"Tidak apa-apa, Nona." Julie menarik sudut bibirnya ke atas. "Sebenarnya saya sedang patah hati," ucapnya malu-malu sambil menunduk."Astaga! Apa kamu perlu teman untuk berbagi? Aku siap menjadi pendengarmu." Jessi merasa khawatir dengan sekretarisnya.Wanita cantik itu menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya. Ia mendongak menatap sang boss yang ada dalam gendongan laki-laki yang dicintainya."Saya tidak apa-apa, Nona. Saya akan menyibukkan diri dengan bekerja untuk melupakannya. Saya tidak akan jatuh cinta lagi. Saya hanya akan bekerja dan bekerja!" ucap Julie dengan semangat.Jessi mengacungkan jempolnya kepada Julie. "Itu bagus. Sebaiknya jangan menjadi budak cinta, jika kita ingin sukses.""Siap, Nona!" balas Julie dengan tegas. "Kalau begitu saya bekerja dulu, Nona," ucapnya setelah membukakan pintu ruangan sang CEO. "Silakan!"Leon membawa bosnya masuk, lalu mendudukkannya di sofa. Ia merogoh salep yang ada di dalam kantung jas
“Ah ... tidak, Nona. Saya tidak ingin jatuh cinta lagi sebelum sukses. Untuk saat ini hati saya benar-benar tertutup.”'Saya patah hati karena cinta saya bertepuk sebelah tangan kepada Tuan Leon, Nona,' ucap Julie dalam hatinya.“Baiklah, aku mengerti.” Jessi mengangguk-angguk sambil tersenyum. “Silakan kembali bekerja!”“Baik, Nona.” Julie segera keluar dari ruangan boss-nya.Jessi menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sambil menggoyang-goyangkan kursi kebesarannya setelah sang sekretaris keluar dari ruangannya.Wanita itu memijat batang hidungnya sambil memejamkan mata. “Kenapa aku bisa seceroboh itu, hingga kakiku terkilir,” gumamnya.Leon masuk ke dalam ruangan boss-nya. Ia berjalan pelan sambil memandang wajah cantik sang nona yang terlihat sangat kusut. “Silakan, Nona.” Pengawal itu menaruh kopi panas di meja kerja sang boss.Aroma kopi buata
"Aku hanya bercanda Leon." Jessi tertawa pelan sambil menggelengkan kepala, lalu kembali fokus pada layar komputernya.Setelah beberapa menit ia masih melihat Leon berdiri di depannya. Ia kembali memandang sang pengawal itu."Kenapa kamu masih berdiri di situ? Mulai detik ini sampai aku sembuh, kamu harus menggendongku, jadi kakimu harus diistirahatkan. Aku tidak mau terjatuh saat dalam gendonganmu. Sekarang duduklah!"Leon tampak berpikir, yang dikatakan boss-nya ada benarnya juga, jadi Leon menurut saja pada perintah sang nona."Baiklah, Nona, saya tunggu di luar.""Di sini saja. Aku tidak mau berteriak saat memerlukan bantuanmu. Kamu duduk saja di situ supaya aku tidak kesulitan jika memerlukan bantuanmu," titah Jessi sambil menunjuk sofa yang ada di ruangan itu."Baik, Nona." Leon segera menuju sofa. Ia sengaja duduk membelakangi boss-nya supaya bisa menggunakan ponselnya.Ketika ia membuka ponselnya tampak ada pesan m
