Beranda / Romansa / SIMBIOSIS / 59. Cincin pernikahan

Share

59. Cincin pernikahan

Penulis: Fit
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-04 08:43:29

Sedih, marah, dan gelisah. Kata-kata itu sangat cocok untuk menggambar perasaan Eva saat ini. Ia benar-benar tidak menyangka kalau pertemuan mereka saat itu malah berujung mempercepat perceraian seperti ini. Padahal ia yakin selama pertemuan itu, tidak melakukan kesalahan. Ia ingin menanyakannya pada Andra, tentang alasan sebenarnya mengapa pria itu ingin sekali berpisah dengannya. Tapi ia sudah tidak bisa main-main dengan pekerjaannya kalau tidak mau dipecat. Eva memijat pelipisnya, pusing sudah mulai menyerangnya. Tiba-tiba sebuah tangan ikut memijat pelipisnya dari belakang. Eva sama sekali tidak menepis tangan itu, karena cukup membantunya mereda pusing.

"Apa yang membuat Eva ini terlihat sangat pusing?" tanya Ina.

Eva menoleh sekilas dengan senyumnya. "Kehabisan uang, Bunda."

Ina langsung melebarkan kedua matanya saat Eva memanggilnya dengan sebutan bunda. Ia memukul bahu Eva cukup keras hingga membuat sahabatnya itu meringis. Eva membentuk jarinya membentu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SIMBIOSIS   60. Moodboster

    Langit jingga perlahan mulai meredup, Eva masih tetap duduk di tempatnya. Ia memandangi kue berwarna kuning yang ada di mejanya. Andra yang memesankan kue itu padanya. Rupanya pria itu melihat Eva dan Robi kemarin. Katanya, Andra sudah memiliki alasan yang cukup untuk berpisah dengannya. Entah mengapa ia benar-benar merasa bersalah, padahal ia sama sekali tidak melakukan sesuatu yang aneh dengan Robi. Kemarin ia hanya makan kue pemberian pria itu.Eva menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Ia menarik napas dalam berulang kali untuk meredakan rasa sakit di hatinya. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang berhenti di dekatnya. Eva mengangkat kepalanya, lalu ia melihat Robi dengan senyum lebarnya. Pria itu langsung menempati kursi kosong yang semula ditempati oleh Andra. Padahal Eva belum memberi izin untuknya. Ia meletakkan tisu di meja sambil tersenyum. Eva mengernyitkan dahinya, ia menatap Robi dengan bingung."Apa maksud kamu selama ini? Kenapa kamu dekatin saya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-05
  • SIMBIOSIS   61. Masa lalu

    Ruri yang melihat kepergian Eva yang begitu tergesa-gesa jadi curiga. Ia pamit pada Linda untuk mengambil sesuatu di mobil. Linda yang tidak menaruh curiga pada tamunya itu pun mengiyakan saja. Ruri berjalan cepat menuju ke gerbang, sesekali ia menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya. Setelah benar-benar aman, ia mengendap-endap dan mengintip keluar melalui celah gerbang. Ia melihat Eva yang memunggunginya, lalu di sampingnya ada seorang pria yang tengah tersenyum begitu manis. Ruri mengernyitkan dahinya, ia yakin kalau pria itu yang memicu perceraian Andra dan Eva. Walaupun mereka memang menikah kontrak, tapi Andra tidak mungkin meminta agar perceraian mereka dipercepat seperti itu.Tiba-tiba pintu gerbang itu dibuka oleh Eva. Ruri dan Eva sama-sama terkejut, begitu juga dengan Robi. Mereka terjebak dalam diam beberapa saat, mereka hanya bisa saling memandang dengan bingung. Robi yang mengira kalau Ruri itu ibunya Eva langsung menjabat tangan wanita

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-05
  • SIMBIOSIS   62. Resmi bercerai

    Dua minggu setelah pertemuan dadakan antara orang tua Andra dan Eva, akhirnya mereka dipertemukan lagi di pintu keluar pengadilan. Andra menatap Eva yang berdiri di sampingnya. Ia tidak menyangka hari ini akan tiba, padahal beberapa minggu yang lalu semuanya baik-baik saja. Eva menatap sekilas ke arah Andra, lalu tersenyum tipis. Kedua orang tua Andra terlihat menatapnya dengan sinis. Mungkin karena ucapannya terakhir kali yang memicu dendam wanita tersebut. Apalagi sekarang ia sudah bercerai dengan Andra, sudah tidak ada lagi alasan bagi Ruri untuk menjaga sikapnya. Mungkin wanita itu akan lebih sering menunjukkan wajahnya yang asli.Linda menepuk bahu Eva dari belakang. Ia mengisyaratkan untuk melanjutkan perjalanan. Eva mengangguk, ia menatap Andra terlebih dahulu. Lalu ia pamit pulang terlebih dahulu. Andra hanya menanggapinya dengan senyuman. Sebelum masuk ke dalam mobil, Eva kembali memutar tubuhnya. Ia menatap Andra dan kedua orang tuanya secara bergantian. Walau hanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • SIMBIOSIS   63. Dampak dari perceraian

