“Liebe, kamu tidak tahu asal usul keluarga saya, kalau kamu dan orang tuamu tahu saya tidak yakin kalian tidak akan mau menerima saya.”
Jessi menangkup wajah kekasihnya, lalu berkata dengan lembut. “Aku mencintaimu, tidak ada yang lebih penting dari itu. Aku tidak peduli siapa kamu."
'Andai saja kamu tahu saya yang telah curang pada Beauty Corporation, apa kamu masih bisa mengucapkan kata itu?' gumam Leon dalam hati.
“Apa kamu yakin akan menerima keluarga saya?”
Sebenarnya Leon sudah tidak sabar ingin mengungkapkan semuanya, tapi ia menahannya sampai produk baru Beauty Corporation dirilis.
“Seperti kamu menerimaku apa adanya, aku juga akan menerima keluargamu. Aku yakin mereka orang tua yang baik karena anak adalah cerminan orang tua, anaknya saja tampan dan baik hati seperti ini, calon mertuaku juga pastinya lebih baik dari kamu.”
“Ya mereka memang orang tua terbaik,” sahut Leon sa
Ketukan pintu ruangan sang CEO mengusik Jessi dan Leon yang sedang sibuk bekerja. Leon segera bangun dari duduknya dan menghampiri sang nona karena khawatir ada tamu penting. Ia merasa tidak sopan duduk santai di ruangan sang nona. Tidak lama kemudian Tuan Jason dan Nyonya Alice masuk. “Nona, saya akan menunggu di luar,” ucap Leon pelan, laki-laki itu menunduk hormat kepada orang tua kekasihnya. “Selamat siang Tuan Jason, Nyonya Alice.” Pengawal pribadi sang CEO segera keluar dari ruangan itu. Tuan Jason berjalan menuju sofa berwarna abu-abu, ia dan sang istri duduk bersebelahan. Begitupun dengan Jessica, ia duduk di hadapan orang tuanya, hanya meja kecil berwarna putih yang menjadi pemisah di antara mereka. “Jes, Papi dan Mami akan kembali pulang, Papi harap kamu bisa membuktikan ucapanmu.” Tuan Jason tidak bisa memaksa anaknya yang keras kepala itu. Percuma saja ia mengancam sang putri karena Jessica tidak pernah mau dipaksa me
“Pi, orang terdekat Jessi hanya Leon, bagaimana kalau yang dicintai anak kita itu pengawalnya sendiri? Mereka tinggal bersama-sama dalam waktu yang tidak sebentar,” ucap Nyonya Alice setelah ia berada di dalam mobil hendak menuju bandara.“Kalau Jessica bisa membuktikan ucapannya, dengan siapa pun dia menikah, Papi akan menyetujuinya. Selama ini Leon bukan hanya sebagi pengawalnya saja, dia juga sering memberi masukan dan menasihati Jessi. Papi tidak keberatan kalau dia yang akan menjadi menantu kita.”“Mami juga tidak keberatan,” sahut sang mami. “Mendengar Jessi ingin menikah saja Mami sudah sangat bahagia.”Orang tua Jessica sangat menginginkan penerus dari anak satu-satunya, untuk itu mereka akan menyetujui pasangan yang akan dipilih oleh anaknya.Sementara di dalam kantor Beauty Corporation. Jessica sedang berbahagia karena orang tuanya menyetujui huubungan mereka jika ia bisa membuktikan ucapannya untu
“Tim pemasaran harus mengembangkan strategi pemasaran dengan lebih matang lagi. Pakailah model yang banyak digandrungi anak muda zaman sekarang," usul Leon.Jessi mengambil berkas laporan dari bagian pemasaran sambil tersenyum bangga mendengar pendapat dari Leon yang ia pikir orang biasa.“Ternyata kamu berbakat menjadi seorang pemimpin. Dengan begitu aku bisa hidup dengan tenang jika menikah denganmu. Aku tidak akan memikirkan perusahaan lagi karena sudah ada dirimu.”“Tidak juga, Nona cantik.” Leon hanya bisa tersenyum manis mendengar ucapan kekasihnya.“Kami akan menawarkan harga yang tidak jauh berbeda dengan produk D. R Corporation, tapi dengan kualitas yang jauh lebih unggul dibandingkan produk mereka. Aku yakin kami bisa menguasai pasar.""Itu ide yang bagus," sahut Leon.Jessi melihat laporan yang baru saja dilihat oleh kekasihnya. "Beberapa hari ke depan, aku akan sangat sibuk dengan pekerja
