“Ayah tidak sepenuhnya salah. Lagi pula kalian sudah menikah, tapi dia tidak mau melupakan laki-laki itu, walau di dalam perutnya ada saya,” ucap Daniel dengan sedih. “Itu membuktikan kalau dia lebih mencintai laki-laki itu dari pada anaknya.”“Dia menyayangimu Daniel.” Bertahun-tahun Bayden memberi pengertian tentang hubungannya dengan sang istri kepada Daniel supaya anaknya itu tidak membenci ibunya, tapi Daniel sudah dewasa dia tahu mana yang tulus padanya dan tidak.Selama ini ibunya tidak pernah berusaha untuk mendekatinya. Sejak kecil ia hanya hidup berdua dengan sang ayah.“Tidak. Dia hanya memanfaatkan saya saja. Saya tidak akan menuruti ucapannya, saya hanya akan mematuhimu.”"Daniel, Ayah tidak pernah mengajarimu seperti itu,” kata Bayden. “Tidak baik menyimpan dendam kepada seseorang, apalagi dia itu ibu kandungmu sendiri.”“Tapi dia tidak pernah menyayangi anakmu.” Hati Daniel penuh kebencian terhadap wanita yang telah melahirkannya.“Kalau dia tidak menyayangimu, dia tida
“Tuan Hans masih dalam pemulihan di rumah keluarga Karl. Nyonya Roweena tidak mengizinkannya keluar dari kamar, bahkan dia tidak diizinkan memegang ponsel supaya Tuan Hans fokus pada kesehatannya.”Bayden dengan sangat terpaksa berbohong kepada anaknya demi kesehatan Daniel.Dia sangat setia kepada CEO D. R Corporation, jika tahu tentang keadaan yang sebenarnya pasti dia akan terus memikirkan tuannya itu.“Apa ucapanmu benar adanya?” Daniel curiga ayahnya berbohong. "Kalau Tuan Hans masih belum pulih, kenapa tidak dirawat di rumah sakit saja."Penjelasan sang ayah membuatnya semakin curiga. Dengan kondisi tuannya yang seperti itu, apa mungkin Tuan Diedrich dan Nyonya Roweena mengizinkan anaknya pulang dari rumah sakit.“Apa kamu sudah tidak percaya lagi pada ayahmu ini?” Bayden balik bertanya kepada anaknya. Ia harus bersikap biasa saja supaya Daniel tidak curiga. “Sejak kecil Tuan Hans tidak suka berobat ke rumah sakit apalagi sampai menginap. Dan sekarang pun dia sedang menjalani pe
“Jangan berpikir macam-macam yang akan berpengaruh buruk pada kesehatanmu.” Bayden tahu anaknya sedang berpikir keras. Entah apa yang dipikirkannya.“Saya tidak berpikir macam-macam. Saya hanya berusaha mengingat kejadian itu."Mendengar jawaban anaknya Bayden bangun dari duduknya, lalu kembali mendekati ranjang Daniel. Ia menarik kursi hingga hampir menempel pada ranjang. "Daniel, apa kamu ingat kalau kamu itu jomlo?" Bayden sengaja mengajukan pertanyaan yang paling mudah. Ia khawatir ada gangguan dengan ingatan anaknya."Tentu saja saya ingat," jawab Daniel sambil mendelik tidak suka pada ayahnya. "Apa Ayah pikir, saya sudah hilang ingatan? Atau hanya ingin mengejek anakmu saja?"Daniel sudah bisa menebak ke mana arah pertanyaan yang diajukan ayahnya. Tapi, kenapa juga harus bertanya tentang status, apa tidak ada lagi pertanyaan yang lain. Pikir Daniel."Ayah tidak meledekmu," jawab Bayden sambil mengelus dada merasa lega. "Bersyukurlah kamu baik-baik saja." "Itu pasti, Ayah."Ba
“Apa aku juga akan mengingatnya terus sepanjang tahun?” kata Renate tanpa sadar. Leon masih mengusik hati dan pikiran Renate, walau ia sudah berusaha keras untuk melupakan.Alexa bangun dari duduknya, lalu memeluk wanita hamil itu dari samping. “Kamu yang sabar ya, Re. Suamimu sudah tenang di surga, kamu harus bisa melanjutkan hidup demi anakmu.”Alis Renate bertaut, hingga terlihat kerutan di keningnya, wanita itu menoleh ke samping sembari berkata. “Memangnya tadi aku bicara apa?”Alexa melepas pelukannya. Wanita itu menatap Renate sambil bertolak pinggang. “Ya Tuhan, apa kamu tidak sadar apa yang kamu ucapkan barusan?” tanya wanita muda itu. “Ayolah Renate ... berusahalah untuk tidak mengingatnya lagi." "Aku sudah berusaha untuk itu, tapi semakin aku berusaha untuk melupakannya, aku semakin tersiksa."Hanya pada Alexa, Renate jujur tentang perasaannya selama ini yang tersiksa karena terpisah dengan laki-laki yang dicintainya."Mungkin sebaiknya kamu menikah saja dengan William su
