"Ada apa tiba-tiba Paman ke sini? Apa Mami dan papiku baik-baik saja?" Renate yakin ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh Paman Felix.Ia tahu betul kalau laki-laki itu tidak ingin menginjakkan kakinya di rumah yang banyak kenangan tentang istrinya karena ia selalu sedih jika teringat dengan sang istri yang sudah meninggalkannya lebih dulu dari dunia ini."Orang tuamu baik-baik saja, tapi ayah dari anak yang di kandungmu, dia tidak baik-baik saja." Tuan Felix memerhatikan Renate yang tiba-tiba menunduk saat ia menyebutkan ayah dari anaknya.Renate hanya diam saja saat mendengar kabar tentang Leon, ia tidak tahu harus berkata apa-apa. "Paman tahu kamu sangat membencinya, tapi Paman yakin di lubuk hatimu, kamu masih mencintai Leon."Renate terus menundukkan kepalanya. Memang benar apa yang dikatakan sang paman, benci dan cinta bersemayam di hatinya.Melihat Renate tidak melarangnya saat menceritakan Leon, Felix kembali melanjutkan ucapannya."Beberapa minggu yang lalu, d
"Kalau kamu belum siap, jangan memaksakan diri!" Paman Felix mengusap lembut rambut Renate.Renate menoleh sembari tersenyum. "Paman, bagaimana kabar Mami dan Papi, apa mereka sehat-sehat saja?"Renate belum bisa mengambil keputusan, ia masih bimbang. Di sisi lain ia masih sangat mencintai Leon, tapi di lain sisi ia teringat dengan pengkhianatan laki-laki itu."Orang tuamu sehat-sehat saja dan mereka mengerti tentang kamu. Mereka sangat berharap ingin bertemu denganmu."Felix mengerti kegundahan hati Renate. Ia tidak akan mengatakan apa-apa lagi tentang Leon padanya. "Aku juga ingin bertemu dengan mereka, Paman, tapi aku belum siap," balas Renate. "Oh ya Paman, bagaimana kabar Julie, dia baik-baik saja kan?"Renate teringat dengan sekretaris yang selalu setia padanya. "Dia sangat baik dan dia juga wanita pekerja keras seperti dirimu. Julie sangat merindukanmu, Re.""Aku juga merindukannya," balas Renate. "Paman, bagaimana keadaan perusahaan dan para pegawaiku?""Perusahaanmu baik-ba
"Maafkan, Bibi, sebenarnya Bibi dan Paman sudah tahu tentang kecelakaan itu, tapi kami menutupinya. Paman Felix melarangmu menonton televisi supaya kamu tidak mendengar tentang berita kecelakaan laki-laki itu.""Lalu aku harus bagaimana, Bi?""Ikuti kata hatimu!" Bibi Delma mengusap-usap lengan Renate sembari tersenyum. "Ini tentang perasaanmu padanya, Bibi tidak bisa melarangmu atau menyuruhmu karena hatimu lebih tahu apa yang harus kamu lakukan.""Aku mencintainya, tapi juga membencinya," kata Renate. "Tapi, anakku tidak mungkin kan membencinya? Jika dia bertanya tentang ayahnya kelak, apa yang harus aku katakan?""Kalau kamu ingin tahu pendapat Bibi, pergilah temui dia, walau bagaimanapun dia adalah ayah dari anak yang kamu kandung.""Apa aku akan baik-baik saja jika bertemu dengannya lagi?" Renate khawatir dirinya tidak bisa menahan amarah kepada laki-laki itu seperti saat ia tahu kalau Leon telah menjebaknya. "Jangan temui dia sebagai kekasih, tapi temuilah dia sebagai ibu dari