"Liebe, kamu pasti lelah. Istirahatlah dulu, biar saya yang memeriksa semua ini!" titah Leon kepada wanita yang sedang meregangkan otot-ototnya."Tidak, Leon. Sebentar lagi juga selesai. Aku tidak akan bisa tidur kalau semua ini belum selesai." Jessi terlihat sangat sibuk menjelang hari peluncuran produk barunya."Apa kamu mau saya buatkan kopi?" Pengawal tampan itu menawarkan kopi kepada kekasihnya supaya wanita itu bisa santai sedikit.Sejak tadi Jessi sangat sibuk dengan pekerjaannya, bahkan wanita cantik itu tidak sadar kalau hari sudah mulai gelap."Itu ide bagus, Leon." Jessi menatap sang pengawal sambil tersenyum. "Aku akan menunggu kopi buatan kekasihku, segera.""Baiklah, tunggu sebentar!" Leon bangun dari duduknya, lalu pergi ke pantry untuk membuat kopi.Tak perlu waktu lama, Leon sudah kembali sambil membawa nampan dengan cangkir kopi di atasnya dan beberapa biskuit yang biasa ia sajikan dengan kopi hangat."Leon, menaruh
"Apa aku terlihat seperti wanita penggoda?" Jessica menurunkan tangannya dari wajah Leon, lalu membenarkan posisi duduknya.Leon menoleh sekilas pada wanitanya. Bukannya membujuk kekasihnya, tapi ia malah tersenyum melihat Jessi sedang marah.Jessica melirik calon suaminya dengan sinis. "Kenapa kamu malah tersenyum? Apa aku lucu seperti badut?""Tidak. Anda sangat cantik.""Lalu, kenapa kamu tersenyum seperti itu? Kamu meledek saya?""Mana berani seorang pengawal seperti saya meledek CEO perusahaan ternama," sahut Leon sambil memarkirkan mobilnya di depan rumah sang nona.Jessi turun lebih dulu tanpa menunggu Leon membukakan pintu mobil untuknya.'Kenapa saya bisa tergila-gila pada wanita itu?' gumam Leon dalam hati sambil tersenyum.Laki-laki itu berjalan cepat menyusul kekasihnya. Lalu membopong tubuh Jessi dan membawanya masuk ke dalam kamar sang nona."Leon, kamu mau apa?" tanya Jessi sambil mengalungkan tangannya di
“Seingatku, iya,” sahut Jessi ragu.“Itu artinya ada kemungkinan kamu pernah memanggil mereka dengan sebutan itu.”“Mungkin.” Jessi tertawa sambil menengadahkan wajahnya.“Saya lebih suka kamu memanggil Leon,” kata sang pengawal setelah mencium kening wanita cantik itu. ‘Karena saya hanya ingin kamu mengenal saya dengan nama Leon, bukan Hans si pecundang,’ lanjutnya dalam hati."Baiklah, aku akan selalu memanggilmu, Leon.""Itu lebih bagus," sahut Leon.Selesai memijat sang kekasih, Leon mengajak Jessi membilas tubuhnya di pancuran air.“Leon, kenapa kamu tidak melakukannya? Apa kamu sudah merasa bosan padaku?” tanya Jessi ketika Loen melilitkan haduk di pinggang, sedangkan dirinya masih telanjang.Wanita itu merasa tersinggung sang kekasih hanya menggodanya saja.Laki-laki jangkung itu memakaikan handuk kimono pada wanita cantik yang masih tel
“Tentu saja aku akan membencimu. Sampai kapan pun aku akan membenci Hans si pecundang itu.” Jessi menjawabnya tanpa ragu. "Walaupun Hans itu Leon, laki-laki yang kamu cinta?" tanya Leon sekali lagi. Ia mencoba mencari celah untuk memanfaatkan waktu yang tepat untuk mengatakan semua kebohongannya. "Yes. Kebencianku semakin besar setelah tahu kalau dia memplagiat produk Beauty Corporation." Jessi sangat emosi ketika berbicara tentang Hans Ucapan Jessi terdengar sangat menyeramkan bagi pengawal hatinya. Sepertinya kebencian Jessi terhadap CEO baru perusahaan pesaingnya itu sudah mendarah daging. Terlihat ketika membicarakan pimpinan perusahaan itu. Wajahnya memerah karena amarah, napasnya memburu, tidak ada keraguan sama sekali ketika ia mengatakan kalau ia begitu membencinya. “Apa kamu tidak akan memaafkannya seandainya saja dia mempunyai cinta yang tulus untukmu?” “Tulus?” Jessica tertawa terbahak-bahak. “Laki-laki yang sudah meni
