Beranda / Romansa / SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER / Bab 18: Dalam Jaring Ketidakpastian

Share

Bab 18: Dalam Jaring Ketidakpastian

Penulis: Zayba Almira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-05 13:19:26
Malam telah larut ketika mereka akhirnya tiba di tempat persembunyian baru. Sebuah rumah tua di pinggir kota yang sepi menjadi pilihan Adrian untuk sementara waktu. Ia mengamankan pintu dan jendela, memastikan tempat itu aman sebelum mereka semua masuk.

Victor duduk di kursi kayu usang, wajahnya penuh ketegangan. “Aku tidak yakin ini ide yang bagus. Leon pasti akan mencari keluargaku ke ujung dunia.”

Adrian menatapnya tajam. “Keluargamu aman untuk sekarang. Yang perlu kita fokuskan adalah langkah selanjutnya.”

Victor menggeleng. “Kau tidak mengerti siapa Leon sebenarnya. Dia bukan hanya seorang miliarder dengan kekuasaan. Dia monster yang tidak pernah kehilangan jejak.”

Keira, yang berdiri di dekat jendela, tidak bisa lagi menahan emosinya. “Kalau begitu, kenapa kau bekerja untuknya selama ini? Jika kau tahu dia seperti itu, kenapa tidak melarikan diri sejak awal?”

Victor menundukkan kepalanya, suaranya melemah. “Karena aku tidak punya pilihan. Leon menyelamatkanku dari kemis
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 19: Jejak di Tengah Kabut

    Malam menyelimuti vila tempat Adrian dan Keira bersembunyi. Hanya suara debur ombak di kejauhan yang menemani keheningan mereka. Namun, ketegangan tak bisa dielakkan. Peta digital yang terpampang di layar monitor memenuhi ruangan, menampilkan lokasi rahasia tempat Leon menjalankan eksperimen manusia. Keira duduk di kursi, kedua tangannya menggenggam erat sandaran. Matanya yang lelah berusaha memahami data yang Adrian tunjukkan. Dia merasa seperti pion kecil di tengah permainan catur yang rumit. “Tempat ini,” kata Adrian sambil menunjuk sebuah titik merah di peta, “adalah laboratorium utama Leon. Tapi untuk masuk ke sana... ini lebih rumit dari yang aku duga.” Keira mengerutkan kening. “Kau selalu bilang begitu sebelum akhirnya kau menemukan solusi. Apa yang berbeda kali ini?” Adrian menghela napas panjang, wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya. “Sistem keamanan mereka tidak hanya berbasis AI. Mereka punya penjaga manusia, senjata eksperimental, dan... orang-orang yang me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 20: Kepungan dalam Bayangan

    Adrian menatap layar besar di ruang operasi mereka. Wajah Leon terpampang jelas, dengan senyum sinis yang tampak mengolok-olok. Di sebelahnya, diagram kompleks teknologi terbaru yang dinamakan Proyek Omega membuat darah Adrian berdesir. Kali ini, Leon melangkah lebih jauh dari sekadar mempermainkan korbannya. “Apa kau yakin dengan rencanamu, Adrian?” tanya Keira, yang berdiri di sampingnya. Nada suaranya penuh kekhawatiran, meski ia mencoba menyembunyikannya. Adrian menghela napas panjang, matanya tetap terpaku pada layar. “Ini bukan lagi tentang keyakinan, Keira. Ini satu-satunya cara untuk menghentikan Leon.” Sejak pertemuan terakhir dengan Leon, Adrian mulai menyadari bahwa musuhnya bukan hanya individu kejam dengan ambisi besar, tetapi juga seorang mastermind yang memanfaatkan kelemahan orang lain untuk keuntungannya sendiri. Kali ini, Leon memanipulasi kelompok investor global untuk mendukung Proyek Omega, menjadikan dirinya hampir tak tersentuh. Namun, masalah tidak berhe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 21: Perang Bayangan

