Share

BAB 6 Diusir

Author: Langit Senja
last update Last Updated: 2023-07-31 16:10:18

Sudah hampir satu bulan, aku berada di rumah Mbak Ratih. Bisa makan enak, santai-santai, main game, nonton TV. Ah pokoknya aku senang banget berada di sini.

“Van, ini tugas buat kamu, ya!” Bang Rendi menghampiriku saat sedang menonton TV, lalu memberikan sebuah kertas yang berisi penuh dengan tulisan.

“Apa ini, Bang?” Aku menerima sebuah kertas yang dia berikan.

“Baca saja,” ucapnya datar.

Tugas harian Revan, selama berada di rumah saya, Rendi.

- Beres-beres rumah (Ngepel, nyuci baju, nyuci piring, nyapu, lap kaca, sikat kamar mandi dll)

- Setrika baju, jemur baju, angkatin jemuran.

Catatan: Berlaku setiap hari, jangan malas-malasan. Kalau tidak mau, silakan angkat kaki dari rumah ini.

Demikian isi kertas yang diberikan Bang Rendi padaku. Astaga ... dia ini sebenarnya menganggap aku adik ipar, atau babu, sih? Gak habis pikir.

“Benaran ini, Bang?” tanyaku.

Aku menelan ludahku yang terasa amat berat di tenggorokan.

“Apa ada tanda-tanda bercanda dengan diri saya?” Dia berkata begitu menakutkan sambil menatap tajam ke arahku. Membuat nyali ini semakin ciut.

“Ba-baik, Bang,” ucapku, mengangguk ragu.

“Oke, tidak ada yang gratis di dunia ini, Revan!” sindirnya, lalu beranjak pergi meninggalkanku.

“Argh! Sialan Bang Rendi! Apa-apaan coba, ingin memperlakukan aku seperti seorang babu!” umpatku, kesal.

**

Gara-gara aturan dari Bang Rendi. Pagi-pagi buta ini, aku harus bersih-bersih seluruh isi rumah. Capek banget rasanya. Huh! Ini baru mengepel, belum yang lainnya.

“Lho, Revan. Kok, kamu tumben rajin?” Mbak Ratih yang baru saja bangun tidur, merasa heran melihat aku sedang mengepel lantai.

“Ini semua gara-gara Bang Rendi, aku disuruh mengerjakan seluruh pekerjaan rumah,” sahutku, kesal.

“Jangan bilang karena gara-gara saya, Revan. Ini semua gara-gara sifat kamu yang pemalas. Sekarang kamu harus bisa keluar dari zona itu.” Jantungku serasa mau copot, tiba-tiba Bang Rendi menyahut dari dalam kamarnya.

Sok ngatur hidup orang banget, sih. Batinku.

Aku gak tahu, kenapa Mbak Ratih cuma diam saja melihat aku diperlakukan seperti ini. Apa dia takut sama suaminya? Argh. Pokoknya aku harus bilang sama Mbak Ratih, kalau aku tidak mau diperlakukan seperti pembantu, di rumah ini.

Setelah beres mengepel lantai, aku harus segera mencuci baju. Huh! Melelahkan sekali. Saat aku pergi ke laundry room yang melewati dapur, di sana ada Mbak Ratih sedang memasak. Masakannya begitu wangi, membuat perut ini keroncongan.

Aku lebih memilih menunggu cucian selesai di laundry room, ogah-lah kalau harus nunggu di ruang tengah. Di sana ada Bang Rendi si nyebelin dan sok ngatur itu.

“Van! Sarapan dulu!” Mbak Ratih berteriak menyuruh aku sarapan.

Kebetulan, cucian sudah beres dan sudah aku jemur. Aku menghampiri Mbak Ratih dan Bang Rendi yang sudah berada di meja makan.

Wow! Masakan Mbak Ratih banyak sekali. Aku tahu, pasti dia kasihan sama aku. Makannya masak banyak, pasti itu buat aku, dong.