Seperti biasa, Leon dan Jessi akan tidur bersama dalam satu ranjang, walaupun mereka tidak bercinta, tapi Jessi merasa sangat nyaman tidur dalam dekapan Leon.Kini Leon disibukkan dengan pekerjaan Jessi, sudah dua minggu lamanya laki-laki itu membantu pekerjaan wanita yang dicintainya.Tanpa mereka ketahui, diam-diam Tuan Jason menyuruh orang untuk memantau Jessi dan Leon. Mendengar laporan yang diterima orang suruhannya, Tuan Jason tersenyum lega karena laki-laki yang dekat dengan anaknya mempunyai kemampuan untuk memimpin perusahaan."Liebe, kamu kenapa?" Leon bertanya kepada wanita yang sedang memijat pelipisnya. "Wajahmu juga terlihat pucat.""Aku hanya sedikit pusing," jawab Jessi sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. "Tangan kanannya memijat kening di antara alisnya.Leon bangun dan mendekati Jessi. "Kita ke dokter ya!" ajaknya."Tidak perlu, Leon. Aku hanya kelelahan, nanti aku minum vitamin saja," jawab Jessi dengan mata t
Hai semuanya. Alhamdulillah Leon dan Liebe udah tamat. Terima kasih untuk kakak semua atas dukungannya. Readerku yang cantik dan yang ganteng terima kasih banyak sudah mampir di karyaku. Aku mohon maaf atas segala kekurangan pada novel ini, terutama pada aku sendiri yang jarang sekali update dikarenakan sedang menyiapkan novel baru. Mohon dimaklumi ya kekurangan pada novel ini, kritik dan sarannya aku ucapkan banyak-banyak terima kasih. Mohon maaf juga jika banyak typo atau eksekusi pada novel ini yang tidak sesuai dengan bayangan kakak semua.🙏🏻🙏🏻🙏🏻Aku akan terus belajar dan belajar untuk bisa menulis lebih baik lagi. Kritik dan saran kakak semua sangat membantuku untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang.Terima kasih sampai jumpa di novel yang baru. Pantengin sosmedku ya untuk info karya-karyaku selanjutnya. Jangan lupa follow igeh aku ya.🤭untuk nama² di bawah ini tolong hubungi saya lewat DM di inst**ram @nyi.ratu_gesrek1. Husna Amri Alfathunissa2. Mythasary3. Joko Le
"Sebelum tahu calon suami saya seperti apa saya sudah menerima pilihan orang tua, tapi maaf, saya tidak mencintai Anda atau laki-laki mana pun.""Tidak masalah kamu mencintai saya atau tidak, yang terpenting saya mencintai kamu," kata Daniel. "Dan besok kita akan menikah." Laki-laki itu kembali ceria saat tahu kalau Julie tidak mempunyai kekasih."Dulu tidak mau disuruh menikah, sekarang malah ingin cepat menikah," kata Tuan Bayden. "Sekarang kamu tahu bagaimana rasanya ditolak." Laki-laki tua yang masih terlihat gagah itu tertawa meledek anaknya."Ayah, apa kamu tidak suka melihat anakmu bahagia?" Daniel melirik sinis pada ayahnya."Saya senang melihat kamu bahagia dan Ayah akan lebih senang lagi melihat kamu dan ibumu berdamai.""Itu sulit, tapi saya akan berusaha untuk bersikap baik padanya.""Itu lebih baik." Tuan Bayden memeluk anaknya. "Berbahagialah, Nak.""Sepertinya kita harus menambah menu makanannya," kata Bibi Delma pada Alexa."Tentu saja, kita akan menyiapkan dua pernik