“Kenapa aku yang disalahkan? Kamu juga kan tadi bilang kalau Willi itu laki-laki yang lemah. Itu perkataan yang sangat menyakitkan bagi seorang pria." Alexa tidak terima disalahkan oleh Renate.“Benar juga.” Renate menghentikan langkahnya, lalu duduk di rerumputan sambil memijat kakinya. 'Tidak ada cara lain lagi untuk membujuk Willi selain harus menipunya,' kata Renate dalam hatinya sembari tersenyum licik.“Renate kamu kenapa?” Alexa berjongkok di depan wanita hamil itu sambil membantu memijat kakinya.“Alexa, aku tidak apa-apa. Aku hanya berpura-pura supaya Willi tidak marah.” Renate berbicara pelan sambil menatap punggung William yang masih berjalan menjauhinya. “Bekerjasamalah denganku.”Alexa tersenyum, lalu mengangguk mengerti apa maksud wanita hamil itu. “Aduh Renate … kamu kenapa?” Alexa berbicara dengan sangat keras supaya William mendengarnya. “Aku harus bagaimana ini? Aku tidak mungkin bisa menggendongmu karena berat badanmu dua kali lebih berat dari aku.”Renate memukul l
Beberapa minggu kemudian setelah kecelakaan mobil yang menimpa dua orang berpengaruh di D. R Corporation, kini Daniel sudah diperbolehkan pulang.Julie sudah datang pagi-pagi sekali untuk menjemput Daniel.“Saya kira kamu sudah lupa dengan saya,” kata Daniel sambil turun dari tempat tidurnya saat melihat wanita yang selama ini ia tunggu-tunggu kehadirannya datang menjemput.“Maafkan saya, Tuan Daniel. Sejak anda dan Tuan Leon tidak ada, saya menjadi sangat sibuk di kantor.” Julie menunduk untuk meminta maaf kepada Daniel karena sejak hari pertama kecelakaan itu, dia tidak pernah datang lagi karena kesibukannya di kantor yang sangat menyita waktu.“Maafkan saya, Nona Julie. Seharusnya saya berterima kasih padamu karena telah melakukan pekerjaan yang seharusnya menjadi tugas saya.”“Tidak apa-apa, Tuan. Lagi pula ada Tuan Felix yang membantu pekerjaan saya.”“Apa Tuan Hans tidak pernah ke kantor Beauty Corporation lagi setelah kecelakaan itu?”Julie menoleh kepada laki-laki paruh baya y
“Saya memang merindukan anda dan Tuan Hans.” Julie menghentikan langkah kakinya di depan ruang ICU. “Silakan masuk, Tuan. Waktu berkunjung di sini dibatasi.”Daniel menarik napas dalam-dalam sebelum masuk ke dalam ruangan itu. Ia melangkah perlahan sambil memikirkan apa yang akan ia katakan kepada bosnya.“Ya Tuhan,” ucap Daniel pelan saat melihat Leon. Ia semakin merasa bersalah saat melihat tuannya terbaring tak berdaya di ranjang pasien.Laki-laki itu mendekati Leon, lalu menggenggam tangan laki-laki yang sudah berminggu-minggu terbaring dan tidak pernah membuka matanya.“Tuan, maafkan saya.” Kata itulah yang pertama kali keluar dari mulut Daniel. “Bangunlah, Tuan. Saya janji akan melakukan apa pun untuk bisa membawa Nona Jessica ke hadapan Anda.”Tidak sedikit pun respons dari laki-laki yang terlihat tidur dengan tenang itu. Daniel merasa sedih melihat keadaan tuannya. "Bangunlah, Tuan. Saya janji akan segera menemukan Nona Jessi. Bangunlah, demi anakmu, Tuan."Daniel banyak berb
"Nona Julie, apa sebelumnya kamu tidak tahu ke mana Tuan Felix membawa Nona Jessi?" Daniel menoleh pada wanita cantik yang duduk di sampingnya. Kini mereka berada di dalam mobil menuju Beauty Corporation."Maafkan saya, Tuan, saya tidak tahu ke mana Tuan Felix membawa Nona Jessie," jawab Julie dengan jujur."Apa kamu tahu kalau Tuan Felix yang menyembunyikan Nona Jessie sebelum kami semua tahu tentang itu?" Daniel kembali bertanya. Ia curiga kepada wanita yang berada di sampingnya, tidak mungkin dia tidak tahu di mana keberadaan bosnya."Saya tahu kalau Tuan Felix yang membawa Nona Jessie pergi dari perusahaan melalui jalan rahasia yang tidak mungkin saya katakan kepada anda." Julie menoleh kepada Daniel lalu menatapnya dalam beberapa detik sebelum melanjutkan ucapannya. "Saya benar-benar tidak tahu ke mana Tuan Felix membawa Nona Jessie.""Kapan terakhir kamu berkomunikasi dengan Nona Jessie?" Daniel terus saja menginterogasi Julie."Setelah saya memberitahu Nona Jessie kalau Anda