Pagi hari saat berkendara menuju kantor, Rex menghubungi ayahnya melalui ponsel. Sebenarnya ia sangat malas menuju kantor dan mengerjakan apa yang diminta oleh Harlan, tetapi tidak ada pilihan selain melakukannya karena takut uang jajan dan fasilitas dicabut.“Halo, Rex?” jawab Harlan dari ujung sambungan.“Papa jadi pulang kapan?”“Satu minggu lagi, Papa sudah akan naik penerbangan kembali ke Indonesia. Kenapa, apakah ada masalah?”Senyum di wajah Rex mengembang saat mendengar ayahnya akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat. “Aku ingin berbicara soal Lyra.”“Ada apa dengan Lyra?” suara Harlan terdengar khawatir.“Uhm … dia hamil, Pa.” Jawaban Rex membuat mata Harlan terbelalak lebar. “Lyra hamil?” ulang pengusaha kaya raya tersebut. “Iya, dia hamil. Aku butuh uang lebih, Pa. Kemarin papa memotong uang jajanku tinggal separuh. Padahal, aku sekarang harus menghidupi dia juga, ‘kan?” Rex berbicara dengan nada memelas berharap ayahnya akan jatuh kasihan. “Aku juga harus membawanya
Terhentak dengan perkataan suaminya, Lyra menatap tidak percaya kepada Rex. Sorot terkejut sekaligus pilu atas fitnah yang dibebankan kepadanua untuk kesekian kali.“Lyra selingkuh?” Harlan pun menunjukkan keterkejutan yang sama.Rex mengangguk dengan penuh percaya diri. “Aku mengecek di ponselnya, dan terlihat dia sedang bermesraan dengan seorang lelaki.”“Ini semua fitnah! Aku tidak pernah berselingkuh dengan siapa pun!” sanggag Lyra menahan rintik bening di mata.Rasanya sudah terlalu lelah untuk menangis terus dan terus karena masalah di dalam rumah tangganya. Rex menyeringai, lalu memperlihatkan apa yang ada di layar ponselnya. “Aku mengambil foto ini di kamar kita! Ini ponselmu, ‘kan?” “Lihat sendiri! Baca! Baca bagaimana kamu chat dengan seorang lelaki dengan mesra!” bentaknya mendorong pundak Lyra secara kasar.Ajeng tertawa sinis, “Wah, ternyata Lyra selama ini hanya pura-pura baik saja? Tidak menyangka yang terlihat manis ternyata jago selingkuh?” cibir mertua perempuan m
Tantangan Harlan untuk mengecek CCTV seperti sambaran petir bagi putranya. “Ayo, Mas. Kita cek CCTV dan buktikan bahwa pada saat terjadinya chat itu, aku tidak membawa ponsel sama sekali,” angguk Lyra mengusap air mata di pipi.Dalam hati ia berkata, ‘Meski kamu menyakiti dan terus melukai perasaanku, tapi aku tidak pernah berselingkuh darimu!”‘Adalah kamu yang terang-terangan berselingkuh, bahkan tidur dengan Marina di depanku tanpa merada berdosa!’ tangis Lyra hanya di dalam hati. Yang ditanya tidak berani menatap pada ayahnya. Begitu pula Ajeng dan Eva. Mereka bertiga saling lirik sendiri dengan wajah memerah karena menahan malu.Dari situ, Harlan sudah bisa memastikan siapa salah, siapa benar. Betapa sedih sang lelaki karena pulang dari Jepang setelah tiga minggu meninggalkan rumah justru disambut dengan kejadian seperti ini.“Lyra, pergilah ke kamarmu. Ada yang Papa ingin bicarakan dengan Rex,” ucap Harlan tersenyum getir.“Pa, aku tidak berselingkuh! Demi Tuhan, Pa, aku tidak
Rex menatap tajam pada istrinya. Permintaan itu menelisik ke relung hati. Tidak saling mempedulikan satu sama lain tentu saja dia setuju. Namun, saat mendengar Lyra mengijinkan ia menjadikan Marina istri kedua tanpa terlihat ada perasaan berat, itu … tidak nyaman. “Yang aku ingin hanya tenang, sehingga anakku lahir dengan tenang. Aku tahu kamu tidak menginginkan anak ini, kamu mungkin mual jika mendengar kata anak kita … jadi, aku memanggilnya anakku,” lanjut Lyra tersenyum, menyembunyikan pedih. Tentu saja Rex tidak mau memperlihatkan perasaan tidak nyaman di depan sang istri. Ia hanya tersenyum sinis, mehahan gempuran sesak di dalam dada ketika mendengar rangkaian kalimat Lyra.“Terserah kamu saja! Aku tidak akan mempedulikanmu lagi!” desisnya, kemudian meninggalkan kamar tanpa melihat ke belakang sama sekali.Seperginya Rex dari dalam kamar, Lyra duduk di tepian ranjang. Barulah napasnya terengah hebat, bibir tergetar, dan air mata menetes butir demi butir. Ia meremas lembut ba