Pagi-pagi sekali keluarga Morris dan keluarga Karl sudah sampai di rumah Tuan Felix. Tak lama kemudian disusul keluarga Daniel."Selamat datang semuanya. Silakan masuk!" Bibi Delma menyambut para tamunya.Kedua orang tua Daniel sangat terkejut melihat calon menantunya ada di sini."Julie, kenapa kamu ada di sini? tanya seorang wanita yang tak lain adalah calon mertuanya."Iya, Bu, Nona Jessica adalah Bos saya di kantor. Saya diundang di pernikahan ini. Apa Ibu juga kenal dengan Nona Jessica?" tanya Julie setelah bersalaman dengan calon mertuanya."Saya kenal dengan Tuan Hans karena calon suamimu bekerja padanya," kata wanita yang bernama Greta. "Itu dia calon suamimu!" tunjuk Nyonya Greta kepada anaknya. "Daniel, kemarilah!"'Daniel?' ucap Julie dalam hatinya. 'Apa yang Bu Greta maksud adalah Tuan Daniel?'"Aku sangat malas bertemu dengannya," gumam Daniel saat dipanggil ibunya, tapi ia tetap menghampiri wanita yang melahirkannya. "Daniel, ini dia calon istrimu. Dia ini wanita yang b
"Terima kasih, Hans," ucap Alexa dengan tulus. "Sekarang istirahatlah, aku tidak mau nanti kamu pingsan ketika mengucap janji di depan Tuhan." Alexa tertawa pelan mengejek kakaknya."Baiklah, saya memang sangat lelah." Leon bangun dari duduknya. Jessica bangun dari duduknya. "Ayo aku antar."Jessica mengantar Leon untuk beristirahat di kamarnya, sedangkan Alexa, Bibi Delma, dan Paman Timo masih berada di ruang tamu."Alexa, tolong bantu Bibi untuk menyiapkan semuanya." "Apakah pernikahan ini bisa dipercepat?" tanya Alexa. "Maksudku dilakukan dalam beberapa hari ini.""Tunggu sebentar." Paman Timo mengambil ponselnya yang berdering. "Saya jawab telepon dari Tuan Felix dulu."Paman Timo berbincang di telepon dengan serius. Alexa dan Bibi Delma menunggu dengan sabar kabar yang diterima laki-laki tua itu."Tuan Felix berbicara apa?" tanya Bibi Delma setelah suaminya selesai menelepon."Besok lusa pernikahan mereka akan dilaksanakan. Ini perintah Tuan Felix.""Apa kita tidak bertanya leb
"Aku tidak mau Hans, kamu saja yang menelepon Ayah. Aku belum siap berbicara dengan mereka.""Baiklah, saya akan menelepon Ayah." Leon mengeluarkan ponselnya dari saku celana. "Lenora, apakah kamu mau berdamai dengan ibu dan ayah jika bertemu dengan mereka?""Aku akan berdamai dengan mereka jika Ayah dan Ibu merestui hubungan aku dan Victor, tapi jika mereka masih bersikeras seperti dulu, aku akan tetap mempertahankan pernikahanku. Aku tidak butuh kemewahan dan kekayaan orang tua kita, aku hanya butuh kebahagiaan dan dan kasih sayang yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya dari mereka dan semua itu hanya aku dapatkan darimu dan Viktor.""Tunggu!" Bibi Delma menatap Alexa dan Leon, memang ada kemiripan pada wajah mereka. "Alexa, apa dia kakakmu?""Iya, Bibi, inilah kenapa aku dan Viktor menyembunyikan identitas kami karena hubungan kami tidak direstui.""Alexa, kenapa kamu tidak bilang pada Bibi." Bibi Delma mendekati Alexa dan memeluk wanita itu."Maafkan aku, Bi." Viktor yang menjaw
"Apa aku boleh tahu, apa yang kalian bicarakan selama dua jam di dalam rumah bersama dengan kakakku, Renate?" tanya Alexa kepada wanita hamil yang berjalan di depannya sambil bergandengan tangan dengan Leon."Aku tidak bicara banyak dengannya, tadi dia hampir pingsan dan dia melarang aku untuk keluar meminta bantuan kalian," jawab Jessica."Sudah saya bilang panggil dia Jessi atau Kakak ipar." Leon kembali memperingatkan adiknya."Aku sudah terbiasa memanggil dia Renate," jawab Alexa. "Apa ada yang salah dengan nama itu?""Tidak ada," jawab Leon. "Renate nama yang bagus, tapi kini dia sudah kembali menjadi Jessica, jadi kamu harus memanggil dia dengaslinya.""Baiklah kakakku tersayang, aku akan memanggilnya Kakak ipar," balas Alexa sambil tersenyum lalu kembali bertanya kepada Jessica. "Jadi kalian di dalam tidak banyak bicara? Aku pikir kalian berbicara serius.""Tidak perlu berbicara banyak karena hati kami masih bisa merasakan cinta masing-masing kata Leon.""Ya Tuhan, dia terlalu
