Alex dan bebek masih setia menunggu di lobby perusahaan. Terlihat Bebek yang sudah duduk dengan gelisah serta dengan posisi tak sopan berbaring di atas sofa. Sedangkan Alex, tentu tak jauh berbeda dengan Bebek, tapi dia terlihat lebih tenang dibandingkan Bebek.
"Lex, lama banget, sih! Aku bosan, nih, sudah jamuran dianggurin macam kolor si Bajil nyemplung di selokan. Apa kita pulang saja, ya? Jangan-jangan Kak Jeff tak mau bertemu dengan kita!" seru Bebek yang sudah berburuk sangka.
Jeff bergeming. Dia menatap secarik kertas yang disodorkan oleh Alex ke arahnya dan dia tidak langsung meraih kertas itu, tapi justru menatapnya dengan alis terangkat sebelah. Hal yang sama juga dilakukan oleh Ferry dan Ibra. Ketiganya beradu pandang? Ya, ketiga pria itu merasa aneh dengan apa yang diberikan oleh Alex dan berupa secarik kertas. Jeff menarik nafas dalam dan panjang sebelum akhirnya dia menerima kertas itu dari tangan Alex. Setenlah Jeff mengambil kertas itu, Alex pun menoleh pada Bebek yang duduk disampingnya. Jujur, hati Alex sedikit cemas dan terlintas kekhawatiran jika isi dari kertas itu akan membuat prasangka buruk yang justru muncul di hati Jeff. Ya, Alex khwatir, jika Jeff tidak mempercayainya dan menganggapnya berbohong.
Sekitar jam 1 siang, Alex dan Bebek akhirnya meninggalkan kantor Jeff setelah mereka makan siang bersama sambil berbincang kecil serta membahas rencana selanjutnya di mana Alex dan Bebek ikut terlibat di dalamnya demi misi menyelamatkan Evran, Rena, dan Maida. Sebelum pulang, Jeff meminta nomor handphone Alex agar bisa kapan pun menghubunginya jika Jeff memerlukan sesuatu. Selepas kepergian Alex dan Bebek, Jeff meluapkan semua emosinya. Dia benar-benar tak habis pikir dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh Tanaya terhadap Evran dan Rena."Aku tak menyangka jika Tante Tanaya bisa sejahat ini pada kami. Bi
Rena tertegun ketika mendengar Jeff mengatakan bahwa dia adalah jalangnya, bukan sebagai istrinya lagi. Pedih, itulah yang Rena rasakan kini. Sedangkan Dilara mengulas senyum, dia merasa bahagia karena Jeff yang awalnya sangat mencintai Rena, kini begitu membencinya, bahkan menganggap dia seorang jalang yang bisa dibeli dengan uang. Namun, ada rasa kesal di hati Dilara ketika mendengar Jeff akan menggunakan jasa Rena sebagai jalang untuk menemaninya di akhir pekan. Hal itu tentu membuatnya geram dan dia tak akan mungkin membiarkan Jeff melakukan hal itu bersama
Tak berapa lama, muncullah sosok seorang wanita menghampiri mereka. Ketiganya menoleh ke arah datangnya langkah kaki yang terdengar begitu jelas dan menggelitik telinga. Senyum Dilara pun mengembang ketika melihat Tanaya datang.Suasana seketika hening ketika terdengar langkah kaki yang memasuki ruangan dari arah depan rumah. Ketiganya menoleh dan melihat sosok wanita yang tak lain adalah Tanaya. Benar, dia datang ke kediaman Jeff tanpa diundang sebelumny, sedangkan Jeff nampak menyunggingkan senyum aneh melihat kedatangannya. Tentu Jeff sudah tahu apa tujuan Tanaya datang ke rumahnya saat ini yang biasanya
Setelah berpamitan pada Jeff, Rena menuju kamar untuk mengambil beberapa potong pakaian miliknya serta handphone yang diletakkan di atas nakas. Tak banyak pakaian yang dibawa olehnya. Sesampainya di dalam kamar, Rena duduk dipinggir ranjang dengan air mata yang menetes di pipinya. Bahkan, dia menutup mulut agar Isak tangisnya tak keluar dan didengar oleh seseorang yang mungkin melintas di depan pintu. Hatinya begitu sakit dan tak menyangka jika dia mampu untuk menandatangani surat perceraian tadi. "Aku mencintaimu, Kak. Selamanya aku akan tetap mencintaimu," gumam Rena dengan suara lirihnya.
