Jantung Lyra menghentak seperti irama disco. Pernyataan cinta dari mantan suaminya membuat berdebar hingga ingin pingsan. “Ka-kamu ... kamu apa?”Rex menggenggam jemari Lyra lebih erat. “Aku dulu tidak memiliki rasa apa pun denganmu, hanya kebencian. Tapi, sepertinya aku dulu memang orang bodoh yang buta.”“Aku sekarang jatuh cinta kepadamu, Lyra ....”Pengakuan yang nampak sangat tulus dari mata seorang lelaki bernama Rexanda Adiwangsa. Di mana beberapa bulan lalu, sorot itu hanya terus memandang dengan kebencian.Wanita berambut panjang menatap dengan tak percaya. “Kamu jatuh cinta kepadaku? Kenapa bisa jatuh cinta kepadaku?”Tawa Rex pelan terdengar. “Ya, aku juga tidak tahu. Mungkin karena kamu begitu baik kepadaku? Di saat semua meninggalkan aku, tidak peduli karena aku cacat, kamu justru tetap bertahan.”Jemari pemuda itu membelai pipi Lyra dengan perlahan, lembut. “Kamu tetap baik meski aku telah berbuat sangat jahat kepadamu. Karena itu ... aku ....”“Berawal dari rasa keterga
Akhirnya pertanyaan yang ditahan selama ini meluncur juga dari bibir pemuda tampan tersebut. Wajah yang biasa dingin, datar, dan ketus berubah menjadi lembut dengan mata berbinar penuh harap.“Ru-rujuk?” gugup Ghea merasa sulit untuk bernapas normal. Semua ini diluar dugaan. Mulai dari pengakuan cinta mereka berdua hingga terucapnya kata-kata sakral tersebut. Rex mengangguk, “Masih sisa empat hari sebelum waktunya habis,” seringainya memamerkan deretan gigi putih nan rapi. “Jadi suami istri lagi, yuk?”Ajakan terakhir diucap dengan nada merajuk yang manja, ditambah dengan rengkuhan lebih erat di jemari lentik. Diakhiri dengan kecupan mesra di punggung tangan. “Aku ingin kamu jadi istriku lagi. Mau, ya?”Lyra mengembus napas dengan terengah. Saking gugupnya hingga pundak naik turun secara cepat. Mata menatap kian lekat pada lelaki di depan. “Kamu serius, Mas?” engahnya masih ragu.“Tentu saja serius. Kenapa kamu tidak percaya?” angguk Rex.“Iya ... uhm ... karena kamu ... aku hanya he
Lyra merasa kepala penuh dengan teriakannya sendiri. Belum siap untuk kemesraan yang menjelang, tetapi Rex seakan sudah tidak sabar untuk melakukan lebih dari yang namanya sekedar mantan suami dan istri.Berteriak bingung di dalam hati, matanya terbelalak lebar ketika ....Akhirnya bibir Rexanda menyentuh. Terasa lembut, hangat, dan mendebarkan. Embusan napas suaminya tersebut menerpa mulai dari kening hingga ke hidung.Mata Lyra pertamanya masih terbuka lebar pada detik-detik pertama bibir mereka bertemu. Ia bisa melihat bagaimana mata Rex terpejam ketika mencium.Namun, perlahan, dalam tiap pagutan yang dilakukan oleh lelaki tampan itu, menutup pula mata sang wanita. Membiarkan dirinya luruh dalam sentuhan, dalam cumbuan, dan dalam keintiman yang dilakukan sang suami. Ada dua hati yang sedang berdebar luar biasa. Gelitik manja di dalam perut, yang di sebut oleh orang luar sebagai “butterfly in my stomach.” Seakan ada kupu-kupu beterbangan di dalam perut, membuat sensasi aneh yang k