    Malam itu terasa lebih kelam dari biasanya. Adrian duduk di depan meja panjang di markas kecil mereka, matanya tertuju pada layar holografik yang memancarkan diagram kompleks. Data yang mereka curi dari fasilitas Leon memberikan banyak informasi, tetapi juga membuka kenyataan pahit. Proyek Omega bukan sekadar teknologi eksperimental, melainkan senjata global yang dapat mengguncang dunia. Keira berdiri di dekat jendela, menatap kota yang sunyi di bawah mereka. "Semua ini terlalu besar, Adrian. Kita tidak hanya melawan Leon, tapi juga sebuah sistem." Adrian menghela napas panjang, menggenggam kepalanya yang terasa berat. "Aku tahu. Tapi jika kita tidak melakukannya, siapa lagi? Leon akan memanfaatkan teknologi ini untuk memonopoli kekuatan dunia." Victor, yang sibuk dengan perangkatnya, akhirnya angkat bicara. "Bukan hanya Leon. Aku menemukan indikasi bahwa Aegis juga ingin mengontrol teknologi ini. Mereka tidak berbeda jauh. Mereka mungkin menggunakan pendekatan yang lebih halus,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 22: Bayang-Bayang yang Mempersempit

    Kegelapan menyelimuti gudang tua itu. Bau logam berkarat bercampur debu menyeruak di setiap sudut. Adrian berdiri diam di tengah ruangan, tangan kanannya meremas sebuah flash drive kecil yang baru saja mereka selamatkan dari jebakan Leon. Napasnya terdengar berat, tetapi matanya penuh dengan api yang sulit dipadamkan. Victor berdiri tak jauh, jari-jarinya sibuk mengetuk layar holografik yang memproyeksikan data baru. Wajahnya memancarkan kegelisahan, sementara matanya terus bergerak dari satu baris kode ke baris berikutnya. “Adrian, aku menemukan sesuatu...” bisiknya, suara rendah itu seperti enggan memecah keheningan. Keira, yang duduk bersandar di dinding dengan lutut tertarik ke dada, mendongak. Rambut cokelatnya kusut, dan bekas goresan di pelipisnya masih memerah. Namun, matanya tak lagi menunjukkan kelelahan—hanya tekad yang keras kepala. “Apa itu?” Adrian berbalik, tatapannya tajam seperti pisau. Victor menggeser layar, memperbesar peta jaringan fasilitas Leon. “Data i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 23: Api di Dalam Bayangan

    Lampu jalan yang remang-remang mengiringi kendaraan mereka meluncur di malam yang pekat. Mesin berdengung lembut, tetapi suasana di dalamnya penuh ketegangan. Adrian duduk di kursi pengemudi, tangannya mencengkeram setir lebih erat dari biasanya. Wajahnya terlihat tenang, tetapi matanya lurus ke depan, menyembunyikan gejolak di pikirannya. Keira, yang duduk di sampingnya, memegang alat pelindung kecil di pangkuannya. Sesekali, ia melirik ke arah Adrian, mencoba menebak apa yang ada di pikirannya. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa. Diam-diam, ia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk menantang atau meredakan ketegangan. Di belakang, Victor menatap layar holografiknya, memindai data yang baru saja mereka ambil. Wajahnya tegang setiap kali ia menemukan sesuatu yang janggal. "Ini tidak masuk akal," gumam Victor, suaranya hampir tenggelam dalam dengungan mesin. Adrian mengerutkan kening, tetapi tidak melepaskan pandangannya dari jalan. "Apa maksudmu?" Victor mengangkat wajah, menu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 24: Bayangan di Balik Kebenaran

    Ruang kontrol itu gelap, hanya diterangi oleh cahaya layar holografik yang memantulkan bayangan ke dinding baja. Keira berdiri dengan tubuh tegang, jemarinya masih menggenggam alat pelindung dengan erat. Matanya terpaku pada pria tua di hadapannya, tetapi pikirannya berputar, mencoba memahami apakah kata-kata pria itu sekadar tipu muslihat atau kebenaran. Victor berdiri sedikit di belakangnya, diam namun siaga. Suara mesin di sekitar mereka berdengung pelan, seakan menjadi pengingat bahwa waktu terus berjalan, dan mereka tidak punya banyak. "Siapa namamu?" Keira akhirnya bertanya, suaranya dingin, tapi ada sedikit getar yang tidak dapat ia sembunyikan. Pria itu mengangkat wajah, menunjukkan garis-garis usia yang dalam, seperti peta perjalanan hidup yang penuh beban. "Dr. Arlen Wexler," jawabnya pelan. "Aku ilmuwan yang menciptakan dasar proyek ini... sebelum Leon mengambil semuanya." Keira mengernyitkan alis, tetapi tidak menjawab. Di belakangnya, Victor membungkuk lebih dekat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 25: Jebakan di Balik Strategi