Setelah kepergian Rena, tinggallah di ruang tamu hanya mereka bertiga. Wajah kedua wanita itu terlihat sangat sumringah. Tentu saja mereka sangat bahagia karena rencana mereka untuk mendapatkan harta keluarga William semakin terbuka lebar karena sudah berhasil menyingkirkan Rena. Kini, giliran Dilara yang harus maju dan menggoda Jeff agar jatuh hati kepadanya dan menjadikan dia istrinya "Tan, aku permisi kembali ke kamar. Kebetulan sejak kembali dari kantor, aku belum membersihkan diri. Jika kalian masih ingin berada di sini, silakan dan aku pamit," ucap Jeff sambil bangun dari duduknya.
Keesokan harinya, Alex dan Bebek bangun kesiangan karena semalam mereka bergadang sambil berdiskusi tentang pertemuan mereka dengan Jeff. Setelah membersihkan diri dan baru saja akan beranjak menuju dapur untuk membuat sarapan, terdengar bunyi pesan masuk di handphone Alex yang diletakkan di atas nakas. Alex menoleh, kemudian berjalan mendekat dan meraih handphone tersebut untuk mengecek sekiranya siapa yang sudah mengirimkan pesan kepadanya. Tangan kanannya memegang handphone, sedangkan tangan kirinya memegang handuk sambil menggosokkannya di kepala yang baru saja dia keranas. Seketika mata Alex membulat ketika mendapati bahwa orang yang mengirimkan pesan adalah Maida dan dengan cepat dia membaca pesan tersebut di mana pesan itu berisi tentang pertanyaan Mida mengenai apakah Alex sudah menyampaikan is
Rena bangun pagi-pagi sekali dan langsung membersihkan diri. Dari dalam kamar, dia bisa mendengar ada suara berisik dari dapur dan dia yakin bahwa Citra sedang berada di sana untuk membuat sarapan. Dengan cepat, dia pun keluar dari kamar dan melihat citra yang sedang memotong sayuran. "Kamu sedang apa?" tanya Rena pada citra yang sedikit kaget akan kedatangannya. "Oh, aku ingin membuat capcay, Bu," jawab Citra
Hari pun terus berlalu. Tanaya dan Dilara resmi mendekam di penjara dengan semua kejahatan yang telah mereka lakukan. Sedangkan Anin telah resmi menikah dengan Kimoy tanpa restu dari Tanaya dan hidup sederhana serta membuka rumah makan yang cukup ramai berkat keahlian Kimoy meracik bumbu dan pintar masak selama ini. Anin sudah mengetahui apa yang telah menimpa Tanaya dan sudah berkunjung ke penjara menjenguknya beberapa kali. Tangis dan sesal ditunjukkan oleh Tanaya dan Dilara setelah mendekam di penjara untuk menebus semua kejahatan yang dilakukan mereka, meskipun hukuman yang diberikan kepada Dilara jauh lebih ringan, tapi tetap saja membuat dia begitu sedih dan menyesali perbuatannya selama ini. Jeff dan Rena pun beberapa kali berkunjung ke pen
Tubuh Tanaya seketika menegang melihat apa yang ada di hadapannya kini. Matanya menelisik satu-persatu tiap orang yang ada di depannya dalam keadaan duduk dan terdiam serta memandang tajam ke arahnya. Berkali-kali Tanaya menelan salivan karena tenggorokannya yang mendadak tercekat. Lututnya seolah lemah dengan kepalanya yang mendadak sakit dan berharap bahwa apa yang dialami saat ini hanyalah sebuah halusinasi saja akibat sedang kesal dengan perbuatan yang Anin lakukan. "Astaga, sepertinya aku ben
Mendengar jawaban yang diberikan oleh Hakan dan terlihat begitu santai, Tanaya memincing curiga ke arahnya serta menelisik saksama. Dia pun menatap sekeliling dan terlihat suasana rumah yang begitu tenang. Hal itu membuat kening Tanaya berkerut banyak karena merasa aneh dan tak biasa."Sejak kapan kau berada di sini? Apa kau belum pulang sejak semalam?" tanya Tanaya menatap tajam pada Hakan yang duduk berseberangan dengannya.