    Sepulangnya Eva dari restoran itu, ia langsung masuk ke kamarnya. Ia tidak berpikir untuk pergi bekerja, padahal masih ada waktu tiga jam lagi sebelum pulang. Pasti besok Ina dam Vira akan memakannya, karena pekerjaannya yang banyak itu terbengkalai. Soalnya, kalau dalam satu tim ada yang tidak menyelesaikan pekerjaan, maka tidak ada jatah libur pada hari sabtu. Tim itu akan dipaksa untuk masuk di hari sabtu, bahkan lembur agar bisa libur di hari minggu. Kejam? Tidak, itu memang sudah kesepatakatan dari awal masuk ke perusahaan tersebut. Jika memilih masuk, artinya sudah menyetujui kesepakatan itu. Sialnya, Eva memilih untuk masuk dan menyetujuinya. Ia cukup tergoda dengan gaji yang banyak. Saat itu ia baru saja lulus dari sebuah universitas yang tidak ternama, sangat sulit untuknya mendapatkan pekerjaan. Lalu datanglah sebuah lowongan pekerjaan di tempat yang sampai saat ini masih menjadi tempatnya bekerja. Ia yang saat itu sangat membutuhkan pekerjaan, tanpa pikir panjang langsung

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • SIMBIOSIS   64. Mimpi Andra (21+)

    Andra pulang ke apartemennya pada malam hari. Ia yang sangat frustasi itu menghabiskan waktunya di dalam club malam. Ia tidak peduli jika ada muridnya atau teman kerjanya yang melihat. Saat ini ia hanya ingin melupakan beban perasaan yang ada di hatinya. Ia tersenyum lebar dengan langkah sempoyongannya ke arah kamar. Saat membuka pintu kamar, ia menghentikan langkahnya. Kedua mata sayupnya itu mengerjap beberapa kali. Ia melihat Eva yang tengah duduk di tepi kasur, wanita itu menatapnya dengan wajah sedih. Andra mengucek matanya dengan kedua tangan. Tapi Eva masih tetap ada di sana."Apa ini pengaruh alkohol?" tanya Andra pada dirinya sendiri.Andra berjalan maju, perlahan ia mendekati Eva yang masih duduk di tempatnya. Ia meletakkan tangannya di bahu Eva, ia bisa menyentuhnya. Andra tersenyum lebar lalu memeluk tubuh mantan istrinya tersebut. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan wanita itu saat ini. Ia benar-benar tidak bisa menahan rasa rindunya. Ia benar-benar keh

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • SIMBIOSIS   65. Cuek

    Eva dan kedua sahabatnya berkeliling kota Jakarta cukup lama. Mereka mengunjungi semua tempat yang belum pernah mereka datangi. Tibalah saatnya pulang karena matahari sudah hampir terbenam. Sebelum pulang, Ina mengusulkan untuk makan terlebih dahulu. Lalu Eva merekomendasikan restoran yang menjadi tempat favoritnya, tidak lain restoran milik Robi. Kedua sahabatnya yang pernah beberapa kali ke sana pun menyetujuinya. Mereka langsung tancap gas ke tempat tersebut. Sebelum tiba di sana, Eva mengirim pesan singkat pada Robi. Ia memberitahukan pria itu bahwa ia sedang menuju ke sana. Jika dilihat dari balasannya, Robi terlihat sangat senang. Ia bahkan mengatakan akan mengosongkan satu meja untuk Eva dan kedua sahabatnya. Ia juga akan memberikan hidangan spesial untuk mereka. Robi benar-benar menanti kedatangan mereka. Tanpa terasa, mereka sudah tiba di depan restoran tersebut. Eva dan Vira langsung menghambur keluar. Sedangkan Ina memarkir mobilnya terlebih dahulu. Saat b

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • SIMBIOSIS   66. Cinta Segitiga