    Ruangan itu dipenuhi suara alarm yang menggema, bercampur dengan langkah kaki berat dari penjaga yang mendekat. Cahaya merah berkedip seperti denyut jantung yang tak teratur, menciptakan bayangan panjang di dinding logam. Keira berdiri di depan Victor, tubuhnya siaga seperti kawat tegang yang siap putus kapan saja. Ia memegang alat pelindungnya erat, jantungnya berdetak cepat seiring derap langkah musuh yang kian dekat. Victor, dengan napas tergesa, tetap fokus pada layar konsol. Jarinya bergerak cepat, menekan tombol-tombol holografik, berusaha memecahkan sistem keamanan yang rumit. "Berapa lama lagi?" tanya Keira, suaranya rendah, namun tegas. Victor tak menoleh. "Aku butuh waktu. Mereka memasang protokol pengamanan tingkat tinggi. Jika aku salah satu langkah saja, kita akan terkunci di sini." Keira menggertakkan giginya, matanya tajam menatap koridor di depan mereka. Dari sudut matanya, ia melihat Dr. Wexler yang berdiri gelisah, tubuhnya setengah membungkuk seperti ingin la

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 26: Pilihan yang Berat

    Ruangan itu terasa seperti perangkap hidup yang tak henti mengecil. Keira berdiri dengan napas tertahan, mendengar suara langkah sepatu berat yang mendekat. Wajahnya tetap tegar, meski di dalam dirinya ada gejolak ketakutan. Ini bukan kali pertama ia menghadapi bahaya, tapi kali ini ia tahu risikonya jauh lebih besar.Victor, yang sibuk dengan perangkat di tangannya, tampak hampir putus asa. Ia terus mencoba membuka akses ke sistem keamanan, sementara Dr. Wexler berdiri mematung, terjebak dalam rasa bersalahnya sendiri.“Kita tidak punya waktu,” kata Victor dengan suara rendah namun penuh tekanan. Ia melirik Keira, matanya menunjukkan kecemasan yang tak mampu ia sembunyikan. “Apa rencananya?”Keira menatap ventilasi di dinding seberang ruangan. Itu satu-satunya jalan keluar mereka. Tapi, mencapai tempat itu berarti melawan gelombang penjaga bersenjata yang sudah mengepung mereka.“Kalian pergi lebih dulu,” jawab Keira akhirnya, suaranya mantap. “Aku akan menahan mereka.”Victor menole

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14

Bab terbaru

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 93

    Langit senja mulai berubah gelap saat Adrian berdiri di tepi bukit, memandangi kota di kejauhan yang diterangi cahaya lampu. Angin berembus pelan, membawa aroma tanah yang lembap setelah hujan ringan sore tadi. Keira berdiri di sampingnya, diam-diam mengamati ekspresi Adrian yang tampak serius."Sepertinya kau masih memikirkan semuanya," ujar Keira lembut, tangannya menggenggam jaketnya erat karena hawa mulai dingin.Adrian menarik napas dalam, membiarkan udara memenuhi dadanya sebelum perlahan menghembuskannya. "Ada banyak hal yang masih harus kupastikan," katanya dengan suara tenang, tapi ada ketegangan tersirat dalam nadanya. "Setiap langkah yang kita ambil sekarang akan menentukan apa yang terjadi selanjutnya."Keira mengangguk, memahami maksudnya. Mereka telah mencapai titik kritis dalam perjalanan ini—misteri yang mereka kejar semakin dekat dengan jawaban, tapi juga semakin berbahaya.Tiba-tiba, di kejauhan, suara gemerisik te

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 92

    Hujan gerimis mulai turun, menciptakan ritme pelan yang menghantam kaca jendela gedung tua yang kini menjadi saksi bisu pertarungan mental di antara mereka. Udara dingin menusuk kulit, bercampur dengan aroma tanah basah yang semakin mempertegas suasana mencekam di ruangan itu.Di luar, suara deru mobil terdengar samar, mendekati area bangunan terbengkalai yang kini menjadi tempat pertemuan mereka. Namun, di dalam ruangan, keheningan terasa begitu berat.Adrian berdiri tegap, tatapannya tajam menelusuri wajah pria berjas hitam yang kini melangkah perlahan ke arah mereka. Sorot mata pria itu penuh kepastian, seolah ia telah merencanakan setiap kemungkinan yang akan terjadi.Keira menggigit bibirnya, menatap pria itu dengan penuh kebencian. "Apa kau pikir semua ini hanya permainan?"Pria itu menyeringai tipis. "Segala sesuatu yang besar selalu diawali dengan pengorbanan, nona Keira. Kau seharusnya sudah tahu itu."Adrian mengepalka