"Cintamu yang telah menyelamatkan saya dari maut. Saya yakin kamu masih mencintai saya.""Aku memang masih mencintaimu, tapi aku masih membencimu," jawab Renate berbohong. Padahal ia sudah Tidak membenci Leon lagi, ia hanya belum siap bertemu dengan Leon dalam keadaan seperti ini "Liebe, maafkanlah saya." Leon menangkup wajah polos Jessica, lalu mencium di kening wanita itu.Alexa semakin bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya"Daniel, apa kamu bisa menjelaskan semuanya?" tanya Lenora."Nona Renate adalah Nona Jessica, kekasih Tuan Hans yang pergi karena kesalahan yang Tuan perbuat," jawab Daniel pelan.Setelah mendengar penjelasan dari Daniel, Alexa menghampiri Renate, ia berdiri di depan wanita hamil itu."Renate, aku mohon dengarkan dulu penjelasan Hans. Aku yakin dia tulus mencintaimu dia sudah menceritakan semua tentang dirimu, tapi aku tidak tahu kalau yang dia cintai itu adalah kamu. Tolong maafkan kakakku, dia laki-laki yang baik." Alexa memohon sambil berlinangan a
Leon kembali masuk ke dalam mobil. "Daniel, kita ke rumah yang itu.""Apa Nona Lenora tinggal di rumah itu?" tanya Daniel seakan tak percaya Nona muda keluarga Karl meninggalkan kemewahan demi cintanya dan rela tinggal di rumah sederhana."Ya, dia tinggal di sana."Daniel segera melajukan kembali mobilnya menuju rumah yang ditunjuk oleh tuannya.Tak butuh waktu lama, mobil mewah itu sudah berhenti di depan rumah sederhana, tapi terlihat asri dan sangat nyaman untuk ditinggali.Lenora berjalan cepat menghampiri Leon saat laki-laki itu keluar dari mobilnya."Hans, aku sangat merindukanmu.""Maafkan saya selama beberapa minggu terakhir tidak bisa menghubungimu karena saya mengalami kecelakaan dan koma." Leon memeluk erat adik perempuannya."Maafkan aku, Hans, aku tidak tahu, tentang itu." Lenora melepas pelukannya, lalu meraba wajah kakaknya." Apa kamu baik-baik saja? Wajahmu masih terlihat pucat.""Tuan Hans baru seminggu lalu sadar dari koma, tapi Tuan memaksakan diri untuk pergi ke si
"Tuan, apa Anda yakin ingin pergi ke sana? Tuan masih sangat lemah." Daniel mengkhawatirkan kondisi tuannya yang baru sadar dari koma."Saya akan segera sembuh, Daniel. Besok juga saya keluar dari sini, saya akan meminum obat sebanyak-banyaknya."'Astaga, kalau dia minum obat banyak-banyaknya, apa dia tidak akan cepat mati?' kata Julie dalam hatinya.Seminggu kemudian setelah Leon bangun dari koma. Laki-laki itu sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia memaksakan diri untuk pergi, walaupun badannya belum pulih benar, tapi CEO tampan itu berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang."Daniel, ayo kita berangkat sekarang." Leon berjalan lebih dulu."Baik, Tuan." Daniel berjalan cepat menyusul tuannya untuk membukakan pintu mobil."Mungkin perjalanan kita membutuhkan banyak waktu, apa Tuan yakin akan pergi?" tanya Daniel lagi setelah membukakan pintu mobil untuk Leon."Kamu sedang mengkhawatirkan atau sedang meremehkan saya, Daniel?" Ucapan Leon benar-benar membuat Daniel me