Aku mengambil nasi sepiring penuh. Pokoknya aku mau makan sepuasnya, suruh siapa aku dijadikan pembantu di rumah ini.

Nasi dan berbagai macam lauk sudah aku ambil satu persatu ke dalam piringku. Saatnya eksekusi ....

“Revan!” Bang Rendi membentakku, saat aku mau melahap nasi pertama. Membuat aku terkejut dan urung memasukkan ke dalam mulut.

“Kenapa, Bang?” tanyaku.

“Sudah saya bilang, kamu kalau makan jangan rakus. Di sini bukan cuma kamu yang mau makan!” bentaknya lagi.

“Maaf, Bang. Tapi aku capek banget dan lapar banget,” jawabku, aku tidak boleh lemah pokoknya di hadapan Bang Rendi.

Mendengar jawabanku, Bang Rendi hanya menggelengkan kepalanya, tak lupa dengan sorot matanya yang tajam.

“Bang, kasihanlah Revan. Dia kayaknya capek habis bersih-bersih rumah kita. Biarlah dia makan sepuasnya dia.” Kali ini Mbak Ratih membelaku di depan Bang Rendi.

“Kamu dan dia itu sama saja, Ratih. Apa kamu tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah? Harusnya kamu tegur Adik kamu itu!” tegas Bang Rendi.

“Sudah, Revan. Makanlah yang banyak.” Mbak Ratih sepertinya tidak menganggap ucapan Bang Rendi.

Aku pun mengangguk, dan tidak memedulikan ucapan Bang Rendi.

**

“Van, maafkan abangmu itu ya? Jangan dianggap apa pun yang dia katakan.” Mbak Ratih tiba-tiba menghampiriku saat aku sedang santai di luar rumah.

“Iya, harusnya Mbak ngomong dong sama Bang Rendi. Bang Rendi itu udah pelit, ngatur-ngatur hidupku lagi. Sebel deh,” selorohku.

“Ya sudah, nanti Mbak bilang ya,” ucapnya, lalu pergi lagi ke dalam rumah

Aku tersenyum senang, mendengar ucapan Mbak Ratih.

“Dengar ya, Ratih. Kalau kamu tidak menuruti apa perkataanku, lebih baik kamu pergi dari sini. Ikuti aturanku, atau kalian minggat dari sini!” Suara Bang Rendi begitu menggelegar, terdengar sampai teras rumah.

Mendadak senyumku hilang. Apa mereka bertengkar? Mungkin karena Mbak Ratih bicara sesuatu tentang aku. Buru-buru aku masuk ke dalam, dan melihat apa yang sedang terjadi.

“Maaf, Bang. Aku hanya kasihan sama Revan.” Mbak Ratih tampak memelas pada Bang Rendi.

“Ratih, dia itu bukan lagi seorang bayi yang apa-apa harus dilayani! Sekarang dia sudah punya tanggung jawab buat dirinya sendiri! Kalau kamu terus saja membela kesalahannya dan tidak menerima bila ada yang menegurnya, lantas akan seperti apa kehidupannya? Kapan dia akan dewasa?” Bang Rendi begitu marah pada Mbak Ratih, dia juga menunjuk-nunjuk wajahku.

Aku yang berada di sini hanya bisa menunduk dalam, takut sekali menatap wajah Bang Rendi.

“Dan kamu, Revan. Kehadiran kamu di sini sangat membuatku risi. Apalagi kamu tukang ngadu kerjanya. Kamu pemalas dan juga rakus, maaf aku harus mengusirmu dari rumah saya,” tegasnya.

Di sini, aku hanya menatap Mbak Ratih, siapa tahu dia akan membelaku lagi.

“Maaf, Revan. Mbak harus mengikuti apa kata suami Mbak. Mbak gak mau rumah tangga Mbak jadi berantakan. Kamu pulang saja ke rumahmu.” Harapanku sia-sia, mendengar Mbak Ratih juga menyuruhku untuk pulang.

