Di sebuah kamar, seorang wanita tengah bergerak erotis di atas tubuh seorang pria. Suara erangan dan desahan terus terdengan di kamar itu sejak setengah jam lalu. Udara panas di luar kamar karena teriknya mentari kalah panas dari panasnya suasana kamar akibat ulah sepasang anak manusia yang tengah bermandi keringat di ranjang dan tak perduli jika melakukannya di siang hari.
Desah wanita itu terdengar dengan tangan yang dia letakkan di dada bidang si pria bersamaan pinggulnya yang terus bergerak di atas daerah pangkal paha si pria. Erang pria itu pun terdengar dengan mata terpejam dan wajah yang memerah. Wanita itu mendongak merasakan nikmat yang dihasilkan oleh gerakannya dan semakin meracau bersama pinggulnya yang kian cepat. Melihat wanita itu kian mendesah, tubuhnya menegang bersama klimaks yang dia capai.&
Gedung tinggi itu amat besar dan mewah. Sistem keamanan juga serba modern. Setelah bertanya pada satpam di pos, Alex dan Bebek akhirnya diarahkan untuk masuk ke dalam dan bisa menanyakan langsung ke bagian resepsionis. Butuh 10 menit bagi keduanya menuju parkiran dan melangkah mengikuti arahan satpam tadi menuju lobi."Widih, lobinya keren bat! Itu LED bisa buat mabar bokep, Lex!" cicit Bebek cabul dan membuat Alex refleks menempeleng kepalanya."Jaga mulut, kancut! Cocot lo gede banget!" kesal Alex menatap Bebek kaget dengan cuitannya yang asal jeplak."Oh, iya. Gue lupa, hehehe …," balas Bebek cengengesan.Keduan
Rena bergeming. Dada dan telinganya terasa sakit mendengar tuntutan baru dari Tanaya barusan yang begitu mudah terucap dari mulut kejamnya. Rena menelan ludah kasar dan menoleh pada Tanaya yang masih berdiri dengan angkuhnya."Siapa yang kaumaksud untuk pergi?" kata Rena berlagak tak mengerti akan ucapan Tanaya.Wajah itu terlihat sinis menatap pada Rena yang masih duduk dengan tenangnya dan mendongak. Tanaya meng
Imel menatap Jeff yang terlihat santai menanggapi ocehan asal Ferry. Sedangkan Ibra hanya menatap saksama Imel karena masih berdiri di hadapan mereka yang duduk berhadapan."Jika mereka mengajukan proposal untuk magang, terima saja dan katakan pada bagian HRD jika aku sudah mengizinkan," kata Jeff menyimpulkan sendiri niat kedatangan dua remaja yang ingin bertemu dengannya.Imel diam mendengarkan ucapan Jeff tanpa
Maida tengah berada di dapur untuk menyiapkan makan siang Evran. Sejak mengalami lumpuh, dia hanya makan bubur yang dibuatkan oleh Maida. Evran tak pernah diajak ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisinya, melainkan seorang dokter yang akan datang dan sengaja diperintahkan Tanaya memeriksa di rumah serta memberikan obat secukupnya. Di tengah kegiatannya memasak bubur, mata Maida menatap ke arah luar jendela yang ada di dapur. Dia teringat akan Alex yang telah dia berikan secarik kertas berisi keadaan di rumah yang dia tinggali kini. Maida menarik nafas panjang di sela pikirannya yang berkecamuk."Semoga ka
Alex dan bebek masih setia menunggu di lobby perusahaan. Terlihat Bebek yang sudah duduk dengan gelisah serta dengan posisi tak sopan berbaring di atas sofa. Sedangkan Alex, tentu tak jauh berbeda dengan Bebek, tapi dia terlihat lebih tenang dibandingkan Bebek."Lex, lama banget, sih! Aku bosan, nih, sudah jamuran dianggurin macam kolor si Bajil nyemplung di selokan. Apa kita pulang saja, ya? Jangan-jangan Kak Jeff tak mau bertemu dengan kita!" seru Bebek yang sudah berburuk sangka.