Leon mendapat pukulan dari Jimmy setelah laki-laki itu menggendong kekasihnya. "Beraninya menyentuh kekasihku!" Jimmy kembali memukul Leon.Leon terhuyung dan hendak terjatuh, namun laki-laki jangkung itu bisa menyeimbangkan tubuhnya."Maafkan saya, Tuan. Saya hanya mengikuti perintah Nona Jessi."Walau sakit, Leon tetap menunduk hormat kepada Jimmy sebagai tanda minta maaf.Bisa saja ia membalas perbuatan teman kencan boss-nya, tapi Leon berusaha menahannya karena tidak ingin ada masalah nantinya."Jimmy ...!" Jessica berteriak saat melihat teman kencannya memukul Leon. "Sekarang keluarlah dan jangan pernah menemuiku lagi!" Jessi sangat kesal dengan Jimmy yang sangat pencemburu."Kamu lebih membela dirinya?" tanya Jimmy dengan penuh amarah sambil menunjuk Leon. Wajahnya sudah memerah karena emosi melihat kekasihnya digendong laki-laki lain di hadapannya. "Kamu membiarkan dia bersikap kurang ajar padamu. Dia hanya seorang pengawal, Jes
'Semoga hanya sekedar gugup saja berada dekat wanita secantik Boss,' ucap Leon dalam hatinya sambil memejamkan mata.Ia tidak mau melihat wajah cantik itu karena khawatir terperdaya olehnya."Bibirmu berdarah, mungkin sedikit robek," ucap Jessi sambil melihat bibir pengawalnya."Tidak apa-apa, Nona. Ini tidak sakit." Leon membuka mata, lalu memegang tangan sang nona. "Biar saya saja Nona.""Kamu diamlah!" Jessi membersihkan luka di sudut bibir Leon dengan sangat hati-hati.Berada sedekat itu dengan wajah sang nona membuat dada Leon berdebar-debar tak karuan. 'Jangan sampai hati saya terperdaya,' batinnya sambil memandangi wajah sang nona.“Leon, maafkan aku,” ucap Jessi sambil mengoleskan salep anti biotik pada luka di bibir pengawalnya.“Kenapa Nona minta maaf? Ini sudah menjadi kewajinban saya.”“Kamu bukan sedang melindungiku, Leon.”“Tidak apa-apa, Nona. Tuan Jimmy sepe
Leon tambah berdebar saat mendengar ucapan sang nona. ‘Dua bulan lagi bukan waktu yang sebentar untuk menjaga hati saya supaya tidak tertaut pada wanita sempurna seperti Nona Jessi karena itu bisa menggagalkan semua rencana yang telah saya susun,’ batin Leon.“Leon, kenapa kamu diam saja? Bagaimana rasanya, enak bukan?” Jessi menatap Leon yang sedang mengunyah makanannya dengan jarak yang sangat dekat. ‘Ternyata Leon sangat tampan, bahkan dia terlihat lebih menarik dari pada Jimmy dan Alan,’ gumamnya dalam hati."Apanya yang enak, Nona?" tanya Leon yang belum fokus dengan pertanyaan sang nona."Tentu saja makanannya, memangnya apa lagi?" Jessi tampak tersenyum melihat wajah Leon yang terlihat polos.“Oh ...." Leon baru tersadar. "Makanan ini sangat enak, Nona. Terima kasih sudah memberi makanan seenak ini,’ ucap Leon setelah menelan makanannya dengan susah payah.Tidak seperti biasanya, ta
"Ucapanmu terdengar seperti seorang laki-laki yang sedang merayu kekasihnya,” ucap Jessi sambil tertawa pelan. “Benarkah?” tanya Leon malu-malu. “Kalau begitu saya bena-benar minta maaf atas kelancangan saya.” Kata-kata itu keluar dari mulutnya tanpa disadarinya. Entah kenapa ia berbicara seperti itu kepada Jessi. “Kamu terlalu banyak minta maaf, Leon.” Jessi tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. “Tolong, antarkan saya ke meja kerja, pekerjaan saya sudah memanggil-manggil sejak tadi.” “Baiklah, Nona.” Leon membopong wanita cantik itu dan membawanya ke meja kerja, lalu mendudukkannya di kursi kebesaran sang CEO. “Selamat bekerja, Nona.” “Terima kasih selalu menyemangatiku.” “Sama-sama, Nona.” Leon kembali duduk di sofa setelah sang nona kembali fokus pada pekerjaannya. Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa sambil memijat batang hidungnya. Ia merasakan keanehan pada dirinya saat berada dekat dengan sang boss.