Setelah memerintahkan Maida untuk memberikan sarapan kepada Rena, Tanaya akhirnya pamitan untuk pulang sebentar ke kediamannya sekedar melihat apakah Anin pulang ke rumah atau tidak. Namun, sesampainya di rumah dia masih tidak menemukan keberadaan Anin dan hari itu kembali membuat darah tingginya kumat. Dia duduk di ruang keluarga sambil memijit pelipisnya yang terasa sakit. Tak berapa lama, dia meraih handphone yang ada dindalam handbag berwarna hitam miliknya untuk menghubungi Dilara karena sejak semalam dia berpamitan untuk makan malam di rumah Jeff hingga kini masih belum memberi kabar, meskipun hanya berupa pesan. Berulang kali Tanaya menghubungi Dilara, tapi tak kunjung diangkat. Dia pun merasa aneh kenapa Dilara tak mengangkat panggilannya
Keesokan harinya, Rena terbangun dengan tubuh yang terasa begitu sakit karena dia dikurung di sebuah gudang tak jauh dari kebun belakang. Dia tertidur hanya beralaskan sebuah koran bekas. Ruangan tersebut tak ada penerangan sama sekali, kecuali cahaya lampu yang masuk dari jendela. Selain itu, ruangan tersebut memang cukup luas, di mana barang-barangnya tidak terlalu penuh dan kebanyakan diisi oleh buku-buku serta elektronik yang sudah tak digunakan. Rena meregangkan otot yang terasa kaku serta tubuhnya yang sedikit menggigil karena semalaman dia tidur di lantai. Dia menatap ke jendela dan berpikir untuk menebak sekiranya sudah jam berapa saat itu. Ketika dia sedang menerka, tiba-tiba terdengar perutnya yang berbunyi menandakan bahwa dia kelaparan
Di kediaman Jeff, Dilara terkejut ketika mendengar kalimat yang diucapkan oleh Jeff karena tak menyadari dan terbuai dengan khayalan kotornya sendiri. Dengan cepat, dia melepaskan tangannya dari payudara yang dia remas sendiri sejak tadi, sehingga memicu gairah. Merasa terciduk, wajah Dilara seketika merona karena malu dilihat oleh Jeff yang tak disadarinya sudah keluar dari kamar mandi. "Dasar bodoh! Kenapa aku tak dengar dia keluar kamar mandi, sih! Benar-benar memalukan!" kata Dilara dalam hati
Di Jalan Raflesia, Maida yang berada di kamar Evran saat kejadian diseretnya Rena untuk dikurung seperti mereka tentu terkejut karena tak menyangka bahwa Rena akan kembali ke rumah itu. Evran yang tentu mendengar dengan jelas teriakan Rena hanya bisa melotot tak percaya mendengar teriakan menantunya karena diseret paksa oleh penjaga rumah diiringi bentakan dari Tanaya. Hatinya tentu sangat geram karena tindakan Tanayaa yang sudah melampaui batas dan benar-benar ingin menyingkirkan orang yang dia cintai. Bahkan, Evran yakin Tanaya akan melenyapkan dia beserta Rena dan jika sudah mendapatkan hartanya, dia pun yakin Tanaya akan menyingkirkan Jeff. Maida bisa melihat betapa Evran berbaring gelisah di ranjang. Tahu apa yang telah dilakukan Fanaya kali
Sekitar jam 6 sore, akhirnya Jeff tiba di kediamannya. Pikiran dia masih tertuju pada Rena yang saat ini berada di Jalan Raflesia dan terkurung bersama Evran. Dia berjalan lunglai masuk ke dalam rumah dan terkejut ketika disambut oleh sosok wanita dengan pakaian seksi serta make up tebal yang tak lain adalah Dilara. Terhenyak sebentar, pikiran waras Jeff akhirnya kembali dan sadar bahwa siang tadi Dilara sudah memberikan pesan kepadanya bahwa malam ini dia akan datang ke rumah untuk makan malam bersama. Sadar akan hal itu, dia menarik nafas panjang. Matanya menatap malas pada Dilara yang berjalan mendekat untuk menyambut kepulangannya.
Kimin dan Codet seketika mendekati Rena yang terkejut dan mundur untuk menghindar, tapi mereka menarik tangannya demi melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh Tanaya. "Tidak! Jangan sentuh aku! Lepaskan kubilang!" teriak Rena berusaha menolak kedua penjaga itu yang tentu dengan mudah meringkus Rena.