“Jangan berpikir macam-macam yang akan berpengaruh buruk pada kesehatanmu.” Bayden tahu anaknya sedang berpikir keras. Entah apa yang dipikirkannya.“Saya tidak berpikir macam-macam. Saya hanya berusaha mengingat kejadian itu."Mendengar jawaban anaknya Bayden bangun dari duduknya, lalu kembali mendekati ranjang Daniel. Ia menarik kursi hingga hampir menempel pada ranjang. "Daniel, apa kamu ingat kalau kamu itu jomlo?" Bayden sengaja mengajukan pertanyaan yang paling mudah. Ia khawatir ada gangguan dengan ingatan anaknya."Tentu saja saya ingat," jawab Daniel sambil mendelik tidak suka pada ayahnya. "Apa Ayah pikir, saya sudah hilang ingatan? Atau hanya ingin mengejek anakmu saja?"Daniel sudah bisa menebak ke mana arah pertanyaan yang diajukan ayahnya. Tapi, kenapa juga harus bertanya tentang status, apa tidak ada lagi pertanyaan yang lain. Pikir Daniel."Ayah tidak meledekmu," jawab Bayden sambil mengelus dada merasa lega. "Bersyukurlah kamu baik-baik saja." "Itu pasti, Ayah."Ba
“Apa aku juga akan mengingatnya terus sepanjang tahun?” kata Renate tanpa sadar. Leon masih mengusik hati dan pikiran Renate, walau ia sudah berusaha keras untuk melupakan.Alexa bangun dari duduknya, lalu memeluk wanita hamil itu dari samping. “Kamu yang sabar ya, Re. Suamimu sudah tenang di surga, kamu harus bisa melanjutkan hidup demi anakmu.”Alis Renate bertaut, hingga terlihat kerutan di keningnya, wanita itu menoleh ke samping sembari berkata. “Memangnya tadi aku bicara apa?”Alexa melepas pelukannya. Wanita itu menatap Renate sambil bertolak pinggang. “Ya Tuhan, apa kamu tidak sadar apa yang kamu ucapkan barusan?” tanya wanita muda itu. “Ayolah Renate ... berusahalah untuk tidak mengingatnya lagi." "Aku sudah berusaha untuk itu, tapi semakin aku berusaha untuk melupakannya, aku semakin tersiksa."Hanya pada Alexa, Renate jujur tentang perasaannya selama ini yang tersiksa karena terpisah dengan laki-laki yang dicintainya."Mungkin sebaiknya kamu menikah saja dengan William su
“Kenapa aku yang disalahkan? Kamu juga kan tadi bilang kalau Willi itu laki-laki yang lemah. Itu perkataan yang sangat menyakitkan bagi seorang pria." Alexa tidak terima disalahkan oleh Renate.“Benar juga.” Renate menghentikan langkahnya, lalu duduk di rerumputan sambil memijat kakinya. 'Tidak ada cara lain lagi untuk membujuk Willi selain harus menipunya,' kata Renate dalam hatinya sembari tersenyum licik.“Renate kamu kenapa?” Alexa berjongkok di depan wanita hamil itu sambil membantu memijat kakinya.“Alexa, aku tidak apa-apa. Aku hanya berpura-pura supaya Willi tidak marah.” Renate berbicara pelan sambil menatap punggung William yang masih berjalan menjauhinya. “Bekerjasamalah denganku.”Alexa tersenyum, lalu mengangguk mengerti apa maksud wanita hamil itu. “Aduh Renate … kamu kenapa?” Alexa berbicara dengan sangat keras supaya William mendengarnya. “Aku harus bagaimana ini? Aku tidak mungkin bisa menggendongmu karena berat badanmu dua kali lebih berat dari aku.”Renate memukul l
Beberapa minggu kemudian setelah kecelakaan mobil yang menimpa dua orang berpengaruh di D. R Corporation, kini Daniel sudah diperbolehkan pulang.Julie sudah datang pagi-pagi sekali untuk menjemput Daniel.“Saya kira kamu sudah lupa dengan saya,” kata Daniel sambil turun dari tempat tidurnya saat melihat wanita yang selama ini ia tunggu-tunggu kehadirannya datang menjemput.“Maafkan saya, Tuan Daniel. Sejak anda dan Tuan Leon tidak ada, saya menjadi sangat sibuk di kantor.” Julie menunduk untuk meminta maaf kepada Daniel karena sejak hari pertama kecelakaan itu, dia tidak pernah datang lagi karena kesibukannya di kantor yang sangat menyita waktu.“Maafkan saya, Nona Julie. Seharusnya saya berterima kasih padamu karena telah melakukan pekerjaan yang seharusnya menjadi tugas saya.”“Tidak apa-apa, Tuan. Lagi pula ada Tuan Felix yang membantu pekerjaan saya.”“Apa Tuan Hans tidak pernah ke kantor Beauty Corporation lagi setelah kecelakaan itu?”Julie menoleh kepada laki-laki paruh baya y
