“Lehermu masih terlihat merah-merah, biar aku tutupi dengan ini. Kalau kamu pergi ke kantor dalam keadaan seperti ini, bisa-bisa kamu jadi pusat perhatian.” Jessi terkekeh sambil mengolesi alas bedak untuk menutupi tanda merah di leher pengawalnya.
‘Saya kira Nona mau melakukan itu karena semalam tidak melakukan apa-apa. Ternyata otak saya yang selalu berpikir kotor,’ gumam Leon dalam hati sambil menahan senyum.
“Sudah, ayo kita berangkat kerja!” Jessi mengambil tasnya yang ada di atas meja makan, lalu segera keluar dari rumah itu.
Sesampainya di kantor Jessi langsung disibukkan dengan pekerjaan yang sudah menunggunya.
‘Apa saya menyukai Nona Jessi?’ batin Leon sambil mencuri-curi pandang pada wanita cantik yang sedang fokus dengan laptopnya. ‘Kalau saya menyukainya, apa yang harus saya lakukan?’
Ketukan pintu membuyarkan lamunan laki-laki yang berdiri di belakang sang CEO, Julie datang bersama dengan laki-laki muda utusan dari Albert Gr
“Suruh Leon masuk!” titah Jessi ketika Julie hendak keluar.“Baik, Nona.”“Bagaimana kalau Leon benar-benar menyukaiku?” gumam Jessi setelah Julie keluar dari ruangannya. “Dia memang laki-laki yang baik, tapi aku tidak mau berkomitmen. Alan dan Jimmy saja sudah sangat merepotkan.”Sang pengawal masuk ke dalam ruangan dan langsung menghadap boss-nya. “Nona memanggil saya?”“Duduklah!” Jessi menatap tajam sang pengawal.‘Kenapa saya jadi berdebar-debar seperti ini?’ batin Leon sambil duduk di hadapan sang nona. 'Sepertinya Nona Jessi marah kepada saya?'“Apa kamu menyukaiku?” tanya Jessi tanpa basa-basi.“Iya." Leon menjawabnya dengan cepat. "Nona adalah Boss yang baik, kalau saya tidak menyukai anda pasti saya sudah berhenti bekerja menjadi pengawal.”“Apa hanya itu?” Jessi memicingkan matanya. Ia y
"Maksudnya aku butuh teman tidur, aku tidak mau tidur sendiri.""Maaf, Nona, saya sudah bertanya yang tidak-tidak." Leon tersenyum malu."Tidak apa-apa." Jessi tersenyum manis pada Leon. "Ayo kita tidur lagi!""Nona, anda belum makan malam. Makanlah sesuatu supaya perut anda tidak sakit."Sejak tadi Leon mengkhawatirkan wanita cantik itu, ia tidak bisa tidur nyenyak hingga tengah malam pun terbangun karena teringat akan boss-nya."Aku tidak lapar, Leon. Aku hanya ingin tidur, aku lelah, badanku terasa sakit semua."Baiklah, ayo kita istirahat." Leon kembali membaringkan tubuhnya di tempat tidur. "Selamat malam Nona.""Malam, Leon." Jessi tidur di lengan sang pengawal sambil memeluk tubuh kekar itu."Nona, apa saya juga boleh memeluk anda?" tanya Leon pelan."Kenapa harus bertanya? Kamu tidak lihat aku juga memelukmu tanpa izin.""Nona 'kan Boss saya, jadi saya harus meminta izin dulu kepada anda.
Semakin hari Leon semakin tidak bisa mengontrol perasaannya, bahkan ia lupa dengan rencananya untuk menghancurkan wanita itu."Iya, aku lupa kalau kamu seorang laki-laki," ucap Jessi sambil tersenyum. Wanita itu segera menghabiskan sarapannya sebelum Leon berbicara yang macam-macam lagi.Setelah makanannya habis, Jessica bangun dari duduknya. "Pengawalku yang tampan, ayo kita berangkat!""Baik, Nona cantik."Jessica berjalan lebih dulu. Senyuman di wajahnya tidak pernah pudar. Akhir-akhir ini Leon selalu membuatnya tersennyum-senyum sendiri.'Aku tidak pernah merasa sebahagia ini jika bersama Alan dan Jimmy. Mungkin karena mereka datang disaat ingin menikmati tubuhku saja, tidak seperti Leon yang selalu memberikan perhatian kecil, tapi manis. Aku jadi merasa dicintai. Tapi, apa Leon mencintaiku?'"Nona, silakan masuk!" Leon memerhatikan sang nona yang masih berdiri sambil tersenyum-senyum sendiri.Jessica mengerjap, lalu s
"Saya janji tidak akan melakukannya sekali lagi, tapi dua kali atau tiga kali lagi, mungkin juga lebih." Leon tersenyum, lalu turun dari mobil untuk segera membukakan pintu mobil untuk sang nona."Sepertinya aku salah berbicara." Jessica keluar dari mobilnya sambil melirik Leon dengan sinis. 'Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu,' ucapnya dalam hati sambil tersenyum.CEO cantik itu berjalan dengan anggun masuk ke dalam kantornya. Lengkungan indah di sudut bibirnya menghiasi wajah cantik sang penguasa Beauty Corporation itu.Begitu pun dengan pengawalnya, di sepanjang jalan, Leon selalu tersenyum tanpa melepas pandangannya pada wanita cantik yang berjalan di depannya.Para pegawai yang mengira mereka pacaran, juga tersenyum-senyum sendiri."Mereka sangat serasi," ucap pegawai wanita yang memakai baju berwarna merah muda sambil menggigit ujung jarinya. "Aku iri sama mereka.""Tapi, status mereka beda jauh, Nona seorang CEO di per
