawab resepsionis itu dengan mantap.Seperti sudah menjadi dugaannya sebelumnya kalau yang membawanya memang laki-laki."Kalau begitu saya boleh tahu identitas orang tersebut? Pasti dia check in menggunakan namanya 'kan?""Mohon maaf sekali, sudah kebijakan di hotel kami untuk tidak membocorkan data siapapun kepada siapapun!"Lisa mulai panik sekarang, bagaimana caranya ia bisa membela diri di depan Aditya nanti karena tak ada bukti yang bisa ia tunjukkan."Apakah saya boleh ke ruangan Cctv untuk mengecek wajah pria yang sudah membawa saya? Minta tol
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Rangga dengan berbisik sehingga hanya Naina yang bisa mendengarnya. Naina langsung tersadar dari lamunannya, ia memandang ke arah Aditya dan Lisa yang masih lahap menyantap masakannya. Sangat terkejut ternyata semua itu adalah lamunannya tapi anehnya terasa begitu nyata, mungkin karena keinginannya untuk melihat mereka tersakiti begitu menggebu-gebu sekarang. Tentu saja Rangga merasa aneh dengan sikap Naina yang tidak biasanya dengan memejamkan matanya di sembarang tempat, terlebih dalam keadaan berdiri. "Semua itu memang hanya khayalan semata, pada dasarnya aku tidak akan pernah bisa dan tidak akan mau untuk membunuh siapapun! Yang aku mau juga menjadi tujuan utamaku adalah mereka merasakan sakit yang luar biasa yang pernah aku rasakan," gumamnya tanpa suara sembari melirik ke arah Rangga yang sedari tadi terus saja menatapnya dengan heran. "Kenapa sampai memejamkan mata begitu? Sungguh aneh! Kalau tidur itu di kamar, jangan di dapur seperti in
Lisa hanya bisa menatap sedih pada kepergian Aditya, dalam hati masih bimbang untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak."Apakah aku harus mengatakan yang sebenarnya? Siapa tahu Aditya bisa menangkap pria hidung belang itu!" "Tapi ... Tidak! Tentu tidak akan bisa aku mengatakannya, atau dia akan marah besar kepadaku lalu lanjut mengusirku! Karena bagaimanapun kemarin semua bajuku ditanggalkan, dia pasti tidak terima dan menganggapku sudah kotor, tentu saja tak mau itu terjadi!" gumam Lisa seraya terus menggelengkan kepalanya dengan pelan. Sedangkan Aditya kini sedang duduk di teras rumah, terlihat santai namun pikirannya sedang tidak santai dengan adanya bukti yang ia terima beberapa hari ini membuat dadanya semakin terasa sesak, mulai dari buket bunga dan tidak pulangnya Lisa semalam, semakin membuatnya sedih dan menderita.Naina dan Rangga terlihat sedang mengintai Aditya dari ruang tamu dengan bersembunyi di samping sofa, untuk apalagi, kalau bukan untuk melihat kesedihan yang b
Lisa menggelengkan kepalanya dengan pelan, seraya meneteskan air mata tak tertahankan setelah mendengar dengan jelas bahwa suaminya dengan tega mengusirnya dan menyuruhnya untuk pergi dari kehidupannya.Hal yang begitu ia takutkan terjadi, padahal sebetulnya ia tak mau semua ini terjadi."Aku heran, kenapa kamu begitu mudahnya mengusirku dari kehidupanmu? Apakah sudah tidak ada lagi cinta di hatimu untukku, Adit?""Cinta? Kurang cinta apa aku sama kamu, hingga rela menyingkirkan Naina hanya demi dirimu dan bisa bersamamu setiap waktu! Tapi sekarang impianku untuk hidup bahagia telah hancur!"Jadi buat apa aku masih mencinta kalau kenyataannya kau telah mendua? Jadi benar, kalau selama ini, kau hanya berpura-pura cinta kepadaku? Dan setelah mendapatkan diriku seutuhnya kau bisa seenaknya, begitu? Tidak bisa, sudah cukup aku dimanfaatkan, sekatang tidak lagi!"Kalau ditanya masalah cinta, dalam lubuk Aditya sebenarnya masih begitu mencintai Lisa, namun kalau dikhianati seperti ini, tent
Malam harinya di dalam kamar Naina tampak gusar, mondar mandir melangkahkan kaki ke sana ke mari di dalam kamarnya, sesekali menggigit kuku hingga memilin baju akibat gugup.Hingga suara ketukan pintu mengejutkannya sekaligus membuat degup jantungnya berdetak kencang.Segera dibuka pintu kamar hingga kepala Rangga menyembul, semakin mengejutkannya.Rangga berjalan terus mendekat ke arah Naina, membuat wanita itu langsung mundur beberapa langkah.Naina terus saja melangkah mundur hingga terbentur tembok.Rangga semakin mendekat hingga berhasil mengurung dirinya, pria itu tampak menyeringai dan mulai mendekatkan wajahnya."A-pa yang hendak kamu lakukan?" tanya Naina tergagap akibat gugup dan seketika dibuat membeku dengan sikap suaminya."Kenapa, kamu takut? Bukankah kamu sudah tahu kewajiban sebagai seorang istri yang utama? Boleh 'kan aku melakukannya? Aku menginginkanmu malam ini."Naina mengangguk dengan kikuk. "Boleh, tapi pelan-pelan ya.""Tentu saja sayangku, aku akan pelan-pelan