“Mbak, aku gak punya siapa-siapa lagi selain Mbak. Masak Mbak tega sama aku?” Aku mencoba meminta belas kasihan pada Mbak Ratih, siapa tahu hatinya tergugah.

“Revan, kamu sudah dewasa. Silakan kamu mencari pekerjaan yang layak buat kamu! Harus berapa kali aku menasihati kamu? Silakan pergi dari sini kalau kamu tidak bisa mengubah sifatmu,” ucap Bang Rendi, dia seperti kesal sekali pada diriku.

Aku hanya mengangguk, lalu memasuki kamar untuk mengemasi baju-bajuku. Buru-buru aku pergi, aku sudah tak betah berada di sini. Bang Rendi begitu membenciku, seketika Mbak Ratih juga tidak peduli padaku.

“Van!” Mbak Ratih memanggilku saat aku sudah berada di ambang pintu. Aku tidak memedulikannya, langsung saja aku keluar dari rumah ini.

Related chapters

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 7 Gagal pamer uang pinjol

    Sampai di rumah, aku semakin malas saja melihat keadaannya. Sebulan lebih ditinggalkan, rumput-rumput sudah memenuhi pekarangan rumah. Belum debu-debu yang ada di dalam dan luar rumah. Huh! Gara-gara Bang Rendi, dasar! Aku berbaring di atas sofa, perutku sudah kelaparan saja. Uang gak punya, beras juga gak ada di sini. Gimana ya, caranya aku mendapatkan uang. Aku berpikir sejenak. Dan ... Aha aku ada ide! Bukannya dari dulu ya, aku coba pinjam uang lewat aplikasi, syaratnya juga mudah cukup pakai foto KTP doang. Aku mulai mencari aplikasi pinjol di internet. Di sana banyak sekali aplikasi-aplikasi serupa yang sedang aku cari, dan aku memilih aplikasi yang berada paling atas. Ratingnya juga bagus. Langsung saja aku klik download. Tak lama kemudian, aplikasi sudah terpasang otomatis. Aku begitu bersemangat membuka aplikasi tersebut. Langsung saja kuajukan pinjaman senilai empat puluh juta rupiah, lalu mengisi syarat-syarat yang ada. Ting! Hanya menunggu beberapa menit, uang sudah m

    Last Updated : 2023-08-01
  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 8 Bertemu Nina, tak sengaja bertemu Rina

    Setelah menunggu berlalunya malam yang panjang, akhirnya aku bertemu dengan fajar. Aku begitu bersemangat pagi ini. Mulai dari mandi, memilih baju terbagus dan tidak lupa memakai parfum. Mungkin ini parfumnya si Rina ketinggalan, soalnya aku tidak pernah memakai parfum sebelumnya. Aku begitu penasaran ingin mengecek ponselku yang semalaman aku cas. Begitu kulihat, tidak ada pesan masuk dari Nina. Aku akan mencoba mengirimi dia pesan lagi.(Nin? Sudah siap?) Hah? Langsung centang biru.(Iya, deh aku siap bertemu. Kebetulan ini hari libur) "Yes! Yes! Yes!" Aku berteriak kegirangan setelah membaca balasan dari Nina. Huhuuu ... pasti dia mau balikan sama aku. Gak mungkin dia nolak, secara sekarang aku kan banyak duit, udah gitu tampan dari lahir. Tak henti-hentinya aku senyum-senyum sendiri sambil bernyanyi-nyanyi layaknya orang yang sedang kasmaran. Sekali lagi aku bercermin, memastikan kalau penampilanku sudah keren. Dompet berisi uang pinjol itu sudah aku masukkan ke dalam tas k

    Last Updated : 2023-08-02
  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 9 Bu bos

