Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 29"Loh Mas, tapi ... kenapa aku harus pergi? Aku ....""Mulai sekarang kamu bukan istriku lagi. Aku ceraikan kamu Opi. Sana balik ke rumah ibumu. Jelas?"Mataku melotot, dadaku sesak, sementara mulutku menganga."M-Mas kamu ... kamu ... kamu bener mau ceraikan aku?" tanyaku dengan tubuh yang sudah lemas dan mata yang terhalang kabut."Bukan mau, tapi udah. Gak denger kamu tadi aku ceraikan kamu? Dasar perempuan gak jelas," hardiknya.Dia lalu melengos ke depan pintu dan berusaha membukanya. Cepat kuhampiri dia lagi."Mas, Mas tunggu!""Apa lagi sih?""Tapi Mas, aku gak mau cerai sama kamu. Dan kamu gak bisa ceraikan aku sepihak gini dong."Matanya menyipit, "gak mau diceraikan sepihak? Kamu tenang aja Opi, karena aku pasti akan menceraiaknmu resmi di pengadilan secepatnya."Mataku makin melotot dengan dada yang bergemuruh hebat."Nggak. Bukan gitu Mas, aku gak mau cerai sama kamu. Kamu gak boleh ceraikan aku, Mas. Kita baikan ya. Aku maa
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 30"Bu, oleh-oleh nih dari ibu mertua," katanya, sambil menaruh plastik besar yang entah isinya apa ke atas meja.Ibu membuang muka dan melipat tangannya di dada."Gak usah, bawa lagi aja sana. Gak Sudi Ibu terima oleh-oleh dari anak yang udah bikin malu keluarga dan bikin rumah tangga Mbakmu sendiri hancur," ketus Ibu.Aku cekikikan dalam hati. Rasain kamu Arin. Emang enak diketusin ibu."Ibu tuh kenapa sih? Oleh-oleh dari ibu mertua sama Arin yang bikin malu apa hubungannya?" respon si Arin akhirnya."Ya ada tentu aja. Bagi Ibu, haram hukumnya makan makanan dari orang yang gak tahu malu kayak mau. Karena apa? Karena Ibu bisa kena sial dan ikutan nanggung dosa kamu nantinya!" pekik Ibu, membuat si Arin seketika menarik napas berat dan panjang.Sementara aku masih memilih diam. Mayan, kekeselanku tadi sedikit terobati saat melihat si Arin diomeli dan makin dibenci sama ibu begitu. Haha."Udah sana kamu balik! Bawa lagi tuh semua yang kamu
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 31POV ARIN"Ariin! Ya ampun Nak, syukurlah kamu udah sadar." Ibu mertua langsung memelukku yang masih dalam pembaringan ranjang rumah sakit.Aku sadar bagaimana kondisiku ketika aku membuka mata. Terakhir aku ingat, aku sedang dicekik oleh Mbak Opi di rumah ibu, mungkin aku hampir mati makanya sekarang aku dilarikan ke rumah sakit.Ya Allah kepalaku juga agak nyeri saat aku bergerak, tapi untunglah aku bisa sadar lagi."Arin, Ibu kata juga apa? Kamu itu jangan gegabah kalau mau pergi ke rumah ibumu, minta temenin Mumun 'kan bisa," kata Ibu mertua lagi, mengangkat dirinya dari dadaku.Ibu mertua tampak khawatir dengan kondisiku, mata beliau bengkak, mungkin habis menangis entah berapa lama."Maaf Bu, tapi Arin udah gak apa-apa kok.""Iya tapi kamu itu berhasil bikin kami semua khawatir selama seharian ini. Dari tadi pagi kamu masuk rumah sakit, baru sekarang kamu sadar. Siapa yang gak khawatir?"Aku mengulum senyum tipis, "maaf ya, Bu. A
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 32"Iya Jay. Tega banget perempuan itu fitnah adiknya sendiri. Untung aja Arin langsung dapat bukti kebenarannya bahwa dia gak bersalah, kalau nggak, mungkin kamu dan Arin udah entah gimana."Bang Jaya melirik ke arahku."Maafin Abang ya, Abang kemarin sempet kecewa sama kamu, Abang pikir kamu beneran tega karena Mas Agas sendiri ngaku kalau kalian punya hubungan," ucapnya kemudian."Agas itu emang stres Jay. Ibu saksinya kalau istrimu ini gak pernah selingkuh, jadi apa pun yang dikatakan pria itu, kamu gak boleh langsung percaya aja sama dia," kata Ibu mertua lagi.Bang Jaya mengangguk dan langsung menarikku dalam dadanya."Maaf ya.""Abang ih, malu ada Ibu.""Biarin, emang kenapa?"Aku menutup wajah dengan telapak tangan. Duh, merah banget pasti nih pipi karena mesra-mesraan diliatin sama bumer hehe."Nah gitu dong pada akur, apaan kemarin diem-dieman? Ribet Ibu lihatnya juga."Aku dan Bang Jaya menggelak tawa."Eh, besok pada ikut Ibu
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 33"B-Bu, ini ... ini ... ini gak seperti yang-""Apa semua ini Opi?!""B-Bu!"Plak!Tamparan dari tangan ibu mendarat keras di pipi Mbak Opi. Nyeri dan panas Aku yakin sekarang sedang menjalar ke seluruh tubuhnya. Hmh rasain kamu Mbak, ini baru permulaan."Jadi semua ini adalah ulahmu sendiri Opi? Untuk apa kamu melakukannya, hah?!""Bu, tap-tapi ini ... Opi bisa jelasin. Opi terpaksa melakukan ini Bu, karena Opi kesel sama si Arin sampai saat ini suami Opi selalu ingat dan nyebut-nyebut nama si Arin. Opi gak salah 'kan, Bu? Opi gak salah 'kan?""Diam kamu! Kamu bener-bener udah bikin Ibu kecewa!" sentak Ibu lagi, sebelum akhirnya Ibu masuk ke kamar dan membanting pintunya dengan kencang.Mbak Opi cepat menggedor pintu tersebut."Bu! Bu! Tapi Opi gak salah, Bu. Yang salah itu si Arin Bu, siapa suruh dia selalu jadi wanita idaman suami Opi, Bu! Bu, buka, Bu!"Mataku melebar, tanganku mengepal."Tutup mulut kamu itu, Mbak. Aku gak tahu me
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 34POV OPI"Astaga! Apa-apaan ini? Bu Hamidah kenapa komen begini di statusku?" Aku terkejut dan langsung bangkit dari kasur ketika membaca komentar Bu Hamidah tetangga seberang rumah ibu.Dasar gak waras. Bisa-bisanya dia bilang katanya aku udah gak sanggup balesin komentar dan semuanya hanya fitnah. Tahu dari mana dia semuanya hanya fitnah? Cepat kubalas saja komentarnya itu.'Gak usah sotoy deh Bu, gak tahu kenyataannya mening diem!'Klik!Dia langsung membalas lagi.'Saya tahu kenyataannya dan saya punya buktinya. Selain fitnah ternyata kamu juga tega ya mau menghabisi nyawa adikmu sendiri. Ih naudzubillah, terbuat dari apa hatimu itu Opi??'Mataku makin melotot, dadaku bergemuruh. Aku makin meradang saja rasanya.'Apa maksud Bu Hamidah? Gak usah asal ya kalau ngomong. Yang tahu kebenarannya 'kan saya. Ngapain situ yang sotoy?''Loh saya tahu loh kebenarannya. Saya udah lihat videonya. Apa perlu saya share juga bukti-buktinya kalau k
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 35POV IBU "Bu, tapi semua ini 'kan adalah rencana Ibu!" Langkahku mendadak mati ketika mendengar teriakan si Opi."Ya Bu, semua ini Ibu yang nyuruh 'kan? Semua ini Ibu yang rencanakan 'kan? Kenapa Ibu sekarang malah nyalahin Opi? Dan kenapa Ibu biarkan Opi dihukum seorang diri? Harusnya kita sama-sama dihukum 'kan, Bu?" cerocosnya lagi membuat tubuh ini refleks berbalik ke arahnya."Apa maksud kamu Opi?!" desisku geram.Dia menatapku tajam, "kenapa? Ibu gak mau ngaku? Kita sama-sama salah loh, Bu. Sekarang meningan Ibu akuin semuanya di depan si Jayanta," balasnya. "Ngaku apa? Salah apa? Jangan asal ngomong kamu ya!" sentakku kasar."Siapa yang asal ngomong sih, Bu? Ibu lupa kalau semua yang terjadi ini atas saran dari Ibu? Ibu 'kan yang nyuruh Opi jahatin si Arini biar dia gak banyak tingkah lagi? Ibu bilang, kalau Opi bisa sampai bikin si Arini mati, itu lebih bagus."Seketika mataku melotot penuh. Dadaku kembali bergemuruh. Apa-apa
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 36Astaga Arin. Anakku, kenapa dia nanya begitu? Dan kenapa raut wajahnya dingin banget?"Rin, Ibu mau jelasin sesuatu sama kamu," kataku pelan.Si Arin masih membuang pandang."Rin, sumpah Ibu gak salah Rin. Sumpah Ibu gak ikut-ikutan Mbakmu berbuat jahat apalagi sampai nyakitin kamu dan cucu ibu. Buat apa juga? Ibu gak mungkin tega 'kan?" kataku lagi.Si Arini memutar bola matanya. Sejurus dengan itu mertuanya juga menatapku dengan mata memicing."Tunggu-tunggu! Apa-apaan ini Arin? Apa yang ibumu ini katakan? Dia bilang menyakiti kamu dan cucunya? Emang ini ada apa? Kok dia bilang gitu?" cecarnya kemudian.Si Arin hanya menarik napas panjang, sementara si Jayanta yang bicara."Ibu mertua Bu, tega-teganya terlibat kejahatan yang dilakukan Mbak Opi sama Arin dan Nuna. Selain menyuruh Mbak Opi masuk ke rumah untuk mencekik Arin, ternyata motor yang hampir bikin Ibu dan juga Nuna terserempet itu juga suruhan mereka," terangnya."Apa?!" Mert