Tak terasa sudah satu minggu berlalu, pernikahan Naina dan Rangga yang sudah dirancang sedemikian rupa dan jauh-jauh hari sebelumnya akhirnya dilaksanakan juga.Di hari pernikahan, jantung Naina berdebar tak santai, meskipun bukan pengalaman yang pertama untuknyq, tetap saja wanita itu saat ini tengah dirundung kegugupan yang teramat sangat."Naina, lihatlah dirimu Nak! Kamu sungguh cantik sekali!" puji Sashmita begitu bahagia saat mendapati penampilan calon menantunya yang luar biasa.Nauna memandangi dieinya di deoan cermin, sedang dalam keadaan terkejut setelah mendapati penampilannya yang tudak seperti biasanya, sekarang ia tampak lebih cantik juga segar."Anda memang sangat cantik, Nona Naina." Perias yang berada di samping ya tak mau kalau untuk memuji kecantikan Naina yang bisa ia buka dengan polesan make up yang diberikan pada wajahnya."Dengan penampilanmu seperti ini, yakin sekali kalau Rangga pasti akan langsung terpesona dengan kecantikanmu dan tidak bisa melepaskan pandang
Gariendra langsung mengernyit. "Iya, tapi menurut Papa, lebih baik kamu cari yang lain Rangga, karena Papa kurang setuju rasanya jika kamu bersama dengan wanita yang pernah menikah sebelumnya," ungkapnya.Seperti yang sudah Rangga duga sebelumnya, jika Papabya itu tidak akan setuju dengan pernikahannya dengan Naina."Tapi kalau menurut Rangga janda atau tidak sama saja, karena yang paling terpenting adalah hati Naina yang bersih, tidak seperti wanita jahat yang lain," ungkap Rangga, berusaha untuk sesopan dan selembut mungkin saat berkata pada sang Papa.Sedangkan Gariendra sendiri tampak menatap ke arah Sashmita untuk meminta penjelasan, karena selama ia tak ada hanya istrinya itu yang selalu ada dan menjaga putra mereka.Menurutnya sayang sekali jika putra sematawayangnya harus mendapatkan janda tidak seperti yang seharusnya ia dapatkan."Kamu belum bertemu dengannya Pah, Mama jamin setelah bertemu dengannya nanti, kamu akan bangga karena Rangga bisa dapatkan wanita sebaik Naina!"Me
Mendengar pertanyaan dari Rangga, Sashmita langsung diam tak berkutik, baru sadar kalau suaminya belum tahu status Naina yang sebenarnya."Entahlah, Mama juga batu sadar kalau Papamu tak tahu soal statusnya, Mama juga tidak bisa menjamin Papamu bisa menerima Naina jika mengetahui yang sebenarnya," ungkap Sashmita semakin membebani pikiran Rangga.Bagaimana tidak, kalau Papanya tidak setuju, makan rencana pernikahannya dengan Naina pasti gagal dilaksanakan.Mereka jadi dirundung kepanikan yang sangat, entah kenapa tiba-tiba merasa ketakutan kalau Garuendra akan marah besar jika mengetahui calon menantunya sebelumnya pernah menikah."Apa sebaiknya kita sembunyikan status Naina yang sebenarnya dari Papa ya, Mah?"Sashmita terdiam sejenak lanjut menggeleng pelan untuk menolaknya."Sebaiknya jangan karena yang namanya menyembunyikan sebuah kebenaran itu tidaklah dibenarkan, katakan saja sejujurnya pada Papamu, beri alasan kuat kamu menikahi Naina agar bisa menerimanya," ungkap Sashmita.Uca
Pagi harinya, Rangga sangat bersemangat untuk menuju ke meja makan, dengan terus melebarkan senyuman seperti sedang menunggu kedatangan seseorang hingga datang Mamanya."Tumben habis bangun langsung ke sini?" tanya Sashmita yang sudah menaruh curiga.Karena sebagai orang yang paling dekat dengan Rangga, Sashmita paham betul dengan kebiasaan anak laki-lakinya itu yang selalu datang telat jika sarapan karena susah untuk bangun."Mana Naina Ma?" tanya Rangga semakin penasaran.Sashmita tersemyum lebar sembari duduk tepat di hadapannya Rangga."Naina sedang berada di resort sekarang, pagi-pagi sekali Mama menyuruhnya untuk berangkat, sengaja memang agar kamu tidak membuat drama lagi," ungkap Sashmita.Mendengar pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut anaknya, Sashmita jadi paham jika alasan utama Rangga bangun pagi hanya karena ingin melihat Naina, sungguh anak laki-lakinya memang sifatnya jadi berubah drastis saat sudah jadi budak cinta.Mendengar kenyataan yang tidak diinginkannya