"Itu tidak akan terjadi, Tuan. Saya akan menepati janji," ucap Daniel meyakinkan.Tuan Felix dan Renate segera pergi ke kota untuk menjenguk Leon. Di sepanjang perjalanan Renate hanya diam saja tanpa berbicara sedikit pun kepada Tuan Felix. Laki-laki tua itu membiarkan Renate bergelut dengan pemikirannya sendiri.Tuan Felix teringat dengan kelicikan Daniel dan Leon, ia menoleh pada wanita hamil yang duduk di samping kemudi."Renate, sebaiknya ubah penampilanmu! Kembalilah sebagai Jessica.""Tapi, Paman, semua orang akan mengenaliku kalau aku membuka penyamaran ini. Bagaimana kalau ada orang-orang yang tahu keberadaanku?""Kalau Daniel tahu penyamaranmu sebagai Renate dia akan mudah mengenalimu jika setelah ini dia dan Leon mencari keberadaanmu. Mereka pernah melakukan hal yang licik, tidak menutup kemungkinan mereka akan melakukannya kembali. Kita harus waspada."Renate menoleh. "Lalu aku harus menutupi wajahku pakai apa?""Kita ke rumahmu dulu. Pakailah kacamata hitam dan syal untuk
Jessica masuk ke dalam ruang ICU tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Daniel. Ia berjalan pelan mendekati ranjang laki-laki yang terbaring lemah dengan mata terpejam. Rambut yang tumbuh di sekitar dagu dan pipi belakangnya sudah terlihat memanjang. Alat-alat bantu medis terpasang di tubuh CEO D. R Corporation itu.Hati Jessica merasa hancur melihat laki-laki yang ia cintai terbaring lemah tak berdaya. Kebenciannya seakan sirna melihat Leon seperti mayat hidup.Wanita hamil itu melepas kacamata hitamnya, lalu membuka syal yang menutupi kepalanya. "Selamat siang, Leon. Apa kamu masih mengingat suaraku?"Jessica menggenggam tangan laki-laki yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, hingga tak terasa air matanya menetes pada punggung telapak tangan Leon. "Leon, Liebe-mu datang. Bangunlah!" ucap Jessi sambil terisak. "Aku memang membencimu, tapi rasa cintaku kepadamu lebih besar dari rasa benci itu. Aku tidak mau anakku lahir tanpa seorang ayah."Jessica mengangkat tangan Leon da
"Apa maksudmu?" Dokter Jacob merasa heran karena Daniel berterima kasih kepada kekasih Leon."Sebenarnya tadi Nona Jessica datang ke sini untuk menjenguk Tuan Hans."Sebelum kedatangan Jessica, Daniel meminta Tuan Jacob untuk ke rumah Tuan Karl supaya Dokter yang sekaligus sahabat bosnya itu tidak bertemu dengan Jessi."Kapan? Kenapa saya tidak mengetahuinya?" "Sekitar tiga puluh menit yang lalu, saat anda ke rumah Tuan besar," jawab Daniel. "Apa dia wanita yang bersama Tuan Felix?" tanya Dokter Jacob sembari memicingkan matanya."Anda bertemu dengannya, Dokter?" Daniel terkejut, ia khawatir Dokter Jacob mencari tahu sendiri tentang wanita yang dimaksud."Saya berpapasan dengan Tuan Felix dan wanita hamil yang memakai pakaian serba hitam di depan rumah sakit. Tadinya saya penasaran, tapi Dokter David menelepon saya harus segera ke ruangan Hans.""Ya, dia Nona Jessica." Daniel membenarkan. Ia merasa lega karena sahabat bosnya itu tidak mencari tahu tentang wanita bersyal hitam itu."
