Flashback On “Apa kamu tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta?"Pertanyaan Lea sedikit menyentak Keenan. Bersamaan dengan mobil hitam yang membawa mereka dari restoran berhenti tepat di depan penginapaan Lea."Aku jatuh cinta denganmu." "Really?"Lea akhirnya menoleh dengan tatapan tidak percaya seakan-akan jawaban Keenan tadi bualan yang sangat tidak bermutu."Beginikah caramu mencintai seseorang? Memaksa dengan cara licik?" Lea mencibir. "Sangat elegan sekali untuk seseorang yang begitu dihormati dan disegani sepertimu.""Aku mencintai dengan caraku sendiri. Tidak peduli bagaimana pendapat orang lain terhadapku." "Aku sama sekali tidak merasa di cintai olehmu." Lea balik menatap berani. Emosi itu terpampang jelas di matanya. Meski tidak terlalu suka banyak bicara tapi kali ini Lea tidak bisa menahan diri. "Aku sebut ini ambisi atau permainan, entahlah, mana yang menurutmu pas untuk menggambarkannya tapi sama sekali tidak ada cinta di dalamnya. Aku berpikir, kenapa kamu
Flashback On"Bagaimana?""Kita bertemu sekarang. Restauran Syangrilla. Reservasi atas namaku.""Baiklah. Aku akan menemuimu sekarang. Aku harap kamu membawa kabar bagus.""Semoga Lea." Ada jeda sesaat. "Kita hanya memiliki waktu dua jam dan Keenan tidak akan mengetahuinya." Tuttt.Jenna mematikan sambungan teleponnya. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Lea langsung bergegas pergi mengabaikan tatapan ingin tahu Ricko. Tidak ada yang boleh tahu dengan hal ini. Semakin sedikit yang tahu maka semakin aman. Lea bahkan tidak bisa mengatakannya pada Sky, tahu kalau Keenan tidak main-main saat mengatakan akan mengawasinya.Selama perjalanan menuju restauran, Lea hanya berharap kalau masalah yang sedang dihadapinya dengan Valen bisa diselesaikan bagaimanapun caranya. Valen marah saat mengetahui betapa liciknya Keenan yang mengancam dengan video itu dan Lea berusaha keras untuk meyakinkan Valen kalau mereka harus menghadapinya dengan kepala dingin. Tidak bisa gegabah karena ini menyangkut karie
Flashback OnAku tidak bisa melakukannya, Lea." Valen mengusap wajahnya dengan tangan. Hanya tersisa mereka berdua di dalam ruangan private yang di sewa Jenna. Zafier memberi waktu setengah jam bagi mereka untuk melepas rindu karena setelah keluar dari restoran, mereka tidak bisa bertemu dalam waktu dekat. "Skenario ini bisa membuatku gila." Di tatapnya Lea dengan sorot frustasi. "Bagaimana bisa aku membiarkanmu menjadi tawanan lelaki bajingan itu?" Lea mendekat dan menggenggam erat jemari Valen, "Aku juga tidak menyukai ide ini tapi kalau memang hanya ini yang bisa menjadi jalan keluar bagi kita untuk lepas dari lelaki itu, aku akan tetap melakukannya. Suka atau tidak suka." "Aku takut kalau dia menyentuhmu—""Sstt, aku akan menjaga diriku. Kamu tenang saja." Lea mencoba meyakinkan Valen. "Kita lakukan, tuntaskan dan kembali bersama." Valen bergeming. Menatap lekat Azalea lalu menarik kepalanya lembut dan mengecup keningnya. "Aku tidak akan memaafkan diriku kalau dia menyakitim
Flashback On"Obat tidur?""Iya. Gunakan obat tidur yang aku kirim lewat salah satu pelangganmu itu ke anak buah Keenan."Lea memperhatikan seksama sebotol obat yang ada di tangannya. Tadi saat salah satu pegawainya memanggil karena ada pelanggan yang komplain, Lea tidak pernah menyangka kalau dia adalah suruhannya Zafier untuk memberikan obat di tangannya ini tanpa ada yang tahu."Berikan saja mereka jamuan atau apalah tapi ingat jangan mencurigakan." Lea menatap ke arah pintu kantornya di mana di baliknya ada bodyguard suruhan Keenan yang berjaga di sana. "Kamu kan publik figure, jadi bisalah berakting sedikit," kekeh Zafier.Lea mendengus. "Aku bukan pemain sinteron Zaf. Aku mantan model.""Kalau begitu kamu bisa sekalian mengasah bakat aktingmu saat ini." Zaf tertawa tanpa beban di sana membuat Lea hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Siapa tahu setelah semua ini berakhir kamu bisa banting setir jadi artis sinetron.""Jangan berbicara yang macam-macam!"Zah terkekeh. "Jenna menung
