Seketika Zora merasa canggung, "Pasti Bapak bercanda."
Yash hanya tersenyum simpul. Dan mengendarai mobilnya dengan tenang. Hatinya sebenarnya senang, entah apa ceritanya mereka akhirnya putus saat akan menikah, tentu karna mereka tidak memiliki restu, pria itu berada di level yang sangat jauh dari posisi keluarga Arnold.Yash mengangguk mengerti. Setidaknya bila ia yang mendekat, pasti beda ceritanya, ia juga mengenal Om Arnold sekilas, dan pernah mendapat kunjungan mereka saat ia kecil, di Amerika. Bila benar-benar mendapatkan Zora, tentu perusahaannya akan sangat berkembang pesat dengan semua koneksi yang mereka miliki. Tidak ada lagi namanya kekurangan modal untuk semua produk inovasi yang akan dia luncurkan.Zora merasa, Bossnya menjadi aneh, ia mengangguk, tersenyum seolah sedang bicara, entah apa yang ada dalam kepalanya.Yash mengantar Zora untuk check in di hotel bintang 5 dengan kelas VIP."Maaf pak, saya hanya butuh kelas bi[Aku ingin bertemu]Sebuah text masuk dari orang yang selalu ia inginkan. Siapa lagi bila bukan Zora. Tapi kali ini wajahnya sangat jelek. Pasti wanita ini juga ingin memakinya.Zora menghampiri Affandra yang sudah menunggu di halaman kantornya. Iya berjalan dengan cepat dan raut kemarahan terlukis jelas di wajahnya."Tidak bisakah kau membuatku tidak dalam masalah?" Affandra menatap dan menghela nafas. "Aku sudah bilang untuk jangan berurusan dengannya. Aku tidak suka!""Aku tidak perduli apa yang kau suka dan kau tidak suka. Itu bukan urusanmu."Kini Affandra bangkit dari duduknya dengan marah. "Dia seorang mata keranjang, untuk apa dia membawamu ke hotel? Aku sesulit ini mendapatkan perhatianmu. Tapi dia sudah bisa merayu? Apa maumu sebenarnya.""Pergilah Affandra. Jangan ganggu aku!""Aku sudah bersabar untuk Julian, sekarang aku juga harus bersabar untuk bedebah itu? Kau bercanda?!""Aku tidak per
Wajah Yash masih sangat jelek. Jadi ia berencana untuk istirahat dirumah hingga wajahnya kembali normal. Zora masuk ke kantor setelah jam makan siang, dengan kesal. Sangat merasa tidak enak dengan apa yang terjadi dengan bosnya. Rumor tentang Yash yang babak belur segera menyebar. Hingga Zora mengeleng tidak percaya, Ia mengingat kembali siapa yang kemungkinan besar jadi biang gosipnya. Kemungkinan besar adalah Celine. Mantan sekertaris itu tidak menyerah untuk membuat Zora muak. Dia terus mencari kesalahannya untuk di jadikan bahan gosip agar ia merasa tidak nyaman.Tapi Zora sudah terbiasa. Ia sangat anggun dan tidak menjawab semua tuduhan mereka dengan omong kosong."Kau benar-benar selebritis ya." Ridwan menyapanya di ruang OB ketika mereka mau membuat kopi sore.Zora hanya menyeringai. "Aku tidak peduli.""Ada yang melihat Pak Yash membawamu ke hotel loh.""Ya terus apa? Kenapa kita punya banyak sekali mata-mata?"
Yash kembali masuk dengan wajah yang cukup segar, walau sedikit lebam masih nampak di wajah tampannya. Ia menghampiri Zora."Pelajari ini." Ia melempar sebuah berkas di atas meja Zora.Zora segera meraihnya, sebuah proyek penelitian dan produk yang sangat luar biasa, ini adalah inovasi baru soal baterai rumah tangga?Zora kembali menatap bosnya, hendak bertanya apa yang harus ia lakukan?Tidak perlu Zora bertanya, Yash sudah menjelaskan. "Ini adalah penelitian Prof. Liam, sahabatku. Kau pelajari dan kita akan bertemu dengannya siang ini. Pikirkan cara terbaik untuk melempar benda ini keluar dan merajai pasar."Zora tersenyum. "Ini adalah sebuah inovasi terbarukan, pasti pasar akan menerimanya dengan baik, melihat produk ini sebagai pionir.""Pionir tidak selalu booming. Kau harus bekerja keras mengedukasi karna produk ini belum ada sebelumnya.""Baik saya akan mempelajarinya."Yash tersenyum ringan padanya sebel