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 91

    Gua kecil yang mereka tempati terasa sunyi. Hanya suara napas mereka yang masih terengah setelah pelarian panjang tadi. Di luar, angin malam berembus, membawa suara dedaunan yang berbisik samar. Alexander duduk bersandar pada dinding batu, sorot matanya kosong, seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Kata-katanya barusan masih menggema di kepala mereka semua. "Ada lebih banyak sepertiku." Adrian menyandarkan punggungnya ke dinding gua, kedua tangannya terlipat di depan dada. “Jelaskan lebih lanjut, Alexander. Maksudmu... ada eksperimen lain selain dirimu?” Alexander menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Ya. Aku bukan satu-satunya yang diciptakan. Ada yang lain. Dan mereka masih tertidur.” Keira menelan ludah. “Tertidur?” Alexander menarik napas dalam sebelum menjelaskan. “Sebelum aku kabur dari laboratorium, aku sempat melihat sesuatu di database mereka. Ada total lima eksperimen yang berhasil. Aku adalah yang keempat. Tapi tiga lainnya masih dalam kondisi stasi

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 90

    Adrian dan timnya berlari melewati jalan setapak yang tersembunyi di tengah hutan. Nafas mereka memburu, tetapi mereka tidak bisa berhenti. Ledakan di pabrik tua tadi masih menggema di kejauhan, sementara Viktor dan pasukannya pasti sudah mulai memburu mereka. “Terus maju! Jangan berhenti!” seru Adrian. Keira membantu Alexander yang hampir tersandung akar pohon. “Kita harus cepat! Mereka pasti sudah mengepung jalan keluar utama!” Natasha memeriksa peta digital di perangkatnya. “Ada jalur ke arah barat yang bisa kita gunakan, tapi…” “Tapi apa?” tanya Gabriel dari belakang. Natasha menghela napas. “Jalur itu melewati reruntuhan laboratorium lama. Tidak ada yang tahu kondisinya sekarang.” Adrian langsung mengambil keputusan. “Kita ke sana. Setidaknya Viktor tidak akan menduga kita memilih jalur yang paling berbahaya.” Mereka bergegas menuju reruntuhan laboratorium yang tersembunyi di balik pepohonan rimbun. Saat mereka tiba di lokasi, suasana berubah drastis. Bangunan b

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 89

    Gua kecil yang mereka tempati terasa sunyi. Hanya suara napas mereka yang masih terengah setelah pelarian panjang tadi. Di luar, angin malam berembus, membawa suara dedaunan yang berbisik samar. Alexander duduk bersandar pada dinding batu, sorot matanya kosong, seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Kata-katanya barusan masih menggema di kepala mereka semua. "Ada lebih banyak sepertiku." Adrian menyandarkan punggungnya ke dinding gua, kedua tangannya terlipat di depan dada. “Jelaskan lebih lanjut, Alexander. Maksudmu... ada eksperimen lain selain dirimu?” Alexander menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Ya. Aku bukan satu-satunya yang diciptakan. Ada yang lain. Dan mereka masih tertidur.” Keira menelan ludah. “Tertidur?” Alexander menarik napas dalam sebelum menjelaskan. “Sebelum aku kabur dari laboratorium, aku sempat melihat sesuatu di database mereka. Ada total lima eksperimen yang berhasil. Aku adalah yang keempat. Tapi tiga lainnya masih dalam kondisi stasis