"Leon, bisakah kamu antar aku ke kamar mandi?" tanya Jessi setelah sang pengawal mendudukkannya di tempat tidur."Bisa, Nona," jawab Leon dengan cepat.Laki-laki tampan itu kembali membopong Jessica dan membawanya ke dalam kamar mandi."Turunkan aku di sana saja!" titah Jessi sambil menunjuk sisi bathtub.Leon mengangguk dan membawanya ke tempat yang ditunjuk sang nona. "Ada lagi yang bisa saya bantu, Nona?" tanya Leon setelah menurunkan Jessi."Tolong ambilkan handuk dan taruh di situ.""Baik." Leon segera melakukan apa yang diperintahkan oleh boss-nya."Terima kasih, Leon," ucap Jessi setelah pengawalnya mengambilkan apa yang diperintahkannya. "Aku mau berendam? Setengah jam lagi kamu ke sini!""Baik, Nona. Saya juga mau mandi dulu." Leon menutup pintu kamar mandi, lalu pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri.Sebelum mandi, Leon menelpon asistennya. "Kirimkan obat untuk mengobati kaki yang terkilir!" titahnya
Hai semuanya. Alhamdulillah Leon dan Liebe udah tamat. Terima kasih untuk kakak semua atas dukungannya. Readerku yang cantik dan yang ganteng terima kasih banyak sudah mampir di karyaku. Aku mohon maaf atas segala kekurangan pada novel ini, terutama pada aku sendiri yang jarang sekali update dikarenakan sedang menyiapkan novel baru. Mohon dimaklumi ya kekurangan pada novel ini, kritik dan sarannya aku ucapkan banyak-banyak terima kasih. Mohon maaf juga jika banyak typo atau eksekusi pada novel ini yang tidak sesuai dengan bayangan kakak semua.🙏🏻🙏🏻🙏🏻Aku akan terus belajar dan belajar untuk bisa menulis lebih baik lagi. Kritik dan saran kakak semua sangat membantuku untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang.Terima kasih sampai jumpa di novel yang baru. Pantengin sosmedku ya untuk info karya-karyaku selanjutnya. Jangan lupa follow igeh aku ya.🤭untuk nama² di bawah ini tolong hubungi saya lewat DM di inst**ram @nyi.ratu_gesrek1. Husna Amri Alfathunissa2. Mythasary3. Joko Le
"Sebelum tahu calon suami saya seperti apa saya sudah menerima pilihan orang tua, tapi maaf, saya tidak mencintai Anda atau laki-laki mana pun.""Tidak masalah kamu mencintai saya atau tidak, yang terpenting saya mencintai kamu," kata Daniel. "Dan besok kita akan menikah." Laki-laki itu kembali ceria saat tahu kalau Julie tidak mempunyai kekasih."Dulu tidak mau disuruh menikah, sekarang malah ingin cepat menikah," kata Tuan Bayden. "Sekarang kamu tahu bagaimana rasanya ditolak." Laki-laki tua yang masih terlihat gagah itu tertawa meledek anaknya."Ayah, apa kamu tidak suka melihat anakmu bahagia?" Daniel melirik sinis pada ayahnya."Saya senang melihat kamu bahagia dan Ayah akan lebih senang lagi melihat kamu dan ibumu berdamai.""Itu sulit, tapi saya akan berusaha untuk bersikap baik padanya.""Itu lebih baik." Tuan Bayden memeluk anaknya. "Berbahagialah, Nak.""Sepertinya kita harus menambah menu makanannya," kata Bibi Delma pada Alexa."Tentu saja, kita akan menyiapkan dua pernik