“Nona Juli, kenapa kamu menangis? Apa Leon baik-baik saja?” Tuan Felix khawatir terjadi sesuatu kepada laki-laki yang sedang koma itu.“Tuan Leon baik-baik saja. Saya menangis karena bahagia, akhirnya Tuan Leon sadar. Saya menelepon ingin mengucapkan terima kasih kepada Nona Jessi.”“Syukurlah. Saya pikir terjadi sesuatu yang buruk kepada Leon.” “Saya mewakili Tuan Daniel mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuan Felix dan Nona Jessi. Semoga Nona selalu bahagia,” ucap Julie dengan tulus. “Sekali lagi saya ucapkan terima kasih, maaf sudah mengganggu perjalanan Anda.”Julie pikir Tuan Felix dan Jessica sedang dalam perjalanan menuju persembunyiannya selama ini.“Tidak apa-apa, Nona Julie, saya turut senang mendengar Leon sudah sadar, semoga dia bisa secepatnya pulih total.” Tuan Felix menutup panggilan teleponnya, lalu memasukkan handphone-nya ke dalam saku celana.Laki-laki tua itu menatap Jessica sambil tersenyum. “Leon sudah sadar, Jess," ucapnya. Jessica tersenyum bahagia mende
Setengah jam kemudian Tuan Felix sudah kembali bersama dengan orang tua Jessica.Nyonya alice langsung memeluk Jessica yang sudah menyambutnya di depan pintu. "Apa kamu baik-baik saja, Jess?" Nyonya Alice membingkai wajah anaknya, lalu mencium pipi Jessica berkali-kali. Wanita yang memakai dres panjang berwarna biru itu melepas pelukannya, lalu mengusap-usap perut Jessica yang sudah membuncit.Nyonya Alice membungkukkan badannya untuk mencium perut Jessica. "Sehat-sehat kamu ya." "Maafkan Papi yang tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa membantu di saat kamu terpuruk. Papi bukan orang tua yang baik untukmu."Jessica memeluk Tuan Jason dan berkata. "Jangan bicara seperti itu! Berkat doa kalian, aku baik-baik saja sampai sekarang."Wanita hamil itu melepas pelukannya. "Ayo kita masuk!"Jessica dan kedua orang tuanya masuk ke dalam rumah Jessica, begitu pun dengan Tuan Felix."Tuan, saya pulang dulu, kalau ada yang diperlukan, Anda bisa menelpon saya," kata Tuan Felix ."Felix, terim
Hai semuanya. Alhamdulillah Leon dan Liebe udah tamat. Terima kasih untuk kakak semua atas dukungannya. Readerku yang cantik dan yang ganteng terima kasih banyak sudah mampir di karyaku. Aku mohon maaf atas segala kekurangan pada novel ini, terutama pada aku sendiri yang jarang sekali update dikarenakan sedang menyiapkan novel baru. Mohon dimaklumi ya kekurangan pada novel ini, kritik dan sarannya aku ucapkan banyak-banyak terima kasih. Mohon maaf juga jika banyak typo atau eksekusi pada novel ini yang tidak sesuai dengan bayangan kakak semua.🙏🏻🙏🏻🙏🏻Aku akan terus belajar dan belajar untuk bisa menulis lebih baik lagi. Kritik dan saran kakak semua sangat membantuku untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang.Terima kasih sampai jumpa di novel yang baru. Pantengin sosmedku ya untuk info karya-karyaku selanjutnya. Jangan lupa follow igeh aku ya.🤭untuk nama² di bawah ini tolong hubungi saya lewat DM di inst**ram @nyi.ratu_gesrek1. Husna Amri Alfathunissa2. Mythasary3. Joko Le
"Sebelum tahu calon suami saya seperti apa saya sudah menerima pilihan orang tua, tapi maaf, saya tidak mencintai Anda atau laki-laki mana pun.""Tidak masalah kamu mencintai saya atau tidak, yang terpenting saya mencintai kamu," kata Daniel. "Dan besok kita akan menikah." Laki-laki itu kembali ceria saat tahu kalau Julie tidak mempunyai kekasih."Dulu tidak mau disuruh menikah, sekarang malah ingin cepat menikah," kata Tuan Bayden. "Sekarang kamu tahu bagaimana rasanya ditolak." Laki-laki tua yang masih terlihat gagah itu tertawa meledek anaknya."Ayah, apa kamu tidak suka melihat anakmu bahagia?" Daniel melirik sinis pada ayahnya."Saya senang melihat kamu bahagia dan Ayah akan lebih senang lagi melihat kamu dan ibumu berdamai.""Itu sulit, tapi saya akan berusaha untuk bersikap baik padanya.""Itu lebih baik." Tuan Bayden memeluk anaknya. "Berbahagialah, Nak.""Sepertinya kita harus menambah menu makanannya," kata Bibi Delma pada Alexa."Tentu saja, kita akan menyiapkan dua pernik
