"CCTV kantor Nona Jessica?" ulang Daniel memastikan.
'Tuan berbicara seenaknya saja. Apa dia pikir kantor ini miliknya," ucap Daniel dalam hatinya.Julie yang mendengar percakapan antara Daniel dan Leon, diam-diam mengirim pesan kepada orang yang bertanggung jawab mengontrol CCTV untuk menghapus semua rekaman pagi ini, terutama rekaman sang boss.Julie sudah mendapat amanah dari boss-nya untuk tidak memberitahukan kepada siapa pun termasuk orang tua Jessica sendiri kalau sang nona pergi bersama Tuan Felix."Minta tolong kepada Nona Julie, dia pasti membantu," tambah Leon. "Dia wanita yang baik. Sangat menghormati Jessica, jika demi kebaikan boss-nya dia tidak akan menolak.""Baik, Tuan."Daniel menaruh ponselnya di atas meja setelah sang tuan menutup panggilannya. Laki-laki itu menatap wanita yang duduk berhadapan dengannya, hanya meja kerja sang sekretaris yang menjadi jarak di antara mereka.'Bagaimana ini? Apa dia m“Maaf, Tuan. Tidak ada yang bisa mengembalikan rekaman itu,” jawab laki-laki berambut klimis dan berkacamata hitam. “Tapi, jika anda bisa mengembalikan rekaman yang sudah dihapus itu, silakan ikuti saya!”Julie memelotot pada Berto, ia khawatir Daniel bisa memulihkan rekaman yang sudah dihapus itu. Namun, Berto menganggukkan kepalanya sambil tersenyum untuk meyakinkan Julie supaya dia tidak khawatir lagi.Daniel mengotak-atik komputer di ruangan itu. Sudah beberapa menit berlalu ia tidak bisa menemukan rekaman yang sudah dihapus.Berto melirik Julie lalu tersenyum.“Bagaimana?” tanya Berto dengan sopan kepada Daniel, padahal dalam hati ia menertawakannya.“Saya tidak bisa melakukannya. Sistem keamanan Beauty Corporation sangat hebat.” Daniel bangun dan berdiri.“Tentu saja,” jawab Julie dengan sombongnya. “Kalau sistem keamanan kami tidak kuat, pesaing licik seperti kalian bisa dengan mudahnya membobol keamanan Beauty Corporation
Tiba-tiba tenggorokannya terasa kering mendengar ucapan Julie. Ia berusaha menelan ludahnya dengan susah payah.Daniel tidak menyangka wanita yang mempunyai senyuman manis itu ternyata terlihat sangat berbahaya. ‘Pasti suaminya tidak akan bisa berbuat apa-apa di depan wanita seperti dia. Dia tipe istri yang sangat mengerikan,’ ucap Daniel dalam hatinya.Julie duduk di meja kerjanya, lalu kembali mengerjakan pekerjaannya. Ia tidak memedulikan Daniel yang terus saja mengoceh.‘Wanita ini sangat menyebalkan. Sejak tadi saya bicara dia hanya diam saja, padahal saya bicara panjang lebar memberikan solusi untuk masalah ini. Mengalihkan isu skandal sang penguasa Beauty Corporation.’ Daniel bersungut-sungut dalam hatinya karena Julie mendiamkannya.Suara dering ponselnya mengurungkan niatnya untuk mengajak Julie makan siang."Apa?!" sentak Daniel. Ia bangun dari duduknya sambil menggebrak meja kerja Julie yang membuat wanita cantik itu
"Kamu mau ke mana?" tanya Daniel kepada Julie yang hendak melangkah pergi."Saya mau ke toilet, apa anda mau ikut?" "Tidak. Terima kasih." Daniel duduk di ruang tunggu yang dekat dengan meja kerja sang sekretaris.Sementara Julie bukan pergi ke toilet, melainkan pergi ke tempat yang aman untuk menelepon boss-nya."Halo, Nona," sapa Julie sambil celingukan, khawatir Daniel mengikutinya."Iya Julie, ada apa?" balas Jessi yang memang hendak menelepon sekretarisnya untuk berpamitan."Tuan Daniel berhasil melacak keberadaan anda melalui nomor telepon, Nona.""Terima kasih informasinya, Julie. Aku akan berganti nomor ponsel, semoga nanti kita bisa bertemu lagi," kata Jessi. "Aku mau minta tolong satu kali lagi. Hapus rekaman CCTV pagi ini, tidak boleh ada yang tahu aku bersama Paman Felix.""Sudah, Nona. Tadi Tuan Leon memerintah Tuan Daniel untuk melihat rekaman CCTV kantor, tapi saya sudah menghapusnya lebih dulu."