Mata Rex terbelalak melihat istrinya terduduk di atas sofa dengan darah mengalir dari balik rok hingga membasahi mata kaki, dan bahkan menetes sampai di atas lantai.Dadanya terengah, sementara ia terus membeku tak percaya dengan apa yang dilihat. Melihat bagaimana Lyra menutup mata, terisak sembari meringis kesakitan, lalu keringat mengucur deras membasahi wajah … semua itu menjadikan sang pemuda tak bisa bergerak sama sekali.Mbak Yanti mengguncang tubuh majikannya. “Tuan Rex! Tuan Rex! Sadarlah, Tuan! Antar Lyra ke rumah sakit!” Suara asisten rumah tangga itu menghentak kasar kesadaran Rexanda. Perlahan ia kembali pada dunia nyata dan meninggalkan keterbekuan.Tak berpikir panjang, Rex berlari menghampiri Lyra. Ia angkat sang wanita dengan lengan kekarnya. “Buka pintu mobilku!” teriaknya lantang.Pak Bondan melakukan perintah majikannya. Selang beberapa detik Lyra sudah diletakkan di jok depan bagian penumpang oleh Rex. Rintih kesakitan serta isak ketakutan masih jelas terdengar.
Makin sesaklah dada sang pemuda mendengar rengekan Marina. Ingatan sontak membawanya kembali ke masa lalu di mana mereka pertama kali bercinta. Dan memang ... ada noda merah di atas sprei hotel yang putih bersih ketika telah selesai. Berucap dengan sedikit tergetar, “Tenanglah, Marina. Apa tidak cukup semua yang kulakuan untukmu sampai sekarang? Aku harus mengurusi Lyra, mengertilah!”“Iya, iya, aku mengerti! Pokoknya, kamu tidak boleh jatuh kasihan, apalagi jatuh cinta dengannya! Aku tidak akan terima! Aku tidak akan ikhlas!” tukas Marina. “Ya, sudah, sana urusi Lyra. Aku mau berangkat ke mall dengan Sherly saja kalau begitu.”“Hmm, berangkatlah ....”***Lelaki berperawakan tinggi dan gagah itu memasuki ruang IGD kembali. Napasnya tersengal, tetapi ditahan. Begitu sampai di bilik pemeriksaan, Lyra sedang dipersiapkan untuk dipindah ke ruang khusus. “Kita akan naik ke ruang khusus bersalin, Tuan. Dokter kandungan menunggu di sana untuk memeriksanya,” jelas perawat saat Rex bertanya
Rex terdiam mendengar perkataan Marina. Jika tidak ada lagi janin hasil perbuatannya di dalam rahim sang istri, maka ia bisa segera menceraikan? Iyakah? Benarkah demikian?“Kenapa kamu diam? Ini kabar bagus, Rex!” ulang Marina bersemangat. “Hmmm,” jawab Rexanda tidak seperti kekasih gelapnya yang penuh dengan semangat. Marina mendengkus, “Kenapa? Kamu sedih istrimu keguguran? Ish, ada apa denganmu? Jangan-jangan kamu memang mulai jatuh hati padanya?” tuduh sang wanita.“Aku sedang tidak mood untuk menanggapi cemburumu. Kamu mau tahu apa yang aku pikirkan? Bagaimana kalau Papa menyalahkan keguguran ini padaku? Kira-kira aku akan dihukum apa lagi?” desis Rex lanjut berjalan menuju kantor administrasi rumah sakit.“Ya, jelaskan saja kalau kamu tidak tahu apa-apa. Biar bagaiaman, tugas Lyra adalah menjaga kandungannya! Kalau sampai gugur, memang istrimu itu bodoh tidak tertolong lagi!” jawab Marina.“Kamu juga harus membela diri, dong, Rex! Jangan mau disalahkan terus menerus!” pungkasn
