Zora menghilang dari keluarganya, memblok kontak Mama dan Papanya, apalagi Affandra. Setelah kejadiannya dengan Yash, Zora benar-benar muak.
Affandra tidak bisa menghubunginya, hanya menghela nafas dan memperhatikan wanita itu dari kejauhan. Satu ketika mata mereka bertemu, saat Zora hendak pulang dan melihat Affandra yang termenung menatapnya tanpa expresi. Tidak tersenyum atau bergeming sedikitpun, hanya menatapnya dari kejauhan."Tidak peduli, aku tidak peduli." Zora menggeleng berbisik pada dirinya dan pergi dari tempat dimana Affandra bisa melihatnya, dan mobil itu pun pergi meninggalkan tempat itu. Walau ia sebenci itu pada Affandra, kenapa pria itu sama sekali tidak menyerah?Disisi lain nyonya Anita sangat khawatir karna Zora tidak bisa dihubungi dan memutuskan hubungan setelah hubungannya kandas dengan Julian. Nyonya tidak bisa tidak selalu berfikir setiap malam hingga mengganggu tidurnya, makannya tak berselera. Ini pertama kalinya Zora benar-benNyonya Anita masih menangis dengan sedih, putri yang ia besarkan dengan seluruh hatinya, semakin dewasa semakin pintar melawan. Ia yang mengajarkannya bicara dan kini sang putri sudah bisa berbicara padanya dengan semau-maunya begitu sakit hati mendengarnya.Sebelumnya Nyonya Anita berusaha selalu mengerti keadaan putrinya, tapi hari ini entah kenapa semua kemarahan seperti menumpuk dan meledak dalam satu waktu, pikirannya begitu kacau hanya ingin memberi tahu putrinya, bahwa hatinya sangat hancur."Mama, jangan begini terus." Zora juga tidak bisa lagi menahan tangisnya melihat sang ibu terus menangis dengan pilu. "Anak mama sudah tumbuh jadi gadis yang hebat, dan bisa menentukan pilihan sendiri, tapi ia lupa untuk berbakti."Kata-kata ini jelas menggores hati Zora yang selama ini selalu keras kepala dan ingin mereka tau bagaimana bila mereka kehilangan Zora. Ia hanya ingin di dengar."Mama, apa yang harus aku lakukan. Maafkan Zora menya
Show You 96Zora menggeleng lemah, "Aku bukan anak yang baik.""Berarti kau sudah melakukan kesalahan yang besar?" Yash menatapnya mencari jawaban.Yang hanya di balas Zora dengan anggukan."Aku yakin, Tante Anita pasti sudah memaafkanmu."Zora sangat terkejut, dan melihat Yash yang sudah menyeringai. "Bapak..." "Kau Zora, putri Arnold?" Yash tersenyum. "Aku sudah tau, dan sudah saatnya kau kembali ke tempat asalmu."Wajah Zora kembali muram. "Kau sudah tau sejak awal?"Yash menggeleng, "Aku hanya tertarik padamu saat pacarmu menghalangiku, tapi ketika mencari tau, ternyata kau bukan wanita biasa, aku sempat kaget sebelumnya.""Jadi kau sudah tau ini sejak lama?" Kini ekspresinya menjadi marah. "Lalu apa maksudmu membiarkanku di perusahaan?"Yash tentu menyadari perubahannya. "Aku hanya ingin menyelamatkanmu, apa aku harus tiba-tiba melemparmu keluar karna kau seorang pembelot?" Yash tertawa.
Affandra mengepalkan tangan dan menghela nafas dengan kesal."Aku selalu bilang, untuk berhati-hati dengan pria busuk ini. Dia bisa mencuci otakmu.""Kenapa kau jadi orang yang tidak rasional sekarang, hah?" Zora juga kesal melihat sisi Affandra yang seperti ini."Ini semua karenamu!" Jelas Affandra dengan marah. "Aku sudah menunggu untuk waktu yang lama dan kau malah mengasingkanku seperti ini. Apa aku benar-benar tidak layak untukmu?" Affandra mencoba menatap matanya mencari secercah harapan untuk cinta yang ia perjuangkan kini. "Aku tidak pernah putus asa. Kecuali saat kau mengabaikan ku!" Lanjutnya.Zora hanya menelan kosong."Apa kau yang memang tak pantas untukku?" Tanya Affandra. "Kau yang tidak pantas mendapatkan ketulusanku, perjuanganku, semua sia-sia!"Zora mencibir, "Aku tidak pernah memintanya."Affandra mengangguk dengan senyum pahit di wajahnya. "Aku memang pria bodoh." Setetes air mata tumpah di
Akhirnya Nyonya Anita pun sudah mulai pulih dari sakitnya, dan dipersilakan untuk pulang. Direktur Fernando yang melayaninya sendiri."Tetap jaga kesehatan dan makanlah lebih banyak sayuran Nyonya." Ramahnya pada Nyonya Anita sambil mengantarnya ke lobi rumah sakit.Kali ini, Zora juga menemani ibunya untuk pulang dan sudah meletakan semua barang-barangnya dirumah."Zora ikut mama pulang kan?" Di dalam mobil, Nyonya Anita menyentuh punggung tangan putrinya lembut seraya memohon dan tersenyum."Aku sudah pindah dari kemarin, jadi aku akan menjaga mama mulai sekarang." Zora berkata lembut membalas senyum ibunya.Nyonya Anita menghela nafas. "Kenapa Affandra gak keliatan ya?""Mungkin sibuk mah, udah gak usah mikirin dia." Zora tersenyum pahit.Hari sudah siang, Tuan Arnold tidak bisa menjemput kali ini karna meeting penting dengan konsultan dari Filipina. Jadi Zora bertanggung jawab atas ibunya.Memasuki rumah bes