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 88

    Suara alarm bergema di seluruh ruangan, memantul di dinding logam dan menciptakan suasana tegang. Lampu merah darurat berkedip-kedip, memberikan efek bayangan yang berubah-ubah. Di tengah ruangan, Alexander berdiri diam, dikelilingi oleh cahaya biru yang berputar perlahan di sekitarnya. Adrian melangkah mendekat dengan hati-hati. “Alexander... kau bisa mendengarku?” Mata Alexander yang bersinar biru tajam menatap Adrian, sorotannya bercampur kebingungan dan keheranan. Namun, sebelum ia sempat menjawab, pintu ruangan terbuka dengan cepat. Beberapa petugas keamanan memasuki ruangan, membawa alat pertahanan canggih. “Jangan bergerak!” suara perintah terdengar tegas. Gabriel segera menarik Keira ke balik meja untuk perlindungan. Natasha, yang sejak awal bersiaga, mengeluarkan perangkat kecil dari sakunya, siap menghadapi situasi yang lebih buruk. Namun, sebelum situasi memanas, Alexander tiba-tiba mengangkat tangannya. Energi biru di sekelilingnya bergetar, lalu dal

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 87

    Mobil melaju melewati jalan bersalju, menuju pegunungan yang tersembunyi. Adrian duduk di kursi belakang bersama Keira, sementara Natasha mengemudikan dengan penuh konsentrasi. Gabriel, yang duduk di sampingnya, terus memperhatikan peta digital. “Laboratorium K-17 hanya beberapa kilometer lagi,” kata Gabriel, suaranya tegang. Adrian memandang ke luar jendela. Kabut tebal menyelimuti pegunungan, menciptakan suasana yang semakin mencekam. Hawa dingin masuk melalui celah kecil di jendela, menusuk kulit. Keira menarik mantel lebih erat. “Bagaimana kita bisa masuk ke dalam tanpa ketahuan?” Natasha tersenyum tipis sambil tetap fokus mengemudi. “Aku punya cara.” Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah titik di mana jalan aspal berubah menjadi jalur berbatu yang tertutup salju. Natasha menghentikan mobil, lalu mengeluarkan teropong dari tasnya. Di kejauhan, di antara pepohonan yang tertutup salju, tampak bangunan besar dengan tembok beton tebal. Lampu sorot sesek

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 86

    Adrian menatap Gabriel dengan tatapan penuh kebingungan dan kemarahan. Kata-kata pria itu terus terngiang di kepalanya. "Kau bukan hanya anak Nathaniel Alvaro. Kau adalah bagian dari eksperimen yang dia biayai." Dada Adrian naik turun, napasnya memburu. Keira yang duduk di sampingnya, bisa merasakan ketegangan yang memancar dari tubuhnya. “Apa maksudmu dengan ‘eksperimen’?” suara Adrian terdengar rendah, nyaris seperti desisan. Gabriel menghela napas panjang sebelum menjawab. “Nathaniel tidak hanya membangun kerajaan bisnis. Dia juga terlibat dalam proyek rahasia. Sebuah penelitian yang melibatkan manipulasi genetik, peningkatan kognitif, dan peningkatan fisik.” Adrian mengerutkan dahi. “Itu terdengar seperti fiksi ilmiah.” “Tapi ini nyata.” Gabriel mendorong sebuah flash drive ke atas meja. “Di dalamnya ada data dari proyek itu. Aku mencurinya bertahun-tahun lalu sebelum semua bukti dihapus.” Keira menatap flash drive itu dengan ragu. “Jadi kau ingin mengatakan bahwa

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 85

    Malam terus beranjak larut, tetapi hati Adrian dan Keira masih belum menemukan ketenangan. Gedung tua yang berdiri kokoh di belakang mereka seolah menjadi saksi bisu atas pergulatan batin yang mereka alami. Dokumen yang tadi ditemukan Adrian bukan hanya sekadar kertas bertuliskan nama dan angka, tetapi sebuah kenyataan yang mengubah segalanya. "Aku harus menemui ibuku," suara Adrian terdengar dalam keheningan. Keira menoleh, mencoba membaca ekspresi lelaki itu. "Sekarang?" Adrian mengangguk. "Aku butuh jawaban. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa menjelaskan semuanya." Mereka pun masuk ke dalam mobil, melaju melewati jalanan kota yang lengang. Di sepanjang perjalanan, Keira bisa merasakan ketegangan di udara. Tangan Adrian mencengkeram kemudi lebih erat dari biasanya, rahangnya mengeras menahan emosi yang berkecamuk. "Kau yakin siap untuk ini?" tanya Keira pelan. Adrian menoleh sekilas. "Aku harus siap." Sesampainya di rumah keluarga Adrian, suasana terasa lebi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status