“Ceritakan semua kepada saya, kenapa Lyra bisa sampai keguguran?” Harlan bertanya sekali lagi karena Dita tertegun mendengar pertanyaannya pertama kali. Wajah perawat ibunya itu menjadi bingung dan serba salah. Menoleh ke kanan dan ke kiri seakan khawatir percakapan ini didengar oleh pihak lain. Harlan kembali berucap, “Saya ingin tahu yang sebenarnya antara Rex dan Lyra. Jadi, kalau kamu masih ingin kerja di sini, sebaiknya kamu menceritakan semua yang kamu tahu!”“Saya takut dimarahi Lyra atau Tuan Rexanda,” jelas Dita meremas jemarinya sendiri karena gugup. “Saya tidak akan membocorkan kepada siapa pun kalau kamu yang bercerita. Mulailah bercerita, atau mulailah packing barang-barangmu dan pergi dari sini,” tandas Harlan memandang dengan sangat serius.Dita tidak ada pilihan, ia akhirnya mulai bercerita. “Adik Lyra kecelakaan di Malang, Tuan. Dia butuh uang untuk membiayai keluarganya di kampung. Sejak menjadi istri Tuan Rex, dia tidak terima gaji lagi.”“Dan Rex tidak memberiny
BAB 62 Perlengkapan HoneymoonVisual tokoh bisa dilihat di IG Author @Rein_Angg, Tiktok @rein_angg47. Mau menghalu bareng pembaca lain, silakan join Grup Facebook: Rein Angg And Friends “Kita pindah rumah? Kamu serius, Mas? Tapi ... apa Papa dan Mama akan setuju? Ini sebuah hal yang besar, lho. Aku khawatir mereka tersinggung?” Lyra tertegun dengan usul tersebut. Bukannya dia tidak mau, tetapi justru khawatir menimbulkan perselisihan di antara keluarga Adiwangsa. “Aku akan rundingkan dengan Papa. Selama Papa mendukung, kita tenang saja,” senyum sang pemuda memandangi istrinya dengan teduh. “Pokoknya, aku tidak mau kita diganggu terus menerus. Aku tidak mau kamu disakiti lagi.”Lyra menghela, “Ya, sudah. Aku bagaimana baiknya menurutmu saja, Mas. Apa pun itu, aku percayakan kepadamu.”Rex mengangguk, memeluk lebih erat sembari mulai mengistirahatkan tubuh di atas pembaringan bersama sang istri. Keduanya saling bertatapan, bertukar senyum. “Lyra,” panggilnya sendu.“Ya?”“Kamu sejak
Betapa terkejutnya Lyra saat melihat suaminya sedang dipeluk oleh ... mantan.Rexanda terbelalak, spontan mendorong Marina hingga terlepaslah pelukan dari tangan lembut itu. Saking kerasnya ia mendorong, foto model seksi itu sampai terjerembab di atas lantai. “Aduh!” pekik Marina ketika bokong sintalnya menghentak lantai. Ajeng langsung berlari dan membantu Marina berdiri. “Aduh, maafkan Rex, ya. Dia cuma kaget saja.”“I-iya, tidak apa, Tante,” angguk Marina sembari merapikan rok mininya. Lyra berjalan dengan kedua tangan memegang kantung belanjaan berisi banyak juice buah yang dibeli di bawah. Ia meletakkan minuman itu di atas kursi, kemudian mendekati suaminya dengan sorot bertanya. Rex menggeleng, memberi jawaban bahwa dia pun bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka hanya saling pandang dan dada pemuda tersebut kembang kempis. Melirik pada Marina, tatap Lyra memperlihatkan keberatan dengan apa yang baru saja wanita itu lakukan. Namun, ia enggan memaki atau berkata ka
Tuan Muda Adiwangsa menatap layar dengan gundah. Pertanyaan Marina membuat dada bergemuruh dengan berbagai emosi campur aduk. Berkali-kali mengetik, tetapi ia hapus lagi. Terus begitu hingga akhirnya memberi jawaban yang dirasa paling pas.Rex [Aku sibuk, tidak ada waktu untuk bertemu.]Marina [Apa iya sibuk tiap hari? Aku cuma minta bertemu sebentar saja. Sekadar mengobrol santai. Tidak masalah, bukan?]Rex [Sudah, ya. Aku mau istirahat.]Lalu, ia menutup layar ponsel, dan meletakkan di meja sebelah ranjang. Bersamaan dengan istrinya keluar dari kamar mandi. “Nah, sini, cepat ke sampingku. Aku kangen,” senyumnya merentangkan tangan, ingin agar Lyra segera hadir di pelukan. Saat mereka sudah bersama, lengan Rex memeluk erat, sembari mengecup kening sang istri. “Tidur saja denganku. Besok baru beres-beres. Terapiku masih dimulai dua hari lagi di rumah sakit. Kita santai dulu melepas lelah.”“Oke, Mas,” angguk Lyra membalas dengan satu kecupan di pipi sang suami. “Kok cuma cium pipi?