“B-ber ... bercin-cin ... apa, Mas?” Lyra sontak pucat pasi mendengar ucapan lelaki yang baru saja menjadi suaminya kembali. Napas memburu meski terasa sesak di tenggorokan.Rex semakin bersemangat menggoda wanita polos itu. “Bercinta, Sayang ... itu, tuh ... malam pertama suami dan istri di atas ranjang, seperti kita sekarang.”“Hah ...? A-aku ... aku ....” Lyra menggeleng, mengulum bibir, telapak tangan makin menjadi dingin.Terkekeh, memang pemuda itu suka menyiksa istrinya dengan godaan sensual, “Kamu kenapa? Mau malam pertama denganku? Ya, aku juga mau, kok. Yuk, kita ... ehm ...,” senyum lelaki tampan beralis tebal dan bertulang pipi tinggi makin lancar menjadikan hati istrinya bagai dihantam meriam.“Tapi ..., aku kan masih belum bisa push up sempurna, jadi ... sepertinya akan lebih baik kamu di atas.”“D-di ... di ... di mana?” Lyra ingin kabur dari kamar saja rasanya.“Di atas,” jelas Rex menahan tawa. “Tidak tahu, ya?”Menggeleng lemas, “Tidak tahu ....”Akhirnya, Tuan Muda
Ajeng bukannya bahagia seperti Harlan, tetapi ia justru memekik seakan sebuah bencana baru saja terjadi. “Kenapa Rex bisa menikah lagi dengan Lyra!”Harlan menghela lirih, istrinya ini hingga sekarang tidak berubah sikapnya. Masih saja menganggap Lyra sebagai seseorang yang tidak ada harganya.“Mereka sudah rujuk. Rex dan Lyra saling mencintai sekarang. Aku senang sekali mendengarnya!” tukas Harlan tetap tersenyum dan menyenderkan punggung dengan lega.Ia ambil segelas teh dari atas meja, menenggak beberapa kali, lalu menatap serius pada Ajeng. “Sekitar dua minggu lagi mereka kembali ke Jakarta. Lyra akan tinggal bersama kita.”Ajeng melengos, yang tadinya hendak mengambil makan diurungkan. Mendadak nafsu makannya hilang begitu saja.“Aku mau kamu dan Eva tidak lagi memperlakukan dia dengan buruk. Dia istrinya Rex yang sah, dan anak kita mencintainya.”“Lyra orang yang baik. Lihatlah, saat anak kita lumpuh, dia tidak meninggalkannya. Meski Rex sudah menyakiti dia secara luar biasa, t
Tuan Muda Adiwangsa menatap layar dengan gundah. Pertanyaan Marina membuat dada bergemuruh dengan berbagai emosi campur aduk. Berkali-kali mengetik, tetapi ia hapus lagi. Terus begitu hingga akhirnya memberi jawaban yang dirasa paling pas.Rex [Aku sibuk, tidak ada waktu untuk bertemu.]Marina [Apa iya sibuk tiap hari? Aku cuma minta bertemu sebentar saja. Sekadar mengobrol santai. Tidak masalah, bukan?]Rex [Sudah, ya. Aku mau istirahat.]Lalu, ia menutup layar ponsel, dan meletakkan di meja sebelah ranjang. Bersamaan dengan istrinya keluar dari kamar mandi. “Nah, sini, cepat ke sampingku. Aku kangen,” senyumnya merentangkan tangan, ingin agar Lyra segera hadir di pelukan. Saat mereka sudah bersama, lengan Rex memeluk erat, sembari mengecup kening sang istri. “Tidur saja denganku. Besok baru beres-beres. Terapiku masih dimulai dua hari lagi di rumah sakit. Kita santai dulu melepas lelah.”“Oke, Mas,” angguk Lyra membalas dengan satu kecupan di pipi sang suami. “Kok cuma cium pipi?