    Mau ngapain dia, apa dia ngintilin aku sama Nina? Bagus deh! Biar aku panas-panasin sekalian dia."Sayang, pokoknya kamu mau apa pun, aku akan belikan. Silakan kamu pilih yang mana saja di mall ini, yang menurut kamu suka!" ucapku pada Nina, sengaja dengan nada yang sedikit keras."Beneran, sayang? Aku mau banget! Ya sudah sekarang kita makan aja dulu, nanti habis makan kamu temani aku belanja baju dan aksesoris lainnya." Nina begitu antusias, dia senang sekali ditraktir olehku.Aku melihat Rina ke belakang, tapi dia sudah tidak ada. Ck! Gagal deh manasin hati dia. Rupanya dia mampir ke stand ice cream, dia begitu banyak membelinya. Ah aku gak peduli, sekarang pokoknya aku harus nyenengin Nina.***"Spaghetti bolognese sama steak sudah siap, Kak," ucap seorang waiters sambil meletakkan makanan tersebut dengan hati-hati. "Terima kasih, Mbak," balasku sambil tersenyum ramah. "Sama-sama, selamat menikmati," ucapnya lagi, sambil berlalu meninggalkan kami berdua. "Apaan sih, kamu sok ra

    Last Updated : 2023-08-03
  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 10 Pacar mata duitan

    Hujan begitu deras saat aku sudah sampai di halaman rumah. Buru-buru memasuki rumah, pasti akan banyak yang bocor, aku mengambil ember-ember yang berada di kamar mandi untuk menampung air yang menetes dari langit-langit rumah. "Yap! Beres deh, tinggal bersantai ria." Aku bergumam sendiri. Oh iya aku lupa. Aku harus chat Nina, dia sudah sampai apa belum ya.(yang, gimana kamu sudah sampai belum?)Dua centang biru, pesanku langsung dibacanya.(Sudah, sayang. Aku sudah sampai di rumah) (Baiklah, selamat istirahat sayangku) Baru sadar, kalau aku sekarang sudah menjadi duda, berasa masih ABG aja. Hahaha. Gak papa lah, duda-duda juga keren aku. Ting! Satu pesan baru masuk lagi.(Yang, boleh minta transfer gak?) Apa? Gak salah nih. Nina, baru aja aku traktir udah minta di transfer. Buat apa, coba? (Buat apa, yang?)(Ih, ayang. Emangnya aku gak boleh ya minta uang sama pacar aku sendiri?) (Iya, boleh sayang. Maksudnya berapa yang kamu minta?) (Gak banyak kok, cuma lima juta saja) H

    Last Updated : 2023-08-04
  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 11 Sugar daddy?

    Aku menyangkal prasangkaku yang buruk. Mana mungkin dan mustahil, Nina seperti itu. Dah mendingan aku pulang saja.Ting! Pesan baru masuk.Nina(Terima kasih, sayang)(Sama-sama, sayang) Balasan pesanku hanya dibacanya. Huh! Dasar cewek!Sudah lama aku tidak melihat status teman-temanku. Mataku fokus pada status Nina. Lima menit yang lalu, dia membuat status. Sebuah foto dirinya dan laki-laki berambut putih, namun masih terlihat gagah dengan jas berwarna abu-abu.My sugar daddy love. Caption yang Nina tulis di foto mereka. Membuat hatiku mendadak panas.Apa-apaan ini? Apa Nina selingkuh? Kurang ajar! Saat aku ingin men-screenshot, tiba-tiba statusnya sudah hilang."Dihapus! Argh, apa dia tahu kalau aku sudah melihatnya? Mungkin dia lupa privacy statusnya. Benar-benar kurang ajar si Nina!" Aku marah sekali pada Nina, aku merasa bodoh banget jadi laki-laki yang hanya dimanfaatin doang.Aku kebingungan, harus ngapain sekarang. Apa aku harus ke rumah Nina? Aku mencoba menelponnya, dan

    Last Updated : 2023-08-05
  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 12 Uang raib, penagih hutang datang