Ajeng bukannya bahagia seperti Harlan, tetapi ia justru memekik seakan sebuah bencana baru saja terjadi. “Kenapa Rex bisa menikah lagi dengan Lyra!”Harlan menghela lirih, istrinya ini hingga sekarang tidak berubah sikapnya. Masih saja menganggap Lyra sebagai seseorang yang tidak ada harganya.“Mereka sudah rujuk. Rex dan Lyra saling mencintai sekarang. Aku senang sekali mendengarnya!” tukas Harlan tetap tersenyum dan menyenderkan punggung dengan lega.Ia ambil segelas teh dari atas meja, menenggak beberapa kali, lalu menatap serius pada Ajeng. “Sekitar dua minggu lagi mereka kembali ke Jakarta. Lyra akan tinggal bersama kita.”Ajeng melengos, yang tadinya hendak mengambil makan diurungkan. Mendadak nafsu makannya hilang begitu saja.“Aku mau kamu dan Eva tidak lagi memperlakukan dia dengan buruk. Dia istrinya Rex yang sah, dan anak kita mencintainya.”“Lyra orang yang baik. Lihatlah, saat anak kita lumpuh, dia tidak meninggalkannya. Meski Rex sudah menyakiti dia secara luar biasa, t
“B-ber ... bercin-cin ... apa, Mas?” Lyra sontak pucat pasi mendengar ucapan lelaki yang baru saja menjadi suaminya kembali. Napas memburu meski terasa sesak di tenggorokan.Rex semakin bersemangat menggoda wanita polos itu. “Bercinta, Sayang ... itu, tuh ... malam pertama suami dan istri di atas ranjang, seperti kita sekarang.”“Hah ...? A-aku ... aku ....” Lyra menggeleng, mengulum bibir, telapak tangan makin menjadi dingin.Terkekeh, memang pemuda itu suka menyiksa istrinya dengan godaan sensual, “Kamu kenapa? Mau malam pertama denganku? Ya, aku juga mau, kok. Yuk, kita ... ehm ...,” senyum lelaki tampan beralis tebal dan bertulang pipi tinggi makin lancar menjadikan hati istrinya bagai dihantam meriam.“Tapi ..., aku kan masih belum bisa push up sempurna, jadi ... sepertinya akan lebih baik kamu di atas.”“D-di ... di ... di mana?” Lyra ingin kabur dari kamar saja rasanya.“Di atas,” jelas Rex menahan tawa. “Tidak tahu, ya?”Menggeleng lemas, “Tidak tahu ....”Akhirnya, Tuan Muda
Lyra merasa kepala penuh dengan teriakannya sendiri. Belum siap untuk kemesraan yang menjelang, tetapi Rex seakan sudah tidak sabar untuk melakukan lebih dari yang namanya sekedar mantan suami dan istri.Berteriak bingung di dalam hati, matanya terbelalak lebar ketika ....Akhirnya bibir Rexanda menyentuh. Terasa lembut, hangat, dan mendebarkan. Embusan napas suaminya tersebut menerpa mulai dari kening hingga ke hidung.Mata Lyra pertamanya masih terbuka lebar pada detik-detik pertama bibir mereka bertemu. Ia bisa melihat bagaimana mata Rex terpejam ketika mencium.Namun, perlahan, dalam tiap pagutan yang dilakukan oleh lelaki tampan itu, menutup pula mata sang wanita. Membiarkan dirinya luruh dalam sentuhan, dalam cumbuan, dan dalam keintiman yang dilakukan sang suami. Ada dua hati yang sedang berdebar luar biasa. Gelitik manja di dalam perut, yang di sebut oleh orang luar sebagai “butterfly in my stomach.” Seakan ada kupu-kupu beterbangan di dalam perut, membuat sensasi aneh yang k