Betapa terkejutnya Lyra saat melihat suaminya sedang dipeluk oleh ... mantan.Rexanda terbelalak, spontan mendorong Marina hingga terlepaslah pelukan dari tangan lembut itu. Saking kerasnya ia mendorong, foto model seksi itu sampai terjerembab di atas lantai. “Aduh!” pekik Marina ketika bokong sintalnya menghentak lantai. Ajeng langsung berlari dan membantu Marina berdiri. “Aduh, maafkan Rex, ya. Dia cuma kaget saja.”“I-iya, tidak apa, Tante,” angguk Marina sembari merapikan rok mininya. Lyra berjalan dengan kedua tangan memegang kantung belanjaan berisi banyak juice buah yang dibeli di bawah. Ia meletakkan minuman itu di atas kursi, kemudian mendekati suaminya dengan sorot bertanya. Rex menggeleng, memberi jawaban bahwa dia pun bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka hanya saling pandang dan dada pemuda tersebut kembang kempis. Melirik pada Marina, tatap Lyra memperlihatkan keberatan dengan apa yang baru saja wanita itu lakukan. Namun, ia enggan memaki atau berkata ka
BAB 62 Perlengkapan HoneymoonVisual tokoh bisa dilihat di IG Author @Rein_Angg, Tiktok @rein_angg47. Mau menghalu bareng pembaca lain, silakan join Grup Facebook: Rein Angg And Friends “Kita pindah rumah? Kamu serius, Mas? Tapi ... apa Papa dan Mama akan setuju? Ini sebuah hal yang besar, lho. Aku khawatir mereka tersinggung?” Lyra tertegun dengan usul tersebut. Bukannya dia tidak mau, tetapi justru khawatir menimbulkan perselisihan di antara keluarga Adiwangsa. “Aku akan rundingkan dengan Papa. Selama Papa mendukung, kita tenang saja,” senyum sang pemuda memandangi istrinya dengan teduh. “Pokoknya, aku tidak mau kita diganggu terus menerus. Aku tidak mau kamu disakiti lagi.”Lyra menghela, “Ya, sudah. Aku bagaimana baiknya menurutmu saja, Mas. Apa pun itu, aku percayakan kepadamu.”Rex mengangguk, memeluk lebih erat sembari mulai mengistirahatkan tubuh di atas pembaringan bersama sang istri. Keduanya saling bertatapan, bertukar senyum. “Lyra,” panggilnya sendu.“Ya?”“Kamu sejak
“Apa-apaan! Kalian apa sudah gila menuduhku begitu!” bentak Marina dengan dada kembang kempis dan wajah yang mulai memucat. Dua polisi tetap tenang dan hanya tersenyum datar. “Anda baru saja melakukan pemerasan terhadap Tuan Rexanda Adiwanga. Semua bukti percakapan telah direkam, dan bukti pengiriman uang telah dilakukan oleh beliau.”“Oleh beliau? Beliau siapa?” engah Marina menggeleng. “Ini sebuah kesalahan! Aku tidak melakukan apa pun!”“Itu, pria yang ada di depan restoran yang telah melaporkan kasus ini kepada kami sejak tadi malam.”Dua lelaki bertubuh besar menggeser posisi mereka agar Marina bisa melihat siapa yang dimaksud. Mata wanita licik itu tebelalak saat memandang siapa yang ada di depan pintu restoran.Rexanda berdiri di sana, merangkul Lyra dengan mesra. Keduanya menatap ke arah Marina sambil tersenyum puas. Kali ini, tidak akan ada lagi yang mengganggu rumah tangga mereka. “Selamat menikmati penjara sampai beberapa tahun ke depan!” seru Rex sambil memberikan kiss b
“Pilihan apa yang kamu punya, hah? Mau hamil seorang diri? Mumpung kehamilanmu masih di awal, lebih baik punya suami supaya tidak malu!” bentak Harlan. “Kamu punya calon lebih baik?”Rex menghela panjang, “Sudahlah, Eva. Terima saja, kamu tidak ada pilihan lain. Kalau mencari lelaki yang sederajat dengan kita, mana ada yang mau?”Gadis itu menangis tersedu sembari menangkup wajahnya. Ia kembali didera perasaan sedang dihukum. Dulu selalu menghina Lyra orang kampung. Sekarang, dirinya pun akan memiliki suami orang kampung. Harlan mengembus berat, penuh beban, “Sudah, itu adalah yang terbaik. Minggu depan mereka datang ke rumah dan kalian akan menikah secara sederhana. Kita akan mengatakan pada orang-orang karena Mama sedang sakit, maka tidak jadi mengadakan pesta.”“Apa Papa sudah berhasil menemukan Ichad?” isak Eva masih berharap kekasihnya yang akan menikahi dia.“Polisi masih mencarinya. Tapi, saat ditemukan pun, kata polisi bukti penipuan adalah lemah. Kamu dengan sengaja dan sada