    Malam ini Andra memutuskan untuk mendatangi rumah Eva. Ia tidak tahu apa ia bisa kembali dalam keadaan bernyawa atau tidak. Kini yang ada dipikirannya, ia ingin bicara dengan Eva. Ia ingin tetap memiliki hubungan yang baik-baik saja dengan wanita itu. Meskipun mereka sudah bercerai, setidaknya mereka bisa kembali berteman. Ya, walaupun sempat ada niat untuk menjadi lebih dari teman. Entah mengapa rasanya Andra tidak bisa melepas wanita itu begitu saja. Ia merasa sangat marah saat wanita itu dekat dengan pria lain. Padahal sekarang statusnya bukanlah orang yang bisa melarang wanita itu dekat dengan orang lain. Ia sudah menjadi orang lain bagi Eva. Tapi tidak bagi Andra, wanita itu bukanlah orang lain. Wanita itu masih tetap memiliki ruang di hatinya. Bodohnya ia yang terlalu mendahulukan ego dibanding perasaannya.Andra tiba di depan gerbang kompleks rumah Eva. Dari kejauhan, ia melihat sebuah mobil Honda Jazz berwarna hitam terparkir di depan gerbang rumah wanita itu. Perlaha

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-08
  • SIMBIOSIS   67. Perusak hubungan

    Usai pertemuannya dengan Andra di tengah hujan, kini hubungan mereka sedikit membaik. Eva sudah mau sedikit demi sedikit menjalin perbincangan dengan pria itu. Walau sesekali ia mengabaikan pesan dari Andra, tapi nampaknya itu tidak terlalu berdampak pada kedekatan mereka. Seminggu ini, Andra dan Eva sudah bertemu di luar lingkungan rumah beberapa kali. Tentu saja mereka tidak berdua, karena selalu ada Robi yang mengantarnya. Entah mengapa Robi juga semakin melekat dengannya. Ia selalu meminta Eva agar menghubunginya jika ingin pergi ke mana-mana. Ia tidak pernah membiarkan wanita itu pergi seorang diri untuk menemui Andra.Misalnya seperti sekarang. Eva berjalan dengan diapit oleh dua pria tersebut. Padahal ia sudah bilang untuk jalan beriringan saja. Tapi kedua pria itu nampaknya tidak mau menurut. Mereka malah membuat Eva berada dalam posisi terhimpit seperti ini. Berulang kali ia melihat tatapan aneh yang dilontarkan oleh orang yang mereka lintasi. Eva benar-benar merasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-10

Bab terbaru

  • SIMBIOSIS   94. Lamaran

    Eva memandang hasil lukisan pertamanya di atas kanvas yang ukurannya terbilang cukup besar tersebut. Ia sudah tiba di galeri sebelum matahari terbit, ia sengaja memilih tempat yang strategis agar Andra bisa melihatnya saat masuk. Walaupun membayar mahal untuk mendapat tempat itu, ia merelakan uangnya. Eva mengambil ponsel di sakunya, ia menghidupkan layar ponsel untuk melihat jam. Ternyata satu jam lagi pameran akan segera di buka. Eva segera menghubungi Robi yang belum juga datang. Selain itu, ia juga menghubungi Ina, Vira, dan Erfan yang ikut andil dalam menjalankan rencananya hari ini. Mereka sempat ragu, tapi saat melihat wajah Eva yang begitu semangat, akhirnya mereka mengalah."Gue udah di depan nih, Va!" kata Ina melalui pesan suara.Eva mendekatkan ponsel ke bibirnya. "Gue keluar ya. Jangan ke mana-mana."Setelah itu Eva langsung berlari keluar dari galeri. Benar saja, sosok Ina sudah ada di luar tengah menyandar di mobilnya. Ia melambaikan sebelah tanga

  • SIMBIOSIS   93. Seribu kupu-kupu

    Setelah perbincangannya dengan Eva, kini Robi merasa pikirannya sudah lebih ringan dari sebelumnya. Ia bisa tertawa lepas, bukan lagi tertawa yang seolah ditahan. Robi mengulurkan sebelah tangannya pada Eva."Mari kita berteman sekarang, Kak," kata Robi.Eva mengernyitkan dahinya, walau begitu ia tetap membalas uluran tangan tersebut. "Kak?"Robi mengangguk cepat. "Aku jauh lebih muda dari kamu loh.""Serius?" tanya Eva dengan terkejut.Robi mengangguk lagi, kali ini dengan senyum lebarnya. Eva tidak bisa lagi menahan senyumnya. Untuk pertama kalinya ada yang memanggilnya dengan sebutan seperti ini. Robi melirik jam yang melingkar di tangannya. Ternyata sudah lebih dari tiga jam ia berada di sana. Tiba-tiba ia terpikirkan sesuatu."Kak, apa kamu sudah benar-benar melupakan Kak Andra?" tanya Robi."Saya—""Aku, Kak. Jangan pakai saya," kata Robi lagi. "Jangan terlalu formal."Eva tertawa, sebenarnya ia tidak pernah