Akhirnya pertanyaan yang ditahan selama ini meluncur juga dari bibir pemuda tampan tersebut. Wajah yang biasa dingin, datar, dan ketus berubah menjadi lembut dengan mata berbinar penuh harap.“Ru-rujuk?” gugup Ghea merasa sulit untuk bernapas normal. Semua ini diluar dugaan. Mulai dari pengakuan cinta mereka berdua hingga terucapnya kata-kata sakral tersebut. Rex mengangguk, “Masih sisa empat hari sebelum waktunya habis,” seringainya memamerkan deretan gigi putih nan rapi. “Jadi suami istri lagi, yuk?”Ajakan terakhir diucap dengan nada merajuk yang manja, ditambah dengan rengkuhan lebih erat di jemari lentik. Diakhiri dengan kecupan mesra di punggung tangan. “Aku ingin kamu jadi istriku lagi. Mau, ya?”Lyra mengembus napas dengan terengah. Saking gugupnya hingga pundak naik turun secara cepat. Mata menatap kian lekat pada lelaki di depan. “Kamu serius, Mas?” engahnya masih ragu.“Tentu saja serius. Kenapa kamu tidak percaya?” angguk Rex.“Iya ... uhm ... karena kamu ... aku hanya he
Jantung Lyra menghentak seperti irama disco. Pernyataan cinta dari mantan suaminya membuat berdebar hingga ingin pingsan. “Ka-kamu ... kamu apa?”Rex menggenggam jemari Lyra lebih erat. “Aku dulu tidak memiliki rasa apa pun denganmu, hanya kebencian. Tapi, sepertinya aku dulu memang orang bodoh yang buta.”“Aku sekarang jatuh cinta kepadamu, Lyra ....”Pengakuan yang nampak sangat tulus dari mata seorang lelaki bernama Rexanda Adiwangsa. Di mana beberapa bulan lalu, sorot itu hanya terus memandang dengan kebencian.Wanita berambut panjang menatap dengan tak percaya. “Kamu jatuh cinta kepadaku? Kenapa bisa jatuh cinta kepadaku?”Tawa Rex pelan terdengar. “Ya, aku juga tidak tahu. Mungkin karena kamu begitu baik kepadaku? Di saat semua meninggalkan aku, tidak peduli karena aku cacat, kamu justru tetap bertahan.”Jemari pemuda itu membelai pipi Lyra dengan perlahan, lembut. “Kamu tetap baik meski aku telah berbuat sangat jahat kepadamu. Karena itu ... aku ....”“Berawal dari rasa keterga
Rex bagai disambar geledek mendengar jawaban Lyra. Matanya melotot dan dada kembang kempis. “Jadi, kamu benar-benar sudah pacaran dengan dia?”“Kan aku sudah jawab, kalau iya, memangnya kenapa? Kita sebentar lagi bercerai. Ada masalah denganmu kalau aku pacaran dengan Ian? Toh, kamu sebentar lagi bisa berjalan dan tidak butuh aku untuk menjadi perawatmu?” angguk Lyra sengaja menutupi apa yang terjadi di cafe tadi, bahwa dia tidak bisa membalas perasaan Ian. “Aku ... aku ...,” gagap Rex kelimpungan. Pemuda itu merasa gila mendadak. “Bagaimana mungkin kamu bisa pacaran dengan dia? Kamu masih istriku secara hukum negara!”“Pernikahan kita hanya karena kamu menodai aku! Tidak usah seakan aku ini istrimu sungguhan! Kamu tidak pernah mencintai aku!”“Itu dulu!” bentak Rex ingin melempar remote televisi ke lantai saking emosinya, tetapi ditahan.Lyra megernyitkan kening. “Itu dulu? Maksudnya?”Napas Rex memburu sangat cepat, panas, tersengal. “Itu dulu ... aku dulu memang tidak pernah menci