“Kurang ajar! Wanita siala4n!” Rex memaki layar ponselnya sendiri. “Bisa-bisanya kamu mengancamku!”Dengan terengah, ia segera menelepon Marina. “Bangs4t kamu, ya!”Namun, yang dimaki hanya tertawa santai, “Kamu yang bangs4t, Rex! Kamu dulu janji mau menikahi aku saat mengambil keperawananku. Masih ingat, tidak?”“Waktu itu, saat kamu menelanjangiku, kamu bilang … aku mencintaimu, Marina. Aku akan menikahimu, aku berjani. Dan aku percaya, aku serahkan kesucianku padamu. Nyatanya apa? Dua tahun berlalu, kamu justru meniduri pembantu sialan itu!” desis foto model seksi itu tersenyum culas. Rex terengah, “Kalau sampai kamu sebar video itu, aku akan membuat perhitungan denganmu, brengs3k! Aku tidak akan tinggal diam!” “Silakan saja, silakan buat perhitungan denganku. Kamu pikir aku takut? Biar semua teman-teman kita, biar semua keluargamu melihat kita sedang sama-sama telanjang. Aku mau tahu, apa kamu dan istri kampungan tercinta masih bisa hidup nyaman setelah itu?” tawa Marina makin t
Mengurungkan niat untuk pergi ke restoran dan merayakan kehamilan Lyra, akhirnya justru mereka mengepak barang untuk kembali ke Jakarta. Kondisi Ajeng yang kritis membuat detak jantung Harlan dan Rex tidak bisa tenang.“Pak, Bu, maaf, karena kami harus segera kembali ke Jakarta siang ini juga. Nanti, saya akan kirim kontraktor kemari untuk memperbaiki rumah Bapak dan Ibu, ya,” pamit Rex sekaligus mengatakan itu semua saat mencium tangan kedua mertuanya.“Kontraktor untuk memperbaiki rumah? Tidak usah, Nak Rexanda. Bapak belum ada dananya. Lain kali saja, ya?” geleng Suripto menolak dengan gugup. “Saya yang menanggung biayanya. Bapak dan Ibu tenang saja dan tinggal menikmati rumah yang nanti lebih baik dari ini,” senyum Rex. Lyra yang ada di sebelahnya terbelalak, nyaris tak percaya.Ajeng menggeleng, “Aduh, jangan, Nak Rexanda. Nanti habisnya banyak. Sudah, yang penting Bapak dan Ibu titip Lyra saja. Perlakukan istrimu dengan baik dan penuh kasih sayang, itu sudah lebih dari cukup. K
Pagi yang berembun di kaki gunung, tempat Lyra tinggal selama beberapa hari ini. Seperti biasa, mereka semua sarapan pagi bersama. Namun, kali ini ada yang berbeda. “Hmmppp!” Lyra menutup mulutnya secara mendadak dan berlari ke kamar mandi. “Hmppff!” Suara muntah tertahan semakin intens terdengar.Narsih dan Suripto saling pandang, begitu juga Rex dan Harlan yang bertukar tatap dengan bingung. Tanpa disuruh, Tuan Muda Adiwangsa cepat berlari mengikuti langkah istrinya menuju kamar mandi. “Hoeeek! Hoeeek!”Lyra memuntahkan apa yang dia makan barusan. Rasa mual menghajarnya dengan cukup ekstrim pagi ini. Rexanda memasuki kamar mandi, membantu menyibak ke belakang rambut hitam tebal dan panjang milik sang istri.Lalu, ia bertanya, “Kamu masuk angin, Sayang?” Dengan khawatir memijit tengkuk wanita yang ia cintai.Lyra tidak menjawab, terus saja ia memuntahkan sarapan yang baru beberapa menit masuk ke dalam lambung. Suara terengah hebat terdengar dari bibirnya.“Panggil dokter, ya?” Rex