  • SIMBIOSIS   92. Pengakuan

    "Gila aja lo, Ndra!"Andra hanya tertawa, ia menatap lurus ke arah Fadil. Ia sama sekali tidak memberitahukan Fadil kalau ia menghapus ceritanya karena ingin menghilang dari Eva. Ia merasa benar-benar sangat kecil saat mengetahui seberapa tidak berguna dirinya. Bahkan papanya sampai mengadopsi anak agar ada yang bisa meneruskan usahanya. Andra merebahkan tubuhnya di kasur, tidak peduli dengan Fadil yang melotot ke arahnya."Itu kan satu-satunya karya lo yang lagi booming," kata Fadil sambil mengacak rambutnya. Ia terlihat sangat frustasi.Andra hanya menjawabnya dengan dehaman pelan. Seandainya ia tidak datang kemarin, apa hidupnya akan tetap tenang seperti sebelumnya? Ia akan tetap seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Andra menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia berharap kalau semua yang ia rasakan selama ini hanya mimpi. Sangat berat rasanya setiap mengingat apa yang terjadi saat ini. Bagaimana bisa orang yang merupakan adik tirinya itu berusaha untu

  • SIMBIOSIS   91. Rindu

    Andra memandangi layar ponselnya dengan mata berkaca-kaca. Setibanya di rumah, tubuhnya terperosok jatuh ke lantai, kedua lututnya seakan tak mampu untuk menopang tubuhnya. Andra memejamkan kedua matanya, kepalanya menyandar di tembok. Lagi-lagi kilasan tentang pertemuannya dengan papanya itu memasuki ingatannya. Ia meletakkan ponselnya di lantai, kedua tangannya menjambak rambutnya sendiri. Seolah ia ingin menyingkirkan isi kepalanya yang berkaitan dengan papanya dan Robi.Flashback on."Kamu dengar papa kan, Ndra?" tanya Bambang.Andra tidak mampu mengeluarkan jawaban apa pun selain tertawa. Ia sendiri tidak tahu apa yang ditertawakannya saat ini. Apakah ia tertawa karena Robi yang selama ini berusaha merebut Eva adalah adik tirinya? Atau karena ia baru tahu kalau papanya itu menganggapnya sebagai anak yang tidak bisa diandalkan?Andra menoleh ke arah Robi, pria itu masih menundukkan kepalanya. Ia tidak bisa menyalahkan Robi, karena setiap anak yang tin

  • SIMBIOSIS   90. Adik

    Andra tiba di depan kantor papanya setelah menempuh perjalanan lebih dari 40 menit. Perjalanannya ke kantor papanya itu memang tidak terlalu jauh, tapi kalau naik angkutan umum, tentu saja akan memakan waktu lama, terutama karena akses jalannya yang terbilang ramai. Ia mempercepat langkahnya, mencoba untuk mempersingkat waktu sebelum sesuatu yang besar itu dimulai. Bertepatan saat dirinya tiba di pintu utama, lift langsung tertutup. Andra mendecak pelan, mau tidak mau ia harus lewat tangga darurat agar tidak terlalu lama menunggu lift.Andra berlari, seolah ia sudah menghafal tinggi setiap anak tangga. Satu per satu lantai berhasil ia lewati. Kini ia sudah berada di lantai lima, tersisa lima lantai lagi untuk tiba di ruangan papanya. Cukup melelahkan hingga membuatnya harus berhenti sejenak untuk memulihkan staminanya.Tiga menit rasanya sudah cukup untuk membuat tenaganya pulih kembali. Ia segera melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga yang entah berapa ratus jumla