Alis laki-laki tua itu bertaut, hingga membentuk lapisan kerutan di dahinya. Ia bingung dengan apa yang dimaksud Jessi.“Aku sedang hamil, Paman,” kata Jessi sambil terus mencari keberadaan kotak itu. “Tadinya aku mau menyampaikan kabar ini sebagai kejutan untuk Leon. Tapi, sekarang aku tidak mau dia tahu kalau aku sedang mengandung anaknya. Dia pasti akan mencariku sampai ketemu kalau tahu aku hamil.”“Lebih bagus dia tahu kamu sedang hamil anaknya, itu akan semakin menyiksa dirinya. Terpisah dengan wanita yang ia cintai dan sedang mengandung anaknya, dia pasti merasakan kepedihan yang lebih dalam dari pada kamu.”Jessi berhenti mencari kotak itu, ia berbalik menghadap Tuan Felix. “Anda benar, Paman,” kata Jessi. “Aku akan merawat anak ini sendiri. Inilah alasanku untuk tetap kuat.”“Bagus! Fokuslah kepada anak yang ada di dalam kandunganmu. Setidaknya kamu tidak akan sendirian," kata Tuan Felix. "Kalau sudah tidak ada lagi keperluan, ayo kita be
“Tidak akan, Paman,” balas wanita berambut keriting sebahu dengan tahi lalat di pipi kirinya dan kacamata tebal yang bertengker di hidung mancungnya. Iris mata berwarna coklat dengan wajah tanpa riasan, Jessi masih terlihat cantik jika dilihat dari dekat, walaupun penampilannya sangat sederhana.“Jangan pernah mengatakan apa yang kamu lihat hari ini kepada siapa pun. Kalau kamu melakukannya kamu tahu sendiri apa yang akan terjadi pada dirimu.”Tuan Felix mengancam laki-laki yang bersikap seperti wanita itu. Gerakan tangannya yang lemah gemulai berbanding terbalik dengan tubuhnya yang tegap.“Baik, Tuan,” jawab Abbe sambil menaruh tangan kirinya di atas perut, sedangkan tangan kanannya menutup mulutnya.Jessica dan Tuan felix segera pergi menemui temannya untuk membuat kartu pengenal dengan wajah yang baru. Selanjutnya mereka pergi ke kota kecil yang jauh dari tempat Jessica dilahirkan. Kehidupan di sana sangat berbeda dengan kehidupan Je
Di kantor Beauty Corporation, Julie dan Daniel terjebak di dalamnya. Julie tidak berani keluar karena para pencari berita masih berkumpul di depan gedung bertingkat itu."Nona Julie, ayo kita pulang?" ajak Daniel pada wanita cantik yang sejak tadi melirik jam yang melingkar di tangannya. "Anda juga pasti sedang ada janji dengan orang lain bukan?" tebak Daniel."Bagaimana caranya keluar? Saya tidak bisa mengklarifikasi masalah ini tanpa persetujuan Tuan Jason." Julie terlihat putus asa. Padahal ia sudah berjanji pada kedua orang tuanya untuk pulang cepat karena calon mertuanya akan datang ke rumah.'Saya harus memberitahu Ibu dulu kalau saya terlambat pulang,' gumamnya dalam hati. Lalu mengirimkan pesan kepada ibunya."Kamu tinggal bilang ya atau tidak. Saya akan membawamu keluar dari kantor ini," kata Daniel sambil mengetuk-ketuk meja kerja sang sekretaris."Apa kamu yakin ingin membantu saya?" Julie yakin kalau Daniel memiliki
"Nona Julie, kamu mau pulang tidak?" Daniel kembali melihat jam di tangannya. "Ini sudah lewat dari jam kerja kamu."Julie melihat jam di ponselnya, lalu bangun dari duduknya. "Tuan Daniel, bisakah anda mengantar saya pulang sampai rumah? Saya sedang terburu-buru, calon suami saya akan datang malam ini.""Astaga, saya harus mengantar pulang calon pengantin orang lain," gerutu Daniel sambil bangun dari duduknya."Kalau anda tidak bisa juga tidak apa-apa." Julie melangkah lebih dulu meninggalkan Daniel yang hendak membuka mulut untuk menjawab pertanyaan sekretaris cantik itu."Tunggu dulu, Nona!" Daniel berjalan cepat menyusul Julie. "Untung saja dia calon pengantin orang lain," gumamnya sambil tersenyum membayangkan kesialan laki-laki yang menjadi suaminya.Daniel menyejajarkan langkahnya dengan Julie yang berjalan cepat."Kakimu pendek, tapi langkahmu cepat sekali."Julie tidak menanggapi ucapan Daniel yang terdenga
Perlahan mereka mundur dan memberi jalan untuk Daniel dan Julie. Sejak tadi Julie hanya diam saja tanpa mau berbicara, bahkan ia terus menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Daniel."Nona Julie, sekarang sudah aman, cepatlah masuk ke dalam mobil!" Daniel tersenyum karena Julie sejak tadi terus menyembunyikan wajahnya padahal para pencari berita itu tidak lagi mengikutinya. Julie mendongakkan wajahnya, menoleh ke kiri dan ke kanan. "Terima kasih, Tuan Daniel."Daniel tersenyum mendengar ucapan tulus dari wanita cantik itu."Masuklah, saya akan mengantar kamu sampai rumah." Daniel membuka pintu mobil untuk Julie. Julie tersenyum, lalu masuk ke dalam mobil asisten CEO itu. Daniel menutup pintunya, lalu berjalan ke sisi lainnya."Di mana ...."Sebelum Daniel menyelesaikan ucapannya Julie mengulurkan tangan memberikan ponsel yang menunjukkan alamat rumahnya."Ikuti ini saja!" titahnya."Apa ka