Pagi-pagi sekali keluarga Morris dan keluarga Karl sudah sampai di rumah Tuan Felix. Tak lama kemudian disusul keluarga Daniel."Selamat datang semuanya. Silakan masuk!" Bibi Delma menyambut para tamunya.Kedua orang tua Daniel sangat terkejut melihat calon menantunya ada di sini."Julie, kenapa kamu ada di sini? tanya seorang wanita yang tak lain adalah calon mertuanya."Iya, Bu, Nona Jessica adalah Bos saya di kantor. Saya diundang di pernikahan ini. Apa Ibu juga kenal dengan Nona Jessica?" tanya Julie setelah bersalaman dengan calon mertuanya."Saya kenal dengan Tuan Hans karena calon suamimu bekerja padanya," kata wanita yang bernama Greta. "Itu dia calon suamimu!" tunjuk Nyonya Greta kepada anaknya. "Daniel, kemarilah!"'Daniel?' ucap Julie dalam hatinya. 'Apa yang Bu Greta maksud adalah Tuan Daniel?'"Aku sangat malas bertemu dengannya," gumam Daniel saat dipanggil ibunya, tapi ia tetap menghampiri wanita yang melahirkannya. "Daniel, ini dia calon istrimu. Dia ini wanita yang b
"Terima kasih, Hans," ucap Alexa dengan tulus. "Sekarang istirahatlah, aku tidak mau nanti kamu pingsan ketika mengucap janji di depan Tuhan." Alexa tertawa pelan mengejek kakaknya."Baiklah, saya memang sangat lelah." Leon bangun dari duduknya. Jessica bangun dari duduknya. "Ayo aku antar."Jessica mengantar Leon untuk beristirahat di kamarnya, sedangkan Alexa, Bibi Delma, dan Paman Timo masih berada di ruang tamu."Alexa, tolong bantu Bibi untuk menyiapkan semuanya." "Apakah pernikahan ini bisa dipercepat?" tanya Alexa. "Maksudku dilakukan dalam beberapa hari ini.""Tunggu sebentar." Paman Timo mengambil ponselnya yang berdering. "Saya jawab telepon dari Tuan Felix dulu."Paman Timo berbincang di telepon dengan serius. Alexa dan Bibi Delma menunggu dengan sabar kabar yang diterima laki-laki tua itu."Tuan Felix berbicara apa?" tanya Bibi Delma setelah suaminya selesai menelepon."Besok lusa pernikahan mereka akan dilaksanakan. Ini perintah Tuan Felix.""Apa kita tidak bertanya leb
"Aku tidak mau Hans, kamu saja yang menelepon Ayah. Aku belum siap berbicara dengan mereka.""Baiklah, saya akan menelepon Ayah." Leon mengeluarkan ponselnya dari saku celana. "Lenora, apakah kamu mau berdamai dengan ibu dan ayah jika bertemu dengan mereka?""Aku akan berdamai dengan mereka jika Ayah dan Ibu merestui hubungan aku dan Victor, tapi jika mereka masih bersikeras seperti dulu, aku akan tetap mempertahankan pernikahanku. Aku tidak butuh kemewahan dan kekayaan orang tua kita, aku hanya butuh kebahagiaan dan dan kasih sayang yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya dari mereka dan semua itu hanya aku dapatkan darimu dan Viktor.""Tunggu!" Bibi Delma menatap Alexa dan Leon, memang ada kemiripan pada wajah mereka. "Alexa, apa dia kakakmu?""Iya, Bibi, inilah kenapa aku dan Viktor menyembunyikan identitas kami karena hubungan kami tidak direstui.""Alexa, kenapa kamu tidak bilang pada Bibi." Bibi Delma mendekati Alexa dan memeluk wanita itu."Maafkan aku, Bi." Viktor yang menjaw