"Maafkan saya karena tidak mengetuk pintu terlebih dulu." Julie menundukkan pandangannya. "Saya akan kembali lagi nanti."Sekretaris CEO itu hendak keluar lagi dari ruangan boss-nya, tapi Jessi mencegahnya."Ada apa Julie? Kenapa kamu terlihat sedih?"Julie sekretarisnya sejak ia menjabat sebagai CEO di Beauty Corporation. Tidak pernah sekalipun ia bersikap seperti itu sebelumnya."Nona, maafkan saya karena telah mengganggu anda." Julie tidak berani menatap sang boss yang sangat dekat dengan laki-laki yang ia sukai itu.Bukan karena kecewa ataupun cemburu melihat Leon bersama boss-nya, tapi ia sungguh tidak enak hati karena telah mengganggu mereka."Kamu tidak mengganggu saya. Katakanlah ada apa?" Jessi semakin penasaran dengan apa yang terjadi pada Julie. Ia yakin ada sesuatu yang membuat sekretarisnya masuk tanpa permisi dulu."Ibu saya masuk rumah sakit, Nona. Apa boleh saya pulang sekarang?"Sebelumnya Julie tid
"Kalau aku tahu jawabannya untuk apa aku bertanya." Wanita itu berpura-pura tidak tahu, padahal ia sudah bisa merasakannya."Saya melakukan ini karena saya mau," balas Leon sembari tersenyum. "Saya akan menyelesaikan pekerjaan itu sambil menunggu makanan datang.Leon kembali duduk di sofa dan mengerjakan pekerjaaan sekretaris sang CEO.Kini Jessi yang menatap sang pengawal yang sedang serius bekerja.'Leon, aku tahu, rasa sayang dan kepedulianmu bukan karena aku ini Boss kamu, tapi karena kamu mempunyai perasaan yang lebih,' batin Jessi sambil tersenyum.'Saya melakukan ini karena saya mencintai anda, Nona. Kekacauan ini akibat ulah saya, tapi saya janji akan membantu anda, hingga produk baru ini rilis.'Leon lupa kalau ia juga sedang menyiapkan produk baru untuk bersaing di pasaran dengan produk unggulan Beauty Corporation.Semakin lama Leon menyadari tentang perasaannya, semakin membuatnya merasa bersalah karena telah berbuat
“Silakan saja! Kenapa harus bertanya dulu? Kamu mencium saya saja tidak bertanya terlebih dulu." Jessi mendelikkan matanya dengan sinis.“Itu lain, Nona,” balas Leon sembari terkekeh. “Kalau bertanya terlebih dulu pasti tidak akan mendapat izin.”“Aku selalu kalah kalau berbicara denganmu. Ayo katakanlah kamu mau bicara apa?” tanya Jessica dengan kesal, namun Leon malah tersenyum melihat wajah sang nona.'Dulu saya tidak berani menatap Nona kalau dia sedang marah, tapi sekarang dia terlihat sangat menggemaskan jika sedang marah,' gumam Leon dalam hati sambil tersenyum."Kenapa malah tersenyum? Cepat katakanlah!" Jessi menjadi salah tingkah ditatap oleh pengawalnya itu.Jessi bukan remaja putri yang baru mengenal cinta. Dari sekian laki-laki yang menggodanya, hanya Leon yang bisa membuatnya merona dan senyum-senyum sendiri.“Anda tambah cantik jika sedang marah." Leon tidak pernah mengalihkan pa
Jessi tersenyum-senyum sendiri membayangkan ketika Leon menciumnya tadi. "Ada apa dengan diriku? Ia tersadar, lalu melanjutkan pekerjaannya. Sementara Leon pergi ke tempat yang tidak jauh dari ruangan sang nona. Ia tetap memantau pintu ruangan sang nona dari tempatnya berdiri. Laki-laki tegap itu merogoh ponsel dari saku jas untuk menelepon asistennya. "Halo, Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Daniel dari seberang telepon. "Saya jatuh cinta." "Maafkan saya, Tuan. Saya menghormati anda karena saya merasa berhutang budi atas kebaikan keluarga anda. Saya akan mengabdi seumur hidup saya kepada keluarga Karl. Tapi ... mohon maaf, Tuan, saya masih normal, saya menyukai wanita. Dengan menyesal saya menolak cinta anda," ucap Daniel panjang lebar. "Apa maksudmu? Kamu pikir saya jatuh cinta sama kamu?!" Leon sedikit membentak, namun suaranya sedikit direndahkan karena khawatir ada yang mendengarkan pembicaraannya. "