    "Lu, jangan dulu putusin tu cewek. Lu pura-pura maafin dia. Terus lu bujuk tu cewek, biar dia membujuk si selingkuhannya itu untuk tidak berani melaporkan lu ke polisi. Laki-laki mah, pasti tunduk pada cewek dah!" tutur si Angga panjang lebar."Oke ide bagus tuh, gue telepon sekarang?" "Terserah lu, mau sekarang apa mau besok kek?" "Sekarang, keburu gue dilaporin."Aku mencoba menghidupkan kembali data, lalu menelepon Nina. Panggilan tersambung, langsung dia menjawab teleponku. "Halo, Nin? Aku sudah memaafkan kamu," ucapku, tanpa basa-basi. "Makasih, ya sayang. Aku cinta banget sama kamu." Si Angga malah ketawa mendengar percakapan kami berdua."Tapi, kita harus bertemu, Nin." "Dimana?" "Di rumah aku, sekarang. Gimana? Ada yang perlu aku bicarakan sama kamu, penting!" "Ya sudah, kita bertemu." "Gak papa gak aku jemput? Kamu masih ingat kan, rumah aku?" "Aku ke sana naik taksi online saja. Iya aku masih ingat kok, yang." "Oke, kalau begitu aku tunggu ya, sayang." Tut! Pangg

    Last Updated : 2023-08-06
  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 13 Terpaksa menjual rumah

    "Iya, kayaknya aku harus menjual rumah peninggalan bapak ini. Oke, sekarang aku harus memotretnya dan posting di grup jual beli rumah!" Tidak ada cara lain lagi selain menjual rumah ini, masalah tinggal dimana terserah nanti lah. Yang terpenting aku selamat dari debt colector. Luar rumah dan setiap ruangan sudah aku potret. Aku posting di grup jual beli dengan harga enam puluh juta, mengingat rumah ini berukuran kecil, dan banyak yang harus direnovasi. Semoga saja ada yang mau beli. "Maafkan Revan, Pak. Revan terpaksa jual rumah ini untuk melunasi hutang-hutang Revan," Aku bergumam sendiri, sembari memposting foto-foto rumah di beberapa grup. Rumah ini harus laku sebelum si penagih datang. Mbak Ratih? Ah, nggak. Aku ogah minta bantuan dia, orang dia udah ngusir aku. Aku sudah anggap dia bukan saudaraku lagi. Ting! Ada dua pesan baru lewat inbox.Oh, ternyata ada juga yang menanyakan rumahku, baru saja beberapa menit, sudah ada yang minat. [Lokasi di mana, bang?]Oh iya, aku lupa

    Last Updated : 2023-08-07
  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 14 Kehidupanku setelah cerai

    RINA Aku begitu lega telah bercerai dengan Mas Revan. Kini, aku memulai hidup baru dengan status janda. Berbulan-bulan aku belajar design baju-baju perempuan. Hingga akhirnya mempunyai toko baju kecil, di mall. Alhamdulillah, dengan baju-baju hasil jahitan ku. Aku tidak lagi kerja di orang lain, melainkan memperkerjakan orang lain. Berubah drastis, setelah bercerai dengan Mas Revan. Gara-gara status fesbuk yang aku buat, banyak sekali laki-laki yang datang menemui orang tuaku. Ibuku selalu saja menawariku untuk menikah lagi. Namun, aku masih belum memikirkan pernikahan setelah beberapa bulan cerai. Aku kelupaan, status yang aku buat beberapa bulan lalu belum aku hapus. Dan sekarang aku sudah menghapusnya.Tempo hari aku melihat Mas Revan, dia jalan bersama Nina mantannya dulu. Rupanya mereka balikan lagi, tapi itu semua bukan urusanku. Bertemu lagi dengannya di tempat makan, sepertinya dia mentraktir Nina. Huh! Syukurlah kalau sekarang dia sudah mempunyai pekerjaan. ***"Rin, jal