Flashback On"Wah, lelaki itu benar-benar tahu cara membuatmu marah ya."Valen yang terlentang di atas lantai dingin memandangi kerlipan bintang di langit dengan napas yang naik turun setelah mendapatkan tendangan dan hantaman bertubi-tubi dari anak buah Keenan menoleh dan menemukan Zafier sudah duduk di kursi yang tadinya di dudukin Lea. Terlihat membuka sebotol wine dan menuangkannya ke gelas, mengaduknya perlahan dan menyesapnya dengan penuh nikmat seraya menyilangkan kaki. Tidak terganggu sama sekali dengan keadaan Valen Ackerman yang babak belur."Sial!!!" Umpat Valen. "Lelaki itu berani-beraninya mencium kekasihku!!" geramnya. Duduk dengan gusar seraya mengepalkan tangannya erat. "Aku berharap bisa membunuhnya tadi!!"Amarah itu masih menguasainya. Hanya karena skenario gila Zaf mereka harus melakukan ini dan Valen tidak bisa menarik paksa Lea menjauh saat Keenan membawanya pergi. Terlebih lagi saat lelaki itu memaksa Lea untuk menciumnya. Amarah mendidihnya sudah sampai di kep
Flashback On"Tunggu sebentar. Biarkan aku menarik napas dulu."Valen tersenyum sopan saat melihat Fiola, Mama Lea yang duduk di depannya bersama dengan Tn. Chou terlihat seperti shock. Beliau mengelus dadanya dengan pelan dan menyandarkan kepalanya di bahu suaminya."Kamu lebay banget." Fiola langsung memukul bahu Suaminya yang terkekeh."Bagaimana aku tidak kaget saat mendengar semua kebenaran tentang Azalea. Aku sama sekali tidak menyangka kalau lelaki itu begitu berbahaya. Pantas saja Lea penuh rahasia seperti itu." Fiola menggelengkan kepalanya seraya menepuk wajahnya dengan tangan. "Astaga, jangan sampai dia menjadi menantuku."Papa Lea tertawa mendengarnya sementara Valen hanya diam memperhatikan sambil tersenyum. Kedatangannya tadi memang sempat membuat kedua orang tua Lea kaget. kemunculan Valen Ackerman sendirian di depan pintu rumah mereka sontak saja membuat kehebohan terutama Fiola meski wanita paruh baya itu nampak lega saat melihatnya."Kami harus bersandiwara. Saya dan
"Selamat malam semuanya."Efraim yang tampil gagah dalam balutan jas malamnya berdiri dari tempat duduknya di salah satu meja bundar di antara anggota keluarganya yang lain seraya memegang segelas sampanye di tangannya. Otomatis semua yang hadir di dalam restoran yang sudah di desain cantik dengan hiasan pernikahan terutama bunga-bungaan segar yang menjadi tempat makan malam keluarga setelah pemberkataan tadi sore langsung mendapat perhatian. Begitu juga Valen dan Lea yang menjadi raja dan ratu yang duduk berdua di area paling depan."Terimakasih banyak," katanya saat semua menatapnya. Efraim menatap adiknya -dan suaminya yang tersenyum melihatnya. "Sejujurnya, pernikahan adikku tercinta ini begitu membuatku terkejut. Saat sedang asik makan siang bersama calon pacar, Adik ipar tiba-tiba datang dan menodongku untuk membantunya membawa Lea ke depan Altar." Semua yang ada di sana tertawa mendengarnya. Valen yang menjadi oknum tersangkanya ikut tertawa seraya mengangkat gelas sampanye di
“Bagaimana kabarnya pengantin baru?”Pertanyaan itu membuat Lea tersenyum dengan tatapan mata berbinar memandangi kota Paris dari ketinggian. Gemerlap lampu di seluruh penjuru kota yang bisa dia saksikan meski rasa dingin mulai menyergap kulit tidak menyurutkan semangatnya sama sekali. Sudah lama sekali Lea ingin berada di tempat di mana dia berada saat ini, di puncak menara menjadi satu dengan keindahan Eiffel yang menjadi pusat dari kota Paris. “Dunia terlihat lebih menganggumkan. Sempurna.”“Oh Tuhan!!!” Sky memekik tertahan. “Kamu membuatku iri. Jangan lakukan itu padaku!”“Hei, aku hanya menjawab pertanyaanmu tadi. Memangnya apa yang salah?”Sky terdengar menghembuskan napasnya frustasi. “Yang salah hanyalah, aku belum bisa melihat dunia seperti yang kamu katakan tadi.”Gantian Lea yang menghela napas. “Tunggu giliranmu sayang. Maybe, dia masih berada di belahan bumi lain dan sedang menuju ke arahmu. Bersiaplah.”“Andai dia bisa cepat sedikit,” kekeh Sky membuat Lea tertawa. “Ak