“Saya memang merindukan anda dan Tuan Hans.” Julie menghentikan langkah kakinya di depan ruang ICU. “Silakan masuk, Tuan. Waktu berkunjung di sini dibatasi.”Daniel menarik napas dalam-dalam sebelum masuk ke dalam ruangan itu. Ia melangkah perlahan sambil memikirkan apa yang akan ia katakan kepada bosnya.“Ya Tuhan,” ucap Daniel pelan saat melihat Leon. Ia semakin merasa bersalah saat melihat tuannya terbaring tak berdaya di ranjang pasien.Laki-laki itu mendekati Leon, lalu menggenggam tangan laki-laki yang sudah berminggu-minggu terbaring dan tidak pernah membuka matanya.“Tuan, maafkan saya.” Kata itulah yang pertama kali keluar dari mulut Daniel. “Bangunlah, Tuan. Saya janji akan melakukan apa pun untuk bisa membawa Nona Jessica ke hadapan Anda.”Tidak sedikit pun respons dari laki-laki yang terlihat tidur dengan tenang itu. Daniel merasa sedih melihat keadaan tuannya. "Bangunlah, Tuan. Saya janji akan segera menemukan Nona Jessi. Bangunlah, demi anakmu, Tuan."Daniel banyak berb
"Nona Julie, apa sebelumnya kamu tidak tahu ke mana Tuan Felix membawa Nona Jessi?" Daniel menoleh pada wanita cantik yang duduk di sampingnya. Kini mereka berada di dalam mobil menuju Beauty Corporation."Maafkan saya, Tuan, saya tidak tahu ke mana Tuan Felix membawa Nona Jessie," jawab Julie dengan jujur."Apa kamu tahu kalau Tuan Felix yang menyembunyikan Nona Jessie sebelum kami semua tahu tentang itu?" Daniel kembali bertanya. Ia curiga kepada wanita yang berada di sampingnya, tidak mungkin dia tidak tahu di mana keberadaan bosnya."Saya tahu kalau Tuan Felix yang membawa Nona Jessie pergi dari perusahaan melalui jalan rahasia yang tidak mungkin saya katakan kepada anda." Julie menoleh kepada Daniel lalu menatapnya dalam beberapa detik sebelum melanjutkan ucapannya. "Saya benar-benar tidak tahu ke mana Tuan Felix membawa Nona Jessie.""Kapan terakhir kamu berkomunikasi dengan Nona Jessie?" Daniel terus saja menginterogasi Julie."Setelah saya memberitahu Nona Jessie kalau Anda
Daniel berjalan cepat masuk ke dalam kantor Beauty Corporation menuju ruang kerja Tuan Felix, disusul dengan Julie yang berjalan cepat mengimbangi langkah laki-laki itu."Tuan Daniel pelan-pelan saja. Anda belum baik-baik saja kan? Tuan Felix sudah tahu kedatangan Anda karena saya sudah menghubunginya sebelum kita pergi." Julie khawatir Daniel jatuh pingsan karena dia terlihat lemas dan berwajah pucat.Kamu tenang saja Nona Julie. Saya ini laki-laki yang kuat, saya masih bisa memanjat gedung ini, walaupun tanpa alat itu," kata Daniel sambil menunjuk lift."Saya tahu anda hanya mengatakan omong kosong," sahut Julie sambil tertawa pelan.Daniel menghentikan langkah kakinya, lalu menghadap Julie dan berkata. "Apa kamu tidak percaya dengan saya? Kamu mau bukti? Saya akan melakukannya sekarang juga.""Saya hanya bercanda, Tuan." Julie tersenyum sambil merentangkan tangan kanannya. "Silakan!" Julie mempersilakan Daniel untuk masuk ke dalam lift lebih dulu."Kamu seorang wanita, Nona, seharu
"Saya minta tolong untuk membawa Nona Jessi kepada Tuan Hans." Daniel turun dari kursi, lalu bersimpuh memohon kepada Tuan Felix "Saya mohon Anda bisa membantu membujuk Nona Jessi agar mau menjenguk Tuan Hans.""Bangunlah! Tuan Daniel anda tidak perlu seperti ini." Tuan Felix menegakkan duduknya. "Saya akan membantu Anda tapi tidak bisa berjanji untuk membawa Jessi ke sini. Saya hanya akan membujuk dia dan keputusan ada di tangannya.""Terima kasih, Tuan," ucap Daniel sambil tersenyum bahagia. "Terima kasih banyak ucapnya lagi.""Apa Anda bener-bener akan membawa Nona Jessi kembali, Tuan Felix?" tanya Julie sambil bangun dari duduknya lalu menghampiri Daniel untuk membantu laki-laki itu."Saya tidak berjanji. Saya hanya akan berusaha membujuk Jessi untuk menjenguk Leon, tapi saya tidak berjanji jika Jessi menolak saya tidak bisa memaksanya dia sudah cukup tersakiti. Saya tidak mau dia tambah menderita.""Tidak apa-apa, Tuan, saya menghargainya." Daniel bangun lalu kembali duduk di tem