Pagi-pagi sekali keluarga Morris dan keluarga Karl sudah sampai di rumah Tuan Felix. Tak lama kemudian disusul keluarga Daniel."Selamat datang semuanya. Silakan masuk!" Bibi Delma menyambut para tamunya.Kedua orang tua Daniel sangat terkejut melihat calon menantunya ada di sini."Julie, kenapa kamu ada di sini? tanya seorang wanita yang tak lain adalah calon mertuanya."Iya, Bu, Nona Jessica adalah Bos saya di kantor. Saya diundang di pernikahan ini. Apa Ibu juga kenal dengan Nona Jessica?" tanya Julie setelah bersalaman dengan calon mertuanya."Saya kenal dengan Tuan Hans karena calon suamimu bekerja padanya," kata wanita yang bernama Greta. "Itu dia calon suamimu!" tunjuk Nyonya Greta kepada anaknya. "Daniel, kemarilah!"'Daniel?' ucap Julie dalam hatinya. 'Apa yang Bu Greta maksud adalah Tuan Daniel?'"Aku sangat malas bertemu dengannya," gumam Daniel saat dipanggil ibunya, tapi ia tetap menghampiri wanita yang melahirkannya. "Daniel, ini dia calon istrimu. Dia ini wanita yang b
"Terima kasih, Hans," ucap Alexa dengan tulus. "Sekarang istirahatlah, aku tidak mau nanti kamu pingsan ketika mengucap janji di depan Tuhan." Alexa tertawa pelan mengejek kakaknya."Baiklah, saya memang sangat lelah." Leon bangun dari duduknya. Jessica bangun dari duduknya. "Ayo aku antar."Jessica mengantar Leon untuk beristirahat di kamarnya, sedangkan Alexa, Bibi Delma, dan Paman Timo masih berada di ruang tamu."Alexa, tolong bantu Bibi untuk menyiapkan semuanya." "Apakah pernikahan ini bisa dipercepat?" tanya Alexa. "Maksudku dilakukan dalam beberapa hari ini.""Tunggu sebentar." Paman Timo mengambil ponselnya yang berdering. "Saya jawab telepon dari Tuan Felix dulu."Paman Timo berbincang di telepon dengan serius. Alexa dan Bibi Delma menunggu dengan sabar kabar yang diterima laki-laki tua itu."Tuan Felix berbicara apa?" tanya Bibi Delma setelah suaminya selesai menelepon."Besok lusa pernikahan mereka akan dilaksanakan. Ini perintah Tuan Felix.""Apa kita tidak bertanya leb
"Aku tidak mau Hans, kamu saja yang menelepon Ayah. Aku belum siap berbicara dengan mereka.""Baiklah, saya akan menelepon Ayah." Leon mengeluarkan ponselnya dari saku celana. "Lenora, apakah kamu mau berdamai dengan ibu dan ayah jika bertemu dengan mereka?""Aku akan berdamai dengan mereka jika Ayah dan Ibu merestui hubungan aku dan Victor, tapi jika mereka masih bersikeras seperti dulu, aku akan tetap mempertahankan pernikahanku. Aku tidak butuh kemewahan dan kekayaan orang tua kita, aku hanya butuh kebahagiaan dan dan kasih sayang yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya dari mereka dan semua itu hanya aku dapatkan darimu dan Viktor.""Tunggu!" Bibi Delma menatap Alexa dan Leon, memang ada kemiripan pada wajah mereka. "Alexa, apa dia kakakmu?""Iya, Bibi, inilah kenapa aku dan Viktor menyembunyikan identitas kami karena hubungan kami tidak direstui.""Alexa, kenapa kamu tidak bilang pada Bibi." Bibi Delma mendekati Alexa dan memeluk wanita itu."Maafkan aku, Bi." Viktor yang menjaw
"Apa aku boleh tahu, apa yang kalian bicarakan selama dua jam di dalam rumah bersama dengan kakakku, Renate?" tanya Alexa kepada wanita hamil yang berjalan di depannya sambil bergandengan tangan dengan Leon."Aku tidak bicara banyak dengannya, tadi dia hampir pingsan dan dia melarang aku untuk keluar meminta bantuan kalian," jawab Jessica."Sudah saya bilang panggil dia Jessi atau Kakak ipar." Leon kembali memperingatkan adiknya."Aku sudah terbiasa memanggil dia Renate," jawab Alexa. "Apa ada yang salah dengan nama itu?""Tidak ada," jawab Leon. "Renate nama yang bagus, tapi kini dia sudah kembali menjadi Jessica, jadi kamu harus memanggil dia dengaslinya.""Baiklah kakakku tersayang, aku akan memanggilnya Kakak ipar," balas Alexa sambil tersenyum lalu kembali bertanya kepada Jessica. "Jadi kalian di dalam tidak banyak bicara? Aku pikir kalian berbicara serius.""Tidak perlu berbicara banyak karena hati kami masih bisa merasakan cinta masing-masing kata Leon.""Ya Tuhan, dia terlalu
