Malam ini mereka bertemu di salah satu restoran mewah yang sudah di booking oleh Dania.Julian menunggunya sebentar, tak lama sebuah mobil mini Cooper datang dengan wanita yang berdandan sangat cantik.Malam ini Dania mengenakan gaun gold ketat yang membungkus tubuh sexy nya, tubuh berisi dengan pinggul besar dan perut yang rata. Dadanya terekspos sempurna untuk setiap tatapan lelaki yang menatapnya. Ia berdandan tidak terlalu tebal dan terlihat sempurna. Andai itu pertemuan pertama mereka mungkin akan lain ceritanya.Melihat wanita menawan itu menghampirinya membuat matanya tak bisa terlepas dari lenggak lenggok tubuh itu dengan bagian dada yang membuatnya terhipnotis.Melihat pria itu memandangnya tak berkedip membuatnya sangat puas. Dan tersenyum dengan manja, "Hai Lian, sudah lama menunggu?" Tanya nya basa basi, Julian menyambutnya dan sebuah kecupan mendarat di pipinya membuat hatinya semakin tidak menentu. Sebelumnya wanita ini sama sekali tidak membuatnya tertarik.Sebisa mung
Julian pulang dengan sangat kesal. Ia memukul setir mobilnya beberapa kali. Waktu menunjukan jam 10 malam. Tak terasa waktu berlalu cepat. Jam segini mungkin Zora sudah tidur. Tapi hatinya sangat gusar.Ia mengambil ponsel untuk menelpon kekasihnya yang ternyata belum terlelap. "Ayo keluar sebentar." Ajak Julian, yang langsung di iyakan oleh Zora.Zora keluar dengan piyama tanpa riasan, sangat santai, "Mau kemana?" Tanyanya saat menemuinya di gerbang."Cari angin" Jawab Julian tersenyum, tapi Zora tau bahwa ada sesuatu yang terjadi, dan bertanya. "Ada apa?" Julian menatap wajah polos wanita yang keras kepala ingin bertahan bersamanya. Dan memeluk wanita itu dengan erat tanpa berkata apapun. Zora hanya memeluknya dan menenangkan hatinya. Seketika hati Julian hangat, dan berkeras untuk selalu berjuang bersamanya.Zora melepaskan pelukannya. Dan kembali bertanya, tapi Julian tidak menjawabnya, hanya memberinya sebuah ciuman erat. "Ayo pergi"Kenapa hari ini begitu sial melihat adegan in
"Kalo masih kesal, kenap harus datang." Sodor Zora menyerahkan bagian es buah untuk Affandra"Karna aku cuma punya sedikit waktu denganmu, jadi harus tetap meluangkan nya walau kesal, marah, benci sekali pun.""Apasih, gak ngerti!" Keluh Zora yang akhirnya menyerah dengan semua teka teki Affandra.Affandra hanya menyeruput es buah itu perlahan. Tapi Zora menikmati makanan itu dengan santai. Melihatnya terus diam begitu merasa Affandra sangat aneh."Kalo butuh waktu sendiri, gak apa-apa. Apa kamu biasa ngambek berhari-hari begini? Kasian banget orang yang jadi pacarmu."Mendengar perkataan Zora, Affandra menatapnya tajam. "Kamu tau Zora, aku tau kamu udah punya pacar, aku bersedia untuk menunggu, aku bahkan bilang rela melepasmu bila itu memang seharusnya. Tapi itu salah." Affandra meletakan sup buahnya. "Mulai sekarang aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya."Affandra menatapnya dengan putus asa, melihat wanita itu hanya mendengarkan tanpa mencelanya, bahkan terlihat bingung. "Aa
Melihat Zora bisa begitu sombong membuat Naya bergidik sekaligus kagum dengan wanita di hadapannya ini, selama ini citranya selalu lemah lembut, sederhana benar-benar tidak di sangka dia bisa mendominasi, entah bagaimana saat wanita ini benar-benar memiliki kekayaannya."Saba-sabar.." sahut Naya melihat temannya masih kesal dengan nafas berburu. Mobil itu sudah pergi dari tempat parkir."Wanita gila, ular berbisa, gak tau diri, bermuka dua." Zora tidak bisa berhenti memaki mantan sahabatnya itu.Naya tertawa melihatnya terus mengomel. "Sudah Zora, kalo kalo begitu akan kehilangan kehormatanmu. Orang elegan itu membalas dalam diam."Zora terdiam mengatur nafasnya dan segera sadar marah hanya membuatnya tidak bisa berfikir jernih. Semarah apapun dia tidak akan mengubah Dania. Tapi bila ia bisa menahan diri lama-lama wanita itu akan meledak sendiri."Huh..." Zora menghela nafasnya, "Bener juga Nay, aku bener-bener gak abis fikir kenapa dia bisa jadi sejahat ini sama aku.""Mungkin selama