"Apa aku boleh tahu, apa yang kalian bicarakan selama dua jam di dalam rumah bersama dengan kakakku, Renate?" tanya Alexa kepada wanita hamil yang berjalan di depannya sambil bergandengan tangan dengan Leon."Aku tidak bicara banyak dengannya, tadi dia hampir pingsan dan dia melarang aku untuk keluar meminta bantuan kalian," jawab Jessica."Sudah saya bilang panggil dia Jessi atau Kakak ipar." Leon kembali memperingatkan adiknya."Aku sudah terbiasa memanggil dia Renate," jawab Alexa. "Apa ada yang salah dengan nama itu?""Tidak ada," jawab Leon. "Renate nama yang bagus, tapi kini dia sudah kembali menjadi Jessica, jadi kamu harus memanggil dia dengaslinya.""Baiklah kakakku tersayang, aku akan memanggilnya Kakak ipar," balas Alexa sambil tersenyum lalu kembali bertanya kepada Jessica. "Jadi kalian di dalam tidak banyak bicara? Aku pikir kalian berbicara serius.""Tidak perlu berbicara banyak karena hati kami masih bisa merasakan cinta masing-masing kata Leon.""Ya Tuhan, dia terlalu
"Cintamu yang telah menyelamatkan saya dari maut. Saya yakin kamu masih mencintai saya.""Aku memang masih mencintaimu, tapi aku masih membencimu," jawab Renate berbohong. Padahal ia sudah Tidak membenci Leon lagi, ia hanya belum siap bertemu dengan Leon dalam keadaan seperti ini "Liebe, maafkanlah saya." Leon menangkup wajah polos Jessica, lalu mencium di kening wanita itu.Alexa semakin bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya"Daniel, apa kamu bisa menjelaskan semuanya?" tanya Lenora."Nona Renate adalah Nona Jessica, kekasih Tuan Hans yang pergi karena kesalahan yang Tuan perbuat," jawab Daniel pelan.Setelah mendengar penjelasan dari Daniel, Alexa menghampiri Renate, ia berdiri di depan wanita hamil itu."Renate, aku mohon dengarkan dulu penjelasan Hans. Aku yakin dia tulus mencintaimu dia sudah menceritakan semua tentang dirimu, tapi aku tidak tahu kalau yang dia cintai itu adalah kamu. Tolong maafkan kakakku, dia laki-laki yang baik." Alexa memohon sambil berlinangan a
Leon kembali masuk ke dalam mobil. "Daniel, kita ke rumah yang itu.""Apa Nona Lenora tinggal di rumah itu?" tanya Daniel seakan tak percaya Nona muda keluarga Karl meninggalkan kemewahan demi cintanya dan rela tinggal di rumah sederhana."Ya, dia tinggal di sana."Daniel segera melajukan kembali mobilnya menuju rumah yang ditunjuk oleh tuannya.Tak butuh waktu lama, mobil mewah itu sudah berhenti di depan rumah sederhana, tapi terlihat asri dan sangat nyaman untuk ditinggali.Lenora berjalan cepat menghampiri Leon saat laki-laki itu keluar dari mobilnya."Hans, aku sangat merindukanmu.""Maafkan saya selama beberapa minggu terakhir tidak bisa menghubungimu karena saya mengalami kecelakaan dan koma." Leon memeluk erat adik perempuannya."Maafkan aku, Hans, aku tidak tahu, tentang itu." Lenora melepas pelukannya, lalu meraba wajah kakaknya." Apa kamu baik-baik saja? Wajahmu masih terlihat pucat.""Tuan Hans baru seminggu lalu sadar dari koma, tapi Tuan memaksakan diri untuk pergi ke si
"Tuan, apa Anda yakin ingin pergi ke sana? Tuan masih sangat lemah." Daniel mengkhawatirkan kondisi tuannya yang baru sadar dari koma."Saya akan segera sembuh, Daniel. Besok juga saya keluar dari sini, saya akan meminum obat sebanyak-banyaknya."'Astaga, kalau dia minum obat banyak-banyaknya, apa dia tidak akan cepat mati?' kata Julie dalam hatinya.Seminggu kemudian setelah Leon bangun dari koma. Laki-laki itu sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia memaksakan diri untuk pergi, walaupun badannya belum pulih benar, tapi CEO tampan itu berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang."Daniel, ayo kita berangkat sekarang." Leon berjalan lebih dulu."Baik, Tuan." Daniel berjalan cepat menyusul tuannya untuk membukakan pintu mobil."Mungkin perjalanan kita membutuhkan banyak waktu, apa Tuan yakin akan pergi?" tanya Daniel lagi setelah membukakan pintu mobil untuk Leon."Kamu sedang mengkhawatirkan atau sedang meremehkan saya, Daniel?" Ucapan Leon benar-benar membuat Daniel me