Zora menghilang dari keluarganya, memblok kontak Mama dan Papanya, apalagi Affandra. Setelah kejadiannya dengan Yash, Zora benar-benar muak.Affandra tidak bisa menghubunginya, hanya menghela nafas dan memperhatikan wanita itu dari kejauhan. Satu ketika mata mereka bertemu, saat Zora hendak pulang dan melihat Affandra yang termenung menatapnya tanpa expresi. Tidak tersenyum atau bergeming sedikitpun, hanya menatapnya dari kejauhan."Tidak peduli, aku tidak peduli." Zora menggeleng berbisik pada dirinya dan pergi dari tempat dimana Affandra bisa melihatnya, dan mobil itu pun pergi meninggalkan tempat itu. Walau ia sebenci itu pada Affandra, kenapa pria itu sama sekali tidak menyerah?Disisi lain nyonya Anita sangat khawatir karna Zora tidak bisa dihubungi dan memutuskan hubungan setelah hubungannya kandas dengan Julian. Nyonya tidak bisa tidak selalu berfikir setiap malam hingga mengganggu tidurnya, makannya tak berselera. Ini pertama kalinya Zora benar-ben
Nyonya Anita masih menangis dengan sedih, putri yang ia besarkan dengan seluruh hatinya, semakin dewasa semakin pintar melawan. Ia yang mengajarkannya bicara dan kini sang putri sudah bisa berbicara padanya dengan semau-maunya begitu sakit hati mendengarnya.Sebelumnya Nyonya Anita berusaha selalu mengerti keadaan putrinya, tapi hari ini entah kenapa semua kemarahan seperti menumpuk dan meledak dalam satu waktu, pikirannya begitu kacau hanya ingin memberi tahu putrinya, bahwa hatinya sangat hancur."Mama, jangan begini terus." Zora juga tidak bisa lagi menahan tangisnya melihat sang ibu terus menangis dengan pilu. "Anak mama sudah tumbuh jadi gadis yang hebat, dan bisa menentukan pilihan sendiri, tapi ia lupa untuk berbakti."Kata-kata ini jelas menggores hati Zora yang selama ini selalu keras kepala dan ingin mereka tau bagaimana bila mereka kehilangan Zora. Ia hanya ingin di dengar."Mama, apa yang harus aku lakukan. Maafkan Zora menya
Show You 96Zora menggeleng lemah, "Aku bukan anak yang baik.""Berarti kau sudah melakukan kesalahan yang besar?" Yash menatapnya mencari jawaban.Yang hanya di balas Zora dengan anggukan."Aku yakin, Tante Anita pasti sudah memaafkanmu."Zora sangat terkejut, dan melihat Yash yang sudah menyeringai. "Bapak..." "Kau Zora, putri Arnold?" Yash tersenyum. "Aku sudah tau, dan sudah saatnya kau kembali ke tempat asalmu."Wajah Zora kembali muram. "Kau sudah tau sejak awal?"Yash menggeleng, "Aku hanya tertarik padamu saat pacarmu menghalangiku, tapi ketika mencari tau, ternyata kau bukan wanita biasa, aku sempat kaget sebelumnya.""Jadi kau sudah tau ini sejak lama?" Kini ekspresinya menjadi marah. "Lalu apa maksudmu membiarkanku di perusahaan?"Yash tentu menyadari perubahannya. "Aku hanya ingin menyelamatkanmu, apa aku harus tiba-tiba melemparmu keluar karna kau seorang pembelot?" Yash tertawa.
Affandra mengepalkan tangan dan menghela nafas dengan kesal."Aku selalu bilang, untuk berhati-hati dengan pria busuk ini. Dia bisa mencuci otakmu.""Kenapa kau jadi orang yang tidak rasional sekarang, hah?" Zora juga kesal melihat sisi Affandra yang seperti ini."Ini semua karenamu!" Jelas Affandra dengan marah. "Aku sudah menunggu untuk waktu yang lama dan kau malah mengasingkanku seperti ini. Apa aku benar-benar tidak layak untukmu?" Affandra mencoba menatap matanya mencari secercah harapan untuk cinta yang ia perjuangkan kini. "Aku tidak pernah putus asa. Kecuali saat kau mengabaikan ku!" Lanjutnya.Zora hanya menelan kosong."Apa kau yang memang tak pantas untukku?" Tanya Affandra. "Kau yang tidak pantas mendapatkan ketulusanku, perjuanganku, semua sia-sia!"Zora mencibir, "Aku tidak pernah memintanya."Affandra mengangguk dengan senyum pahit di wajahnya. "Aku memang pria bodoh." Setetes air mata tumpah di
Akhirnya Nyonya Anita pun sudah mulai pulih dari sakitnya, dan dipersilakan untuk pulang. Direktur Fernando yang melayaninya sendiri."Tetap jaga kesehatan dan makanlah lebih banyak sayuran Nyonya." Ramahnya pada Nyonya Anita sambil mengantarnya ke lobi rumah sakit.Kali ini, Zora juga menemani ibunya untuk pulang dan sudah meletakan semua barang-barangnya dirumah."Zora ikut mama pulang kan?" Di dalam mobil, Nyonya Anita menyentuh punggung tangan putrinya lembut seraya memohon dan tersenyum."Aku sudah pindah dari kemarin, jadi aku akan menjaga mama mulai sekarang." Zora berkata lembut membalas senyum ibunya.Nyonya Anita menghela nafas. "Kenapa Affandra gak keliatan ya?""Mungkin sibuk mah, udah gak usah mikirin dia." Zora tersenyum pahit.Hari sudah siang, Tuan Arnold tidak bisa menjemput kali ini karna meeting penting dengan konsultan dari Filipina. Jadi Zora bertanggung jawab atas ibunya.Memasuki rumah bes