    Last Updated : 2023-08-08

Latest chapter

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 20

    POV AuthorSiang itu, Revan memasuki pusat perbelanjaan, ia sengaja berdesak-desakan dengan banyak orang agar bisa memulai aksi buruknya. Tangannya merayap ke dalam tas milik seorang ibu-ibu. Namun, si pemilik berjalan buru-buru sehingga aksinya gagal. Tak patah arang, ia mencoba sekali lagi pada orang yang berbeda, dan ... ia berhasil mendapatkan satu buah dompet dan ponsel milik seorang wanita muda."Berhasil! Haha." Ia bersorak girang, setelah keluar dari pusat perbelanjaan. "Wuah, ada kartu ATM-nya lagi. Ternyata menjadi m****g tidak sesusah yang aku bayangkan," ujarnya.Hari sudah hampir larut, Revan berjalan menuju toko-toko yang akan tutup. Ia akan tidur di depan toko tersebut. Sebelum tertidur, ia menyimpan barang curiannya di tempat yang aman. "Besok aku harus beraksi lagi kayaknya!" gumamnya sebelum tidur. ***Sudah hampir setengah tahun, Revan menikmati kehidupannya di jalanan. Ia kini menjadi seorang pencuri. Belum ada satu orang pun yang berhasil menangkapnya. Ia kin

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 19

    Aku berasa ingin berlari keluar sekarang juga. Untung saja aku diperbolehkan diam saja di ruangan ini hingga jam bekerja selesai. ***"Mas, waktunya pulang. Hati-hati, Mas. Takutnya mereka berkeliaran di jalan." Seorang petugas kesehatan membuka pintu, sembari membangunkan ku yang tengah tertidur. "Sudah waktunya pulang, ya Pak? Baik, Pak. Saya akan hati-hati. Besok saya tidak akan datang lagi ke sini ya, Pak. Gak papa kan gak bilang dulu HRD?" "Lebih baik, Mas bilang dulu. Biar saya yang antar ke ruangan HRD," ucapnya. "Oh, baiklah. Sekarang saja, Pak kita ke sana!" ajak ku. **"Permisi, Pak. Saya mengantarkan pekerja baru ke sini. Mas, ayo masuk!" Ucap Pak petugas kesehatan.Aku memasuki ruangan HRD dituntun petugas kesehatan."Pak, saya izin berhenti dari perusahaan ini, karena tiga karyawan sudah memukuli saya sampai babak belur. Apa tidak ada tindakan dari pihak perusahaan?" "Apa kamu melakukan kesalahan sehingga kalian terjadi keributan?" "Tidak sama sekali, mereka yang s

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 18 Pekerjaan baru

    Jam enam pagi aku sudah bersiap pergi ke tempat kerja baruku. Saat sudah sampai, ternyata orang-orang yang kemarin keterima seperti sedang berkumpul di depan bangunan putih kemarin. Aku juga ikut kumpul di situ, ternyata pembagian kerja. Aku bagian di pengecekan barang. Okelah, tidak masalah. Katanya nanti bakal ada atasan yang mengajari dulu kami. Jam tujuh, semua karyawan pabrik harus siap dengan tanggung jawabnya di sini. Aku memasuki ruangan yang begitu besar, banyak kain-kain yang tertata rapi di sana. "Kain itu sudah tahap pengecekan ya, Mas. Nah, kalau yang ini belum dicek. Nanti kita harus teliti, apakah ada kain yang melar, bergaris dan terkadang ada yang sedikit sobek. Kita harus teliti jangan sampai ada yang tertinggal. Kalau kain ada yang cacat, di simpan di sebelah kiri. Kalau Yang mulus, di simpan di rak khusus. Mengerti, Mas?" "Siap, Pak. Apa di sini cuma saya saja ya?" "Tidak, itu yang lain lagi siap-siap masuk ke ruangan ini," tuturnya. "Baiklah, saya mulai seka