  • SIMBIOSIS   89. Sebuah kenyataan

    Robi semakin curiga saat melihat bab yang baru dikirim oleh penulis cerita berjudul Kupu-Kupu tersebut. Ia tersenyum miring, saat membaca kedatangan seorang tokoh baru bernama Roni. Mungkinkah itu dirinya? Jika dilihat dari profesinya yang merupakan pemilik restoran terkenal, itu pasti dirinya. Robi membaca bagian terbaru dari cerita itu dengan cermat tanpa melewatkan satu kata pun. Ia sempat kesal saat digambarkan sebagai karakter yang seolah merebut istri orang lain. Tapi mau bagaimana lagi, kekuasaan digenggam penuh oleh penulisnya. Ia bisa saja berkomentar, tapi itu tidak akan menghentikan penulis membuatnya menjadi karakter yang jahat."Andra atau Eva ya?" tanyanya pada diri sendiri.Robi melanjutkan kegiatannya. Untung saja saat ini tidak ada keluhan di restoran pusat atau pun cabang. Jadi ia bisa beristirahat di ruangannya dengan nyaman. Ia mengernyitkan dahinya saat tiba-tiba membaca bagian yang terasa tidak asing.Tokoh wanita itu mengalami hilang ingat

  • SIMBIOSIS   88. Curiga

    Eva hampir saja memuntahkan makanan yang baru masuk ke mulutnya. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi saat melihat balasan yang dikirim oleh penulis favoritnya tersebut. Walaupun ia tidak tahu penulis itu laki-laki atau perempuan, namun kalau dilihat dari ketikannya, Eva yakin seribu persen kalau penulis itu pasti laki-laki. Ia bisa merasakan sisi buaya darat lewat ketikan tersebut. Vira dan Ina yang sedari sibuk makan, langsung mengalihkan tatapannya ke Eva. Mereka nampak curiga karena sahabatnya itu. Mereka saling pandang, lalu tersenyum dengan mencurigakan.Eva yang merasa dilihat seperti itu, langsung menyembunyikan ponselnya ke dalam saku celananya. Ia harus bersikap senatural mungkin agar tidak dicurigai oleh kedua sahabatnya tersebut. Ia kembali memakan makanan yang ada di hadapannya. Walau dengan pikiran yang tidak tenang, ia berusaha keras menyembunyikannya."Gimana, Va? Sudah dibalas?" tanya Ina, pandangannya masih fokus pada makanannya."Hah? Balasan ap

  • SIMBIOSIS   87. Bertukar pesan

    "Va, lo kesurupan ya?"Eva menggelengkan kepalanya. Kedua matanya menatap layar ponsel dengan sangat serius. Tangannya bergerak menggeser layar ponselnya secara perlahan. Ia benar-benar panik saat melihat sebuah pesan dari aplikasi bacanya tersebut. Ia takut kalau komentarnya menyakiti penulis cerita yang belakangan ini menjadi favoritnya. Ina yang baru datang, langsung terkejut saat melihat wajah Eva yang sudah ditekuk. Ia segera menghampiri temannya tersebut, lalu mengusap wajah temannya dengan telapak tangan."Sadar, Va!" kata Ina.Eva langsung menepis tangan Ina dari wajahnya. Ina terkekeh, lalu pergi menuju tempat duduknya. Eva terlihat kesal, namun sedetik kemudian ia kembali fokus pada ponselnya. Eva menggigit bibir bawahnya, haruskah ia membalas pesan tersebut? Vira yang kebingungan melihat tingkah Eva, langsung menyambar ponselnya. Seketika ia tidak bisa bergerak, tubuhnya langsung mematung. Ia benar-benar terkejut saat melihat penulis cerita yang sedan

  • SIMBIOSIS   86. Debat

    Pekerjaan Eva hari ini selesai lebih cepat dari biasanya. Ia merebahkan kepalanya di meja kerja. Wajahnya mengarah ke meja Vira. Sahabatnya itu terlihat tengah sibuk menatap layar ponselnya. Raut wajahnya seringkali berubah-ubah. Eva bisa melihat wajah sedih, senang, dan bahkan ia terlihat kesal. Eva yang mengira Vira tengah menonton film itu langsung menghampirinya. Kebiasaan Vira memang melalaikan pekerjaannya. Seakan ia tidak peduli kalau suatu saat ia bisa saja ditendang dari tempat tersebut.Eva menarik ponsel dari tangan Vira. Ia langsung melihat apa yang ada di layar ponsel tersebut. Dahinya berkerut, ia hanya melihat deretan tulisan yang sama sekali tidak menarik. Ia menyerahkan kembali ponsel itu pada Vira. Ia menghela napasnya, langkah kakinya kembali ke meja kerjanya. Vira yang melihat wajah lesuh Eva langsung menarik kursinya menuju ke meja kerja Eva. Ia menyodorkan ponselnya ke depan wajah Eva."Coba baca deh!" kata Vira.Eva menatap malas kumpulan

DMCA.com Protection Status