Jeff bergeming. Dia menatap secarik kertas yang disodorkan oleh Alex ke arahnya dan dia tidak langsung meraih kertas itu, tapi justru menatapnya dengan alis terangkat sebelah. Hal yang sama juga dilakukan oleh Ferry dan Ibra. Ketiganya beradu pandang? Ya, ketiga pria itu merasa aneh dengan apa yang diberikan oleh Alex dan berupa secarik kertas. Jeff menarik nafas dalam dan panjang sebelum akhirnya dia menerima kertas itu dari tangan Alex. Setenlah Jeff mengambil kertas itu, Alex pun menoleh pada Bebek yang duduk disampingnya. Jujur, hati Alex sedikit cemas dan terlintas kekhawatiran jika isi dari kertas itu akan membuat prasangka buruk yang justru muncul di hati Jeff. Ya, Alex khwatir, jika Jeff tidak mempercayainya dan menganggapnya berbohong.
Sekitar jam 1 siang, Alex dan Bebek akhirnya meninggalkan kantor Jeff setelah mereka makan siang bersama sambil berbincang kecil serta membahas rencana selanjutnya di mana Alex dan Bebek ikut terlibat di dalamnya demi misi menyelamatkan Evran, Rena, dan Maida. Sebelum pulang, Jeff meminta nomor handphone Alex agar bisa kapan pun menghubunginya jika Jeff memerlukan sesuatu. Selepas kepergian Alex dan Bebek, Jeff meluapkan semua emosinya. Dia benar-benar tak habis pikir dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh Tanaya terhadap Evran dan Rena."Aku tak menyangka jika Tante Tanaya bisa sejahat ini pada kami. Bi
Rena tertegun ketika mendengar Jeff mengatakan bahwa dia adalah jalangnya, bukan sebagai istrinya lagi. Pedih, itulah yang Rena rasakan kini. Sedangkan Dilara mengulas senyum, dia merasa bahagia karena Jeff yang awalnya sangat mencintai Rena, kini begitu membencinya, bahkan menganggap dia seorang jalang yang bisa dibeli dengan uang. Namun, ada rasa kesal di hati Dilara ketika mendengar Jeff akan menggunakan jasa Rena sebagai jalang untuk menemaninya di akhir pekan. Hal itu tentu membuatnya geram dan dia tak akan mungkin membiarkan Jeff melakukan hal itu bersama
Hari pun terus berlalu. Tanaya dan Dilara resmi mendekam di penjara dengan semua kejahatan yang telah mereka lakukan. Sedangkan Anin telah resmi menikah dengan Kimoy tanpa restu dari Tanaya dan hidup sederhana serta membuka rumah makan yang cukup ramai berkat keahlian Kimoy meracik bumbu dan pintar masak selama ini. Anin sudah mengetahui apa yang telah menimpa Tanaya dan sudah berkunjung ke penjara menjenguknya beberapa kali. Tangis dan sesal ditunjukkan oleh Tanaya dan Dilara setelah mendekam di penjara untuk menebus semua kejahatan yang dilakukan mereka, meskipun hukuman yang diberikan kepada Dilara jauh lebih ringan, tapi tetap saja membuat dia begitu sedih dan menyesali perbuatannya selama ini. Jeff dan Rena pun beberapa kali berkunjung ke pen
Tubuh Tanaya seketika menegang melihat apa yang ada di hadapannya kini. Matanya menelisik satu-persatu tiap orang yang ada di depannya dalam keadaan duduk dan terdiam serta memandang tajam ke arahnya. Berkali-kali Tanaya menelan salivan karena tenggorokannya yang mendadak tercekat. Lututnya seolah lemah dengan kepalanya yang mendadak sakit dan berharap bahwa apa yang dialami saat ini hanyalah sebuah halusinasi saja akibat sedang kesal dengan perbuatan yang Anin lakukan. "Astaga, sepertinya aku ben
Mendengar jawaban yang diberikan oleh Hakan dan terlihat begitu santai, Tanaya memincing curiga ke arahnya serta menelisik saksama. Dia pun menatap sekeliling dan terlihat suasana rumah yang begitu tenang. Hal itu membuat kening Tanaya berkerut banyak karena merasa aneh dan tak biasa."Sejak kapan kau berada di sini? Apa kau belum pulang sejak semalam?" tanya Tanaya menatap tajam pada Hakan yang duduk berseberangan dengannya.