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 17 Keterima Kerja

    [Assalamualaikum, Bang. Ini persyaratan untuk melamar kerja]Anak laki-laki itu melampirkan sebuah gambar yang isinya syarat-syarat melamar kerja di sana.[Oke, terima kasih, Dek]Sepertinya semua sudah ada, aku punya berkas-berkasnya. Tapi, baju hitam putih aku tidak punya. Oke besok aku akan belanja dulu deh. ***Pagi-pagi, aku sudah bersiap untuk mencari baju hitam putih. Tak susah mencarinya hingga tidak butuh waktu lama untuk aku mendapatkannya.Semua berkas persyaratan sudah aku siapkan di dalam map. Waktunya bersiap ke pabrik untuk melamar pekerjaan. Semoga saja aku diterima.PT. Konveksi Indonesia, sebuah pabrik besar yang banyak sekali karyawan yang bekerja di sana. Aku melangkah penuh percaya diri ke depan gerbang, dimana ada bapak satpam sebagai penjaga di pos dekat gerbangnya. "Pagi, Pak. Saya mau melamar pekerjaan di sini, saya boleh masuk?" Aku menyapa Pak satpam sekaligus bertanya padanya."Pagi, boleh saya periksa dulu tasnya?" ucapnya, mungkin memang biasanya sepert

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 16 Bayar biaya rumah sakit

    Aku menggeleng, menolaknya dengan tegas, "Tidak, Kak Fani. Karena itu bukan tanggung jawabku dan bukan karena kesalahanku." Tiba-tiba saat kami sedang berdebat, Jovan datang menarik lengan Kak Fani."Apaan sih, Jovan! Kamu gak sayang ya sama ibu? Kenapa kamu membela wanita itu, hah?" teriak Kak Fani."Kak, Kak. Tolong, ini tempat umum jangan teriak-teriak. Jovan membela Rina karena dia gak salah, Jovan saksinya. Lagi pula, bukannya ibu memang sudah punya penyakit jantung dari lahir kan? terus kenapa jadi menyalahkan Rina? Bikin malu saja!" desis Jovan."Tidak, Jovan. Wanita ini yang harus membayarkan semua biaya rumah sakit." Kak Fani masih dengan pendiriannya, ingin aku membayarkan biaya rumah sakit ibunya. Lama-lama, sifat Kak Fani terlihat juga aslinya. Padahal, waktu dia menjadi guru design, sangat sopan dan santun. "Baik, kalau Kak Fani memaksa. Berapa biaya rumah sakitnya?" Aku terpaksa melakukan ini, karena sangat malas untuk berhubungan terus dengan orang-orang kaya tapi ke

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 15

    "Bu, gak kenapa-kenapa, kan?" ucap Sindi mengelus pundakku."Sudah, tidak apa-apa kok. Ayo kita kembali ke pekerjaan kita lagi, sepertinya ada yang mampir tuh?" jawabku."Hem, baiklah Bu." Intan dan Sindi kembali ke pekerjaan mereka. Sedangkan aku, disini hanya pura-pura baik-baik saja.Aku harus tetap profesional, tak baik membawa masalah ke pekerjaan.***Ting! Setelah beberapa jam berlalu, ponselku berbunyi tanda ada pesan baru yang masuk.Kak Fani[Rina, maaf. Kamu sudah lakukan apa pada ibu saya?]Mungkin kejadian tadi, ibu itu membicarakannya pada Kak Fani, anak perempuannya. Aku akui, Kak Fani memang sopan dalam bicara, tapi menyimpan luka kala aku mendengarnya. [Ibu Kakak kenapa memangnya? Tadi memang betul dia datang ke toko saya dengan marah-marah. Tapi saya hanya berbicara apa adanya saja pada beliau][Ibu saya serangan jantung, Rina. Pasti karena dia sudah mendengar kata-kata yang tidak baik dari kamu, ya? Sehingga membuat dia syok dan kepikiran][Maaf, Kak. Saya tidak b

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 14 Kehidupanku setelah cerai