Hal ini sangat mengganggunya, rasanya malu terus mengeluh pada Naya, itu baru cerita Naya, 'apa kabar dengan Okta dan mas Agus ya?' batinnya dalam hati. Hari ini dia pulang lembur jam 10 malam, Affandra menjemputnya karna khawatir padahal hanya masuk gang sedikit saja, cuma ya kalo jalan sendiri di jam malam begini memang bahaya, walaupun jalan - jalan masih ramai Affandra sangat peduli, sedangkan Julian bukan gak peduli, tapi jaraknya cukup jauh dan rasanya gak perlu untuk selalu antar jemput, Zora mulai merasa merepotkan kekasihnya.Affandra terus memperhatikan Zora yang terdiam. "Kenapa sih?""Enggak." Jawabnya malas."Ada masalah di outlet?" Tanya Affandra penasaran."Engga sih, cuma lagi ada pikiran aja.""Apa sih yang dipikirin seorang Zora? Julian? Kenapa dia gak setia? Udah putus aja." Ledek Affandra"Apaan si." Balas Zora menatapnya sinis."Terus kenapa sih adik cantik, apa yang mengganggumu?""Kamu tau Naya? Tadi dia cerita sama aku soal hidupnya, seorang Naya harus bantu ke
Jam makan siang pun datang, Dania membawakan nasi kotak yang sedang di bagikan oleh para Crew. Dan Julian mengambilnya dengan ucapan terima kasih. Menu hari ini Dania yang memilihnya, daging teriyaki dan tumisan sayur, tentu dengan nasi. Dia juga memesan beberapa makanan ringan seperti kue-kue, gorengan dan es buah. Cukup mewah untuk menjamu lidah para crew."Ayo dimakan." Ajak Dania, yang di balas anggukan Julian. Tapi tak berselang berapa lama, ponsel Julian berdering, terlihat wajah Zora di ponselnya. Segera ia mengangkat telpon sambil mengunyah makanan yang telah ia masukan ke mulutnya."Halo sayang.. iya aku lagi makan siang dulu, kamu udah makan belum?" Tanya pria itu perhatian."Hari ini aku gak jemput dulu ya, kayanya aku lembur hari ini...."Dania tersenyum kecut mendengar suara manja itu terdengar samar dari ponsel Julian. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk merebut ponsel itu dan berbicara pada Zora. "Soalnya Julian lagi sama aku, kita lagi seneng-seneng" Ucap Dania memana
"Heru, kamu coba perhatikan juga anak muda itu dan bisnisnya, periksa semua saham dan kelemahan mereka setidaknya kita tau kalo mereka gak akan bisa melangkah lebih jauh.""Baik Tuan." Heru mengangguk patuh."Oke, pergilah." Heru segera beranjak dari ruang kerja Tuan Arnold. Ketika hendak membuka pintu Tuan Arnold kembali bertanya. "Dimana nyonya?"Dengan sigap Heru menjawab, "Harusnya sore ini Nyonya sedang berkuda tuan."Tuan Arnold berfikir sebentar, "Tolong siapkan juga kuda saya, saya segera menyusul nyonya.""Baik, Tuan." Angguk Heru penuh hormat segera meninggalkan ruangan.Sore ini langit sangat cerah, tanpa angin dan matahari yang begitu silau, beranjak menuju tempatnya kembali dengan perlahan. Deru tapak kuda mengalihkan perhatian sosok pria paruh baya tersebut, ia dikaruniai banyak hal yang semua orang ingin ada di posisinya.Harta yang melimpah, kekuasaan, dan Istri yang cantik. Lihat dia, Anita bahkan walau ia kini sudah mencapai 46 tahun kulitnya masih kencang dan masih
Karna produk yang sedang di kerjakannya kali ini sudah masuk proses shooting, tentu Julian membutuhkan lebih banyak suntikan uang, ia mengajukan beberapa proposal pada perusahaan investasi dan relasi bisnisnya untuk menjadi investor di perusahaannya.Sebuah telpon masuk dari nomer tak di kenal. "Halo Tuan Julian, saya mendapat kabar snack anda akan segera liris di iklan televisi ya? Apa masih butuh kerja sama investasi, saya berencana untuk invest di perusahan bapak.""Tentu Bu, kalau boleh tau dari mana ibu tau proyek ini?""Saya teman Adrian pak, beliau bilang ada perusahan bagus yang sedang berkembang."Julian segera ingat, ya Adrian adalah kawan semasa kuliahnya, sekarang sudah menjadi trader sukses. Dan juga salah satu investor di perusahaanya untuk beberapa tahun ini.Mereka mengadakan pertemuan hari itu juga untuk tanda tangan kontrak investasi, setelah membicarakan nominal yang disepakati dan deal untuk bekerja sama.Hanya di Cafe dekat wanita itu bekerja. Hera namanya, seoran