Setelah memerintahkan Maida untuk memberikan sarapan kepada Rena, Tanaya akhirnya pamitan untuk pulang sebentar ke kediamannya sekedar melihat apakah Anin pulang ke rumah atau tidak. Namun, sesampainya di rumah dia masih tidak menemukan keberadaan Anin dan hari itu kembali membuat darah tingginya kumat. Dia duduk di ruang keluarga sambil memijit pelipisnya yang terasa sakit. Tak berapa lama, dia meraih handphone yang ada dindalam handbag berwarna hitam miliknya untuk menghubungi Dilara karena sejak semalam dia berpamitan untuk makan malam di rumah Jeff hingga kini masih belum memberi kabar, meskipun hanya berupa pesan. Berulang kali Tanaya menghubungi Dilara, tapi tak kunjung diangkat. Dia pun merasa aneh kenapa Dilara tak mengangkat panggilannya
Keesokan harinya, Rena terbangun dengan tubuh yang terasa begitu sakit karena dia dikurung di sebuah gudang tak jauh dari kebun belakang. Dia tertidur hanya beralaskan sebuah koran bekas. Ruangan tersebut tak ada penerangan sama sekali, kecuali cahaya lampu yang masuk dari jendela. Selain itu, ruangan tersebut memang cukup luas, di mana barang-barangnya tidak terlalu penuh dan kebanyakan diisi oleh buku-buku serta elektronik yang sudah tak digunakan. Rena meregangkan otot yang terasa kaku serta tubuhnya yang sedikit menggigil karena semalaman dia tidur di lantai. Dia menatap ke jendela dan berpikir untuk menebak sekiranya sudah jam berapa saat itu. Ketika dia sedang menerka, tiba-tiba terdengar perutnya yang berbunyi menandakan bahwa dia kelaparan
Di kediaman Jeff, Dilara terkejut ketika mendengar kalimat yang diucapkan oleh Jeff karena tak menyadari dan terbuai dengan khayalan kotornya sendiri. Dengan cepat, dia melepaskan tangannya dari payudara yang dia remas sendiri sejak tadi, sehingga memicu gairah. Merasa terciduk, wajah Dilara seketika merona karena malu dilihat oleh Jeff yang tak disadarinya sudah keluar dari kamar mandi. "Dasar bodoh! Kenapa aku tak dengar dia keluar kamar mandi, sih! Benar-benar memalukan!" kata Dilara dalam hati
Di Jalan Raflesia, Maida yang berada di kamar Evran saat kejadian diseretnya Rena untuk dikurung seperti mereka tentu terkejut karena tak menyangka bahwa Rena akan kembali ke rumah itu. Evran yang tentu mendengar dengan jelas teriakan Rena hanya bisa melotot tak percaya mendengar teriakan menantunya karena diseret paksa oleh penjaga rumah diiringi bentakan dari Tanaya. Hatinya tentu sangat geram karena tindakan Tanayaa yang sudah melampaui batas dan benar-benar ingin menyingkirkan orang yang dia cintai. Bahkan, Evran yakin Tanaya akan melenyapkan dia beserta Rena dan jika sudah mendapatkan hartanya, dia pun yakin Tanaya akan menyingkirkan Jeff. Maida bisa melihat betapa Evran berbaring gelisah di ranjang. Tahu apa yang telah dilakukan Fanaya kali
Sekitar jam 6 sore, akhirnya Jeff tiba di kediamannya. Pikiran dia masih tertuju pada Rena yang saat ini berada di Jalan Raflesia dan terkurung bersama Evran. Dia berjalan lunglai masuk ke dalam rumah dan terkejut ketika disambut oleh sosok wanita dengan pakaian seksi serta make up tebal yang tak lain adalah Dilara. Terhenyak sebentar, pikiran waras Jeff akhirnya kembali dan sadar bahwa siang tadi Dilara sudah memberikan pesan kepadanya bahwa malam ini dia akan datang ke rumah untuk makan malam bersama. Sadar akan hal itu, dia menarik nafas panjang. Matanya menatap malas pada Dilara yang berjalan mendekat untuk menyambut kepulangannya.
Kimin dan Codet seketika mendekati Rena yang terkejut dan mundur untuk menghindar, tapi mereka menarik tangannya demi melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh Tanaya. "Tidak! Jangan sentuh aku! Lepaskan kubilang!" teriak Rena berusaha menolak kedua penjaga itu yang tentu dengan mudah meringkus Rena.