Nyonya Anita tidak percaya ia menutup mulutnya yang terbuka karna terkejut. "Ada apa? Pasti Zora sangat menyinggungnya, anak ini benar-benar keras kepala!" Ada sedikit kemarahan yang tidak bisa disembunyikan diwajahnya. "Yang aku tau mereka sangat dekat Kak Dona, bahkan Affandra sangat sabar menunggu Zora. Kami bahkan makan malam bersama dan mereka sangat dekat."Dona berdeham, memperbaiki suaranya. "Aku benar-benar tidak mengerti, tapi beberapa hari ini tempramennya sangat buruk. Dia selalu diam. Mungkin kau bisa bicara pada Zora, tantang apa yang sebenarnya terjadi?"Anita mengangguk setuju. "Aku akan bicara padanya.""Sebenarnya, hari ini juga Affandra akan berpamitan untuk kembali ke San Fransisco bersama Kinan.""Bahkan ia memutuskan untuk pergi?" Anita sangat sedih mendengar kabar ini."Aku sangat tau bagaimana Affandra mencintai putrimu, walau sebenarnya aku sempat tidak rela mendengar kabar Zora yang selalu menolaknya." Dona menat
Yash mengawali hari yang baik, cuaca cukup cerah walau agak berangin memasuki bulan November, sarapan sesuatu yang lezat dan merasa hari ini harus ia lewati dengan baik.Dengan semangat paginya, ia menyapa beberapa karyawan dengan senyum hangat.Sampai ia masuk di ruangannya sendiri, melihat sekertarisnya sangat jelek dengan kantong mata di wajahnya yang lebih suram lagi bila terus di pandang."Apa ada sesuatu yang salah denganmu?" Bertanya heran dengan kecewa.Zora menatapnya bingung. Dan bertanya, "Apa terlihat ada yang salah?""Bercermin lah lihat seberapa buruk itu." Yash berdecak sambil memperhatikannya. "Pergi berdandan sana! Aku memulai hari yang sempurna, jadi jangan rusak dengan semua masalah di wajahmu. Sana!" Lalu melengos pergi menuju kantornya.Zora langsung melihat cermin, dan melihat riasannya baik-baik saja. Apa kurang tebal? Jadi dia bergegas ke kamar mandi untuk memperbaiki riasannya. Kantung mata memang terliha
Zora pulang dengan lesu, ini baru pukul 2 siang, tapi dia sangat butuh tidur, jadi begitu sampai dirumah ia langsung melempar diri ke tempat tidur dan memejamkan mata hingga magrib menjelang."Non, udah magrib, non" Bi Ima dengan lembut membangunkannya. Zora berbalik menggaruk wajahnya dan matanya masih rapat seolah lengket. "Non ayo solat dulu, terus makan malem sama tuan dan nyonya di bawah."Zora hanya mengangguk angguk tapi ia terlelap lagi. Kamar ini seolah punya daya magis yang selalu membuatnya nyaman.15 menit kemudian, Bi Ima kembali naik untuk membangunkannya lagi. Jadi dengan susah payah ia bangun dengan mata lengket. Bergegas mandi, solat magrib dan turun untuk makan malam.Hidangan rumahan yang lama tidak ia nikmati, jadi setiap pulang kerumah selalu merindukan masakan ibunya. Zora terlihat sangat menikmati hidangan yang membuat ibunya terus lebih sehat, Nyonya Anita juga jadi lebih mensyukuri kehadiran putrinya yang hilang hampir 2 tahun ini."Kau sudah kembali ke rumah
Sering kali, ia mulai ingat, bagaimana Affandra adalah salah satu orang yang membuatnya menjalani hari-hari ini dengan baik. Bagaimana ia telah membimbing Zora menjadi lebih baik dalam memandang kehidupan yang sepenuhnya ia tidak mengerti. Entah dimana ia kali ini.Akhirnya Zora kembali ke Forte Grup, dengan sambutan semua orang. Rahasia Zora di Gavin Tect lalu terbongkar dan membuat gempar karyawan mereka, ternyata selama ini, orang yang sudah mereka tindas adalah putri seorang konglomerat."Gak mungkin. Gak mungkin." Nadya dari divisi keuangan Gavin Tect tidak percaya saat mendengar kabar itu. Wajahnya pucat apa dia sudah membuat kesalahan? Tapi Zora sama sekali tidak pernah mengungkit mereka , Zora yang semula selalu digosipkan hal-hal miring, untuk kali ini ia menerima banyak pujian. Ia sesekali berkunjung ke Gavin Tect yang menjadi salah satu perusahaan sahabat dalam berinovasi, semua orang dengan sopan memuji dan menyanjung.Kesuksesannya kali ini lebih dari kesuksesannya sebelu