"Cintamu yang telah menyelamatkan saya dari maut. Saya yakin kamu masih mencintai saya.""Aku memang masih mencintaimu, tapi aku masih membencimu," jawab Renate berbohong. Padahal ia sudah Tidak membenci Leon lagi, ia hanya belum siap bertemu dengan Leon dalam keadaan seperti ini "Liebe, maafkanlah saya." Leon menangkup wajah polos Jessica, lalu mencium di kening wanita itu.Alexa semakin bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya"Daniel, apa kamu bisa menjelaskan semuanya?" tanya Lenora."Nona Renate adalah Nona Jessica, kekasih Tuan Hans yang pergi karena kesalahan yang Tuan perbuat," jawab Daniel pelan.Setelah mendengar penjelasan dari Daniel, Alexa menghampiri Renate, ia berdiri di depan wanita hamil itu."Renate, aku mohon dengarkan dulu penjelasan Hans. Aku yakin dia tulus mencintaimu dia sudah menceritakan semua tentang dirimu, tapi aku tidak tahu kalau yang dia cintai itu adalah kamu. Tolong maafkan kakakku, dia laki-laki yang baik." Alexa memohon sambil berlinangan a
Leon kembali masuk ke dalam mobil. "Daniel, kita ke rumah yang itu.""Apa Nona Lenora tinggal di rumah itu?" tanya Daniel seakan tak percaya Nona muda keluarga Karl meninggalkan kemewahan demi cintanya dan rela tinggal di rumah sederhana."Ya, dia tinggal di sana."Daniel segera melajukan kembali mobilnya menuju rumah yang ditunjuk oleh tuannya.Tak butuh waktu lama, mobil mewah itu sudah berhenti di depan rumah sederhana, tapi terlihat asri dan sangat nyaman untuk ditinggali.Lenora berjalan cepat menghampiri Leon saat laki-laki itu keluar dari mobilnya."Hans, aku sangat merindukanmu.""Maafkan saya selama beberapa minggu terakhir tidak bisa menghubungimu karena saya mengalami kecelakaan dan koma." Leon memeluk erat adik perempuannya."Maafkan aku, Hans, aku tidak tahu, tentang itu." Lenora melepas pelukannya, lalu meraba wajah kakaknya." Apa kamu baik-baik saja? Wajahmu masih terlihat pucat.""Tuan Hans baru seminggu lalu sadar dari koma, tapi Tuan memaksakan diri untuk pergi ke si
"Tuan, apa Anda yakin ingin pergi ke sana? Tuan masih sangat lemah." Daniel mengkhawatirkan kondisi tuannya yang baru sadar dari koma."Saya akan segera sembuh, Daniel. Besok juga saya keluar dari sini, saya akan meminum obat sebanyak-banyaknya."'Astaga, kalau dia minum obat banyak-banyaknya, apa dia tidak akan cepat mati?' kata Julie dalam hatinya.Seminggu kemudian setelah Leon bangun dari koma. Laki-laki itu sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia memaksakan diri untuk pergi, walaupun badannya belum pulih benar, tapi CEO tampan itu berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang."Daniel, ayo kita berangkat sekarang." Leon berjalan lebih dulu."Baik, Tuan." Daniel berjalan cepat menyusul tuannya untuk membukakan pintu mobil."Mungkin perjalanan kita membutuhkan banyak waktu, apa Tuan yakin akan pergi?" tanya Daniel lagi setelah membukakan pintu mobil untuk Leon."Kamu sedang mengkhawatirkan atau sedang meremehkan saya, Daniel?" Ucapan Leon benar-benar membuat Daniel me