"Hanya bercanda Ma! Tak sungguhan, " ucapnya seraya melebarkan senyumnya dengan sangat ke arah Sashmita yang ternyata sedari tadi belum benar-benar pergi dari sana.Meskipun ekspresi wajahnya masih kocak seperti biasanya, tapi sebetulnya Rangga teramat malu setelah kepergok Sashmita sedang menggoda Naina.Sedangkan Naina sendiri terlihat sedang menertawakannya seolah ia adalah badut yang sudah menghiburnya di malam yang seharusnya menyipitkan kedua mata karena mengantuk kini menjadi terbuka lebar karena efek tertawa."Apa yang kamu katakan Rangga? Ayo ulangi?"Sashmita terlihat sangat menyeramkan, sedamgkan Rangga terlihat semakin ketakutan karena tak biasanya Mamanya seperti itu."Mama ingin dengar apa yang kamu bicarakan tadi? Berani ya berkata seperti itu padahal posisi kalian belum menikah?!" Rangga langsung mengernyitkan dahinya dibuat tak paham dengan ibunya yang menganggap hal itu sebagai keinginannya sungguhan padahal yang sebenarnya tadi hanya sebuah bercandaan."Astaga, Mama
Rangga mengernyit untuk menanggapi ucapan Mamanya yang terdengar aneh di telinga, seumur hidup tak oernah Rangga mendengar ketakutan Sashmita sebekumnya, entah apa yang Mamanya takutkan, tapi dengan pertanyaan itu justru membuat Rangga jadi bersedih.Baru menyadari jika sudah menikah dengan Naina, otomatis ia akan meninggalkan kekuarganya, sehingga wajar saja kalau Sashmita berpikiran seperti itu. Mungkin takut kesepian karena akan ia tinggal di rumah terpisah."Tentu masih boleh meluk dong! Bagaimana bisa Mama berkata seperti itu? Jangan berpikiran sempit Ma, karena sampai kapanpun Rangga akan dekat terus dengan Mama kerena setelah menikah kita akan tinggal di sini bersama kalian," ungkap Rangga membuat Sashmita langsung lega.Akhirnya anak laki-lakinya itu tahu penyebab ia bersedih seperti ini karena apa, sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah yang sama setelsh menikah dengan Naina."Nah! Begitu dong, kalau kalian tinggal di rumah ini 'kan jadi rame nanti belum lagi kalau sudah
"Bagaimana Naina, kamu maunya acara pernikahan kita dilangsungkan kapan? Secepatnya 'kan? Kalau besok bagaimana? Hari ini jug aku akan mempersiapkan semuanya!"Naina masih terdiam sembari menatap heran pada Rangga, betapa semangatnya pria itu hendak menjadikannya istri secepatnya, terlihat sekali sudah sangat tidak sabar."Naina memang wanita yang kau cinta dan ingin kau nikahi secepatnya, tapi tidak besok juga! Kau pikir menikah itu cuma pakai ucapan? Tentu saja harus ada persiapan!"Sashmita yang tidak setuju langsung buka mulut, cukup tergelitik dengan ucapan Rangga, yang mengira melangsungkan acara pernikahan bisa secepat itu tanpa persiapan apapun. Padahal Sashmita inginnya pernikahan anak sematawayangnya dikaksanan secara meriah dan diketahui banyak orang."Kamu bersabarlah sedikit, jangan terburu-buru karena yang namanya terburu-buru tidak baik, jalani dengan biasa saja tapi fokus pada tujuan."Rangga menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung hendak mengatakan apa, tap
Mendengar pertanyaan dari Naina yang tidak pernah ada dalam pikirannya, membuat Rangga saat itu juga menjadi tersedak akibat makanan yang masih ada dalam mulutnya.Naina tentu tahu respon yang baru saja Rangga berikan merupakan sebuah keterkejutannya saat mendengar apa yang baru saja ia ungkapkan."Minum dahulu, kemudiwn coba untuk rileks dan setenang mungkin. Jangan sampai karena pertanyaanku tadi kamu menjadi terkejut," ujar Naina dengan segera mengambilkan segelas air minum untuk Rangga.Setelah tenggorokannya lega, Rangga kembali menggenggam kedua tangan Naina, sedang dalam keadaan menenangkan wanita itu dari ketidakkepercayaannya pada dirinya sendiri."Sekarang dengarkan perkataanku ini baik-baik Naina, jangan terlalu berpikir buruk pada dirimu sendiri, memangnya kenapa kalau aku mssih muda dan punya segalanya? Lagipula umur kita juga tidak terlalu terpaut jauh, kamu lebih dewasa dua tahun di atasku dan untuk punya segalanya, itu tidaklah benar!""Karena aku belum mendapatkan kamu