Tiga hari berlalu dan Lyra belum ada tanda-tanda akan luluh. Pagi keempat, saat sarapan bersama, wajah Rex terlihat pucat. Ia pun berkali-kali bersin dan berdehem. “Kamu sakit?” tanya Harlan melirik. “Cuma flu saja, Pa,” geleng Rex. “Tenggorokanku agak perih. Mungkin efek hawa dingin. Aku belum terbiasa.”“Di kamarmu ada AC yang selalu dipasang 18’, Mas. Apa iya kamu tidak tahan dingin?” sindir Lyra melirik dan tetap cemberut. Rex mengendikkan bahu, “Mungkin karena aku selalu tidur di lantai. Jadi, dinginnya lebih menusuk tulang.”“Nak Rex tidur di lantai? Ya, Tuhan! Lyra, kamu apa-apaan!” pekik Narsih terkejut. Lyra mendelik, menatap jengkel pada suaminya. Lalu, ia menoleh pada ibunya, “Kasur aku kan kecil, Bu. Mana muat dibuat tidur berdua? Jadi, ya, Mas Rex tidur di atas tikar.”Harlan terkikik, lalu menggeleng. ‘Sekarang kamu merasakan jadi orang susah, Rex!’“Tidak apa, Bu. Saya hanya flu biasa. Apa ada obat flu?” senyum Rex berusaha nampak sebagai menantu idaman yang tidak ba
Rex sangat terkejut dengan tepisan tangan Lyra yang menolak sentuhannya. Apalagi, sang istri mengatakan jijik dengan dirinya. Ia menggeleng pilu, “Maafkan aku, please?”“Tidak mau! Aku sudah sering memaafkan kamu sebelumnya! Sudah, kembali saja sana ke Jakarta! Aku tidak mau memaafkanmu!” desis Lyra menolak.“Aku memang bajing4an, aku bersalah sepenuhnya, Sayang. Tolong beri aku kesempatan sekali lagi? Aku janji akan berubah!”“Apanya berubah? Kamu janji tidak mau minum lagi, tidak mau mabuk lagi, tidak berhubungan dengan Marina lagi. Nyatanya apa? Semua itu kamu langgar! Kamu tidak bisa dipercaya!”“Iya, iya, aku memang brengs3k, aku tahu itu. Kamu boleh memakiku sepuasnya, tapi ... maafkan aku, ya?” rajuk Rex menampilkan wajah memelasnya. Lyra mendengkus, “Aku akan memaafkan kamu, kalau kamu kemari membawa surat cerai!”Rex terbelalak, lalu merengek, “Jangan begitu, Sayang. Kita tidak boleh sedikit-sedikit bercerai. Kalau rumah tangga ada masalah harus diselesaikan, bukan ditinggal
Mata Lyra sontak mendelik saat melihat ada kendaraan hitam berhenti di depan rumahnya. Siapa lagi yang naik mobil mendatangi rumah Bapak Suripto jika bukan seseorang dari kota? Kalau tetangga, biasanya naik sepeda atau sepeda motor.Yakin itu adalah sang suami yang datang, Lyra justru melompat turun dari kursi dan berlari sekencang mungkin menuju kamar sambil berteriak, “Aku tidak mau bertemu Mas Reeex! Suruh saja dia pulaaang!”Suripto dan Narsih saling lirik. Ada apa dengan putri mereka sampai sebegitunya? Namun, mereka hanya menggeleng dan menahan tawa melihat kelakuan Lyra.Pasangan suami istri itu kemudian berdiri dan segera keluar rumah, bersamaan dengan dua lelaki turun dari mobil. Dugaan mereka tidak salah karena itu sungguh adalah Harlan dan Rexanda yang datang. Ayah dan anak sedang menurunkan koper dari bagasi kendaraan.“Pak Suripto! Besanku tersayang! Apa kabar?” seru Harlan langsung menjabat dan memeluk ramah. Sedikit bergurau, memanggil besannya dengan kata tersayang. Ta
Rexanda sedang dalam perjalanan menuju bandara bersama ayahnya. Tujuan penerbangan adalah kota Surabaya. Ada misi khusus yaitu menguntai ulang benang rumah tangga yang sedang terancam putus.Ia banyak terdiam sepanjang melalui keramaian jalan raya. Ponsel berbunyi, ada notifikasi masuk. Melihat siapa yang mengirim pesan, napasnya terembus jengkel. Marina [Halo, Rex, apa kabar?] Rex [Mau apa menghubungiku?]Marina [Mau minta tolong. Ini benar-benar darurat.]Rex [Apa?]Marina [Aku butuh uang, Rex. Adikku sakit usus buntu, tadi malam masuk rumah sakit. Kami tidak punya asuransi lagi seperti dulu. Aku pinjam 100 juta bisa? Nanti kalau ada rejeki pasti kukembalikan.]Rex [Aku tidak ada uang.]Marina [Ayolah, Rex. Demi kemanusiaan? Lagipula, kita kemarin baru saja tidur bersama. Apa iya kamu tidak ada rasa kasihan sama sekali kepadaku?]Rex [Aku mabuk! Kamu yang menelepon Lyra, ‘kan? Aku tidak mungkin segila itu meneleponnya! Saat aku mabuk berat, aku biasanya tidur, tidak berbuat apa-ap