    RINA Aku begitu lega telah bercerai dengan Mas Revan. Kini, aku memulai hidup baru dengan status janda. Berbulan-bulan aku belajar design baju-baju perempuan. Hingga akhirnya mempunyai toko baju kecil, di mall. Alhamdulillah, dengan baju-baju hasil jahitan ku. Aku tidak lagi kerja di orang lain, melainkan memperkerjakan orang lain. Berubah drastis, setelah bercerai dengan Mas Revan. Gara-gara status fesbuk yang aku buat, banyak sekali laki-laki yang datang menemui orang tuaku. Ibuku selalu saja menawariku untuk menikah lagi. Namun, aku masih belum memikirkan pernikahan setelah beberapa bulan cerai. Aku kelupaan, status yang aku buat beberapa bulan lalu belum aku hapus. Dan sekarang aku sudah menghapusnya.Tempo hari aku melihat Mas Revan, dia jalan bersama Nina mantannya dulu. Rupanya mereka balikan lagi, tapi itu semua bukan urusanku. Bertemu lagi dengannya di tempat makan, sepertinya dia mentraktir Nina. Huh! Syukurlah kalau sekarang dia sudah mempunyai pekerjaan. ***"Rin, jal

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 13 Terpaksa menjual rumah

    "Iya, kayaknya aku harus menjual rumah peninggalan bapak ini. Oke, sekarang aku harus memotretnya dan posting di grup jual beli rumah!" Tidak ada cara lain lagi selain menjual rumah ini, masalah tinggal dimana terserah nanti lah. Yang terpenting aku selamat dari debt colector. Luar rumah dan setiap ruangan sudah aku potret. Aku posting di grup jual beli dengan harga enam puluh juta, mengingat rumah ini berukuran kecil, dan banyak yang harus direnovasi. Semoga saja ada yang mau beli. "Maafkan Revan, Pak. Revan terpaksa jual rumah ini untuk melunasi hutang-hutang Revan," Aku bergumam sendiri, sembari memposting foto-foto rumah di beberapa grup. Rumah ini harus laku sebelum si penagih datang. Mbak Ratih? Ah, nggak. Aku ogah minta bantuan dia, orang dia udah ngusir aku. Aku sudah anggap dia bukan saudaraku lagi. Ting! Ada dua pesan baru lewat inbox.Oh, ternyata ada juga yang menanyakan rumahku, baru saja beberapa menit, sudah ada yang minat. [Lokasi di mana, bang?]Oh iya, aku lupa

  • STATUS ISTRIKU DI AKUN FACEBOOKNYA    BAB 12 Uang raib, penagih hutang datang

    "Lu, jangan dulu putusin tu cewek. Lu pura-pura maafin dia. Terus lu bujuk tu cewek, biar dia membujuk si selingkuhannya itu untuk tidak berani melaporkan lu ke polisi. Laki-laki mah, pasti tunduk pada cewek dah!" tutur si Angga panjang lebar."Oke ide bagus tuh, gue telepon sekarang?" "Terserah lu, mau sekarang apa mau besok kek?" "Sekarang, keburu gue dilaporin."Aku mencoba menghidupkan kembali data, lalu menelepon Nina. Panggilan tersambung, langsung dia menjawab teleponku. "Halo, Nin? Aku sudah memaafkan kamu," ucapku, tanpa basa-basi. "Makasih, ya sayang. Aku cinta banget sama kamu." Si Angga malah ketawa mendengar percakapan kami berdua."Tapi, kita harus bertemu, Nin." "Dimana?" "Di rumah aku, sekarang. Gimana? Ada yang perlu aku bicarakan sama kamu, penting!" "Ya sudah, kita bertemu." "Gak papa gak aku jemput? Kamu masih ingat kan, rumah aku?" "Aku ke sana naik taksi online saja. Iya aku masih ingat kok, yang." "Oke, kalau begitu aku tunggu ya, sayang." Tut